Nasional

Presiden Jokowi Minta Semua Pihak Jaga Kerukunan dan Stabilitas Negara

Presiden Jokowi saat bersilaturahim dan dialog dengan tokoh agama yang tergabung dalam AFKUB di Istana Bogor. (foto:biropers).

Presiden Jokowi saat bersilaturahim dan dialog dengan tokoh agama yang tergabung dalam AFKUB di Istana Bogor. (foto:biropers).

Bogor (Kemenag) - "Presiden Jokowi, negaramu ini sangat beragam, sukunya banyak sekali, agamanya banyak, bahasa lokal juga banyak. Jaga betul yang namanya kerukunan dan persatuan itu," begitu pesan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, sebagaimana ditirukan Presiden saat bertemu tokoh dan peserta dari Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia (AFKUBI) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 23 Mei 2017. Hari tersebut, Kepala Negara mengundang para tokoh lintas agama dari penjuru Tanah Air untuk silaturahmi.

Di hadapan para tokoh daerah itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan dari Presiden Afghanistan saat berkunjung ke Indonesia pada 5 April 2017 lalu. Saat kunjungan tersebut, Presiden Ghani juga sempat menceritakan kondisi terkini di negaranya.

"Afghanistan itu kaya raya, punya tambang emas terbesar di dunia, tapi belum dieksplorasi. Punya tambang gas dan minyak juga termasuk terbesar di dunia, tapi apa yang terjadi? Pertikaian," kata Presiden menceritakan kembali.

Karena pertikaian tersebut, berdasarkan penuturan Presiden Ghani, selama 24 tahun sudah Presiden Ghani berada di luar Afghanistan. Di mana saat ini terdapat sekitar 40 faksi yang sudah sangat sulit untuk dirukunkan. Oleh karena itulah, Indonesia dengan 17 ribu pulau, 34 provinsi, dan memiliki lebih dari 700 suku dimintanya untuk benar-benar menjaga kerukunan yang sekarang ini dimiliki bangsa Indonesia.

"Tidak ada di negara manapun di dunia ini yang sebegitu ragamnya seperti Indonesia dengan juga beragam agama. Kekaguman mereka terhadap kita adalah kita ini rukun-rukun. Sudah 72 tahun juga satu, tidak pernah ada masalah," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Memang, dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, pastilah sesekali timbul sedikit gesekan. Namun, Presiden berpesan agar gesekan yang terjadi itu dapat segera diselesaikan dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pembelajaran yang mampu mendewasakan masyarakat.

"Jadi kalau kita ini ada gesekan-gesekan kecil ya wajar, tapi segera selesaikan. Jangan sampai dibawa berbulan-bulan persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cepat," ucapnya.

Kerukunan dan stabilitas diperlukan untuk membangun sebuah negara.

"Menurut saya, ada sebuah etos kerja kedisiplinan nasional yang memang harus kita bangun mulai sekarang ini dalam rangka kompetisi dengan negara-negara lain. Sekali lagi, jangan habiskan pikiran kita untuk hal-hal yang menyebabkan iri, dengki, saling hujat, menjelekkan, dan menyalahkan," ia menegaskan.

Maka itu, ia mengajak seluruh pihak, utamanya para tokoh dan pemuka di daerahnya masing-masing untuk bersama-sama mewujudkan kerukunan nasional. Perbedaan yang ada hendaknya diselesaikan dalam kerangka persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air.

"Saya titip agar kalau ada percikan sekecil apa pun untuk segera diselesaikan. Jangan tunggu esok hari, selesaikan pada saat api itu masih sangat kecil. Segera padamkan. Ingatkan kepada yang akan bergesekan, kita ini bersaudara. Bahwa kita ini berbeda-beda iya, tapi kita tetap saudara sebangsa dan se-Tanah Air," tutupnya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat bertemu dengan tokoh lintas agama di Sorong Papua Barat menyampaikan permohonan maafnya atas ketidakhadirannya dalam pertemuan tersebut. Menag saat bersamaan bertemu dengan tokoh lintas agama di Sorong Papua Barat.

"Saya mohon maaf tidak bisa mendampingi Presiden saat menerima para tokoh agama karena bertugas ke Papua Barat. Sebagaimana kita tahu, Propinsi Papua Barat menempati ranking pertama survey kerukunan umat beragama tahun 2016," ujar Menag. (biropers\humaskemenag/dm).

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua