Nasional

Profile Penerima Beasiswa Kemenag di Jerman

Milan (Pinmas) —- Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) dalam beberapa tahun terakhir selalu memberikan beasiswa kepada para dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) untuk belajar di luar negeri, salah satunya adalah di Jerman.

Kasubdit Kelembagaan Diktis, Mastuki yang berkesempatan melakukan kunjungan kerja ke Jerman mengaku bertemu dengan lima penerima beasiswa Kemenag yang saat ini studi di Jerman. Mereka adalah Ditdit Nugraha, Kamal Yusuf, Nida Dusturia, Imamal Muttaqin, dan Mulyadi. Mereka berlima adalah dosen-dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam binaan Kementerian Agama, seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kepada Pinmas, Senin (16/06), Mastuki berbagi informasi tentang profile sukses para penerima beasiswa Kemenag di Jerman. Mastuki menyebut mereka sebagai pembelajar sejati yang mempunyai tanggung jawab pribadi dan institusi atas beasiswa yang telah mereka terima dari Kementerian Agama.

Ditdit Nugeraha Utama

Ditdit Nugeraha Utama mengambil program doktor di Gottingen University bidang komputer modelling, dengan riset tentang environmental computing. Bidang ini relatif baru di UIN dan termasuk bidang spesifikasi computer science yang prospektif.

Ditdit adalah dosen Fakuktas Sains dan Teknologi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak 2012 berangkat ke Jerman, dia merupakan angkatan pertama yang mendapat beasiswa Diktis Kemenag. Saat ditanya mengenai bidang yang digeluti, Ditdit mengatakan, “Computer science merupakan bidang yang sangat dinamis. Di Jerman bidang ini sangat maju. Saya tidak sekedar belajar ilmu komputer, tetapi mengaitkannya dengan disiplin ilmu lain misalnya agriculture,” Ditdit menambahkan.

“Penelitian saya di laboratorium lintas disiplin. Tergantung dari profesor. Kebetulan profesor saya sangat ahli di bidang ini,” imbuhnya.

Kamal Yusuf

Kamal Yusuf, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN) juga angkatan awal yang memperoleh kesempatan beasiswa Kemenag. Dia mengambil program doktor dengan spesialisasi bahasa Arab di Universitas Leipzig, salah satu universitas terkenal dan disegani di Jerman.

Bidang kajian bahasa Arab termasuk sangat baik di Universitas ini. Beberapa PTAI berinisiatif melakukan kerjasama pengembangan bahasa Arab dengan Leipzig University.

Saat penulis di Jerman (15/6/2014), Ketua STAIN Pekalongan beserta rombongan baru tiba untuk melakukan penjajakan kerjasama dengan Universitas Leipzig.

Nida Dusturia

Penerima beasiswa program magister di Bremen University, Nida Dusturia mengungkapkan bahwa kendala bahasa Jerman menjadi masalah di awal kedatangan mahasiswa. Nida memilih program internasional MBA, spesialisasi bisnis dan politik di Eropa yang menggunakan pengantar bahasa Inggris.

Namun begitu, “karena sehari-hari berurusan dan berhubungan dengan orang Jerman, mau tak mau harus bisa berbahasa Jerman. Dan itu tidak mudah, terutama pada awal kedatangan saya di Jerman”, ungkapnya.

Nida juga sedikit beruntung karena berdomisili bersama suaminya yang sudah lama menjadidosen di salah satu universitas Hannover sehingga kendala itu dapat segera diatasi. “Bahasa Jerman tetap dibutuhkan oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia meskipun yang bersangkutan memilih kelas internasional yang menggunakan bahasa Inggris. Karena program itu tidak banyak di Jerman,” harap Nida.

Imamal Muttaqin

Imamal Muttaqin yang mengambil program doktor di Universitas of Cologne di Koln mengaku belajar di Jerman amat menyenangkan. Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga mengambil progam studi yang menantang, yaitu Astrofisika.

“Saya sengaja mengambil bidang ini karena sangat dibutuhkan bangsa Indonesia, hari ini dan masa depan,” demikian pernyataan Muttaqin.

Seperti diketahui, Astrofisika adalah cabang astronomi yang berhubungan dengan fisika jagad raya, termasuk sifat fisik (luminositas, kepadatan, suhu, dan komposisi kimia) dari objek astronomiseperti planet, bintang, galaksi dan medium antarbintang, dan juga interaksinya. Kosmologi adalah teori astrofisika pada skala terbesar. Di UIN dan PTAIN lainnya bidang ini masih langka dan dapat menjadi peluang pengembangan lebih lanjut.

Mulyadi

Lain lagi dengan dosen STAI Al-Khairiyah Cilegon Banten, Mulyadi, yang baru April 2014 lalu datang ke Jerman. Pria berkacamata ini mengambil program Magister yang agak unik, spesialisasi bahasa Perancis (Francoisist) tapi belajar di Universitas Jerman dengan menggunakan bahasa Jerman.

Ketika ditanya kenapa belajar bahasa Perancis di Jerman, dia menjawab “saya ingin mendalami bahasa Perancis karena saya sudah bisa berbahasa Perancis sebelumnya. Sementara bahasa Jerman baru level B1 sehingga saya perlu mendalami dan akhirnya bisa berbahasa Jerman dengan baik”.

Mulyadi juga menguasai bahasa Inggris dengan baik, dan mempelajari bahasa Arab meskipun masih tingkat dasar.

Semangat yang ditunjukkan Mulyadi adalah contoh baik dan dapat dijadikan lesson learned bagaimana penerima beasiswa Kemenag memiliki tanggung jawab pribadi (dan tentu membawa nama institusi) sebagai pembelajar sejati. Ditdit, Imamal, Nida, dan Kamal tak kalah motivasinya untuk belajar serius di negeri orang.

Selain bidang yang mereka tekuni sangat bagus, pola studi di Jerman yang mengandalkan penelitian di bawah bimbingan guru besar yang ahli di bidangnya, membentuk mereka menjadipembelajar yang baik.

Hal sama juga dialami oleh Maimoen Fauzi, dosen Universitas Bremen dan Hannover yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Beberapa tahun belajar di Jerman, Maimoen bahkan sekarang menjadi Associate Professor di universitasnya untuk bidang teknik. “Associate Professor di Jerman tak ubahnya seperti pendidikan doktor. Untuk menjadi Profesor di Jerman selain membutuhkan kapabilitas, kompetensi, juga kualifikasi”, uangkapnya saat berbincang dengan penulis.

Maimoen membimbing beberapa mahasiswa untuk studi teknik. Dia berharap mahasiswa Indoensia mengikuti jejaknya mendapatkan reputasi internasional, di bidangnya masing-masing. (mastuki/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua