Nasional

Petugas Berikan Layanan Perlindungan Jamaah Secara Maksimal

Jeddah (Pinmas) – Sebagaimana Komitmen yang diberikan Menteri Agama untuk memberikan pelayanan dan perlindungan kepada seluruh jamaah calon haji Indonesia saat berada di Tanah Suci secara maksimal, Bidang Perlindungan Jamaah Calon Haji PPIH Arab terus meningkatkan layanan perlindungan jamaah dengan berbagai strategi.

Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Arab Saudi, Kolonel (Kav) Achmad Riad Syafruddin, menjelaskan sejumlah strategi yang bakal diterapkan di pusat pergerakan jamaah calon haji di pemondokan di Madinah, pemondokan Makkah maupun kawasan Arafah.

Perlindungan di MadinahUntuk perlindungan jamaah di Madinah, tim pengamanan telah mengubah strategi di hari kedua kedatangan calon-calon haji ini. Dari semula rutin patroli berkeliling Masjid Nabawi, kini tidak begitu lagi.

"Sistemnya kita ubah, setelah evaluasi sekarang kita bentuk tim buser yang mencari jamaah di waktu-waktu tertentu. Sebelumnya sistemnya patroli, keliling, panas dan (petugas) capai. Sekarang duduk dulu, setengah jam atau sejam sehabis salat baru cari jamaah yang kesasar," kata Riad di kantor Teknis Urusan Haji Indonesia, Jeddah, Arab Saudi, Jumat.

Jam-jam yang dianggap genting di Madinah sekitar pukul 08.00-10.00, saat jamaah perempuan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Raudhah yang berada di dalam Masjid Nabawi.

Di waktu-waktu itu, katanya, sering sekali jamaah perempuan kehilangan teman seperjalannya atau suami di titik yang telah disepakati untuk bertemu.

"Kalau mau dicatat jumlahnya ratusan. Tapi kita hanya mencatat yang tersasar sampai kita antar ke sektornya masing-masing. Kalau yang ketemu lagi dengan teman atau suaminya di Nabawi tidak kita catat sebagai orang kesasar," kata Riad.

Untuk mempermudah calon haji yang selama sembilan hari pertama melaksanakan arbain (salat 40 waktu tanpa terputus) di Nabawi, tim pengamanan membuka pos di depan kamar mandi (hamam) 10 dan kamar mandi 3 dengan membawa bendera merah putih. Lokasi ini dipilih karena strategis, dekat pintu utama dan sebuah gedung besar berupa kantor kementerian haji dan umroh Arab Saudi, jadi mudah dikenali.

"Kita sosialisasikan kepada jamaah kalau ada apa-apa, cari saja pintu paling besar. Pasti ketemu," kata Riad.Di Madinah, tugas paling berat adalah petugas di sektor dua. Dengan beberapa orang petugas, tapi pemondokan yang harus diawasi mencapai 30 unit dan letaknya jauh-jauh.

Sehingga jika ada kedatangan jamaah, petugas lari ke sana-sini. Sementara sektor satu hanya mengawasi delapan unit pemondokan. "Meski begini, secara umum perlindungan jamaah berjalan baik," ujar dia.

Pihak keamanan juga memperhatikan serius beberapa lokasi pemondokan jamaah yang tergolong rawan, seperti pemondokan jamaah asal Lombok yang harus melewati beberaap lorong jika hendak menuju Masjid Nabawi.

Lokasinya ada di pintu paling ujung (hamam 8). Dan di bawah lorong banyak dipenuhi pedagang.Dari hasil pengamatan lapangan, Riad juga menuturkan, saat ini perjokian di Nabawi relatif tidak ada.

Joki biasanya menyasar ibu-ibu yang akan berziarah ke Raudhah. Fungsi mereka, memintas antrean karena pendekatan dengan petugas setempat di dalam masjid.

"Sebab sekarang pekerja yang over stayer sudah tidak ada lagi. Dan, kita menempatkan petugas wanita lebuh banyak. Dari 11 orang di sektor khusus Nabawai, delapan orang wanita dari satuan TNI/Polri," katanya.

Pengamanan di MakkahSementara di Makkah, Riad mengatakan, terus menyempurnakan pengamanan untuk perlindungan jamaah yang diperkirakan akan memenuhi kota ini mulai 9 September nanti. Lokasi utama yang menjadi perhatian adalah area abu-abu dan dua titik yang akan menjadi embarkasi dan dembarkasi seluruh jamaah Indonesia.

"Kita atur nanti ada pos stasioner di dekat pintu ke luar Marwah, di sana ada pelataran yang akan menjadi titik temu jamaah," katanya.

Lokasi ini menjadi perhatian karena minim petugas, sementara laporan para tenaga musiman tahun-tahun sebelumnya, di sini sering kali terjadi jamaah tertinggal dari rombongan. Area ini luasnya sekitar 150 meter dari terminal.

Sementara pada musim-musim haji sebelumnya tidak ditempatkan petugas di area ini. Nantinya seluruh petugas kloter akan diminta mengawasi jamaahnya yang tertinggal dan lain-lain, sehingga sektor khusus Masjidil Haram bisa fokus mengamankan jamaah, termasuk di wilayah abu-abu ini.

Keterlibatan semua unsur, baik petugas pengamanan, petugas kloter maupun kesehatan sangat diperlukan mengingat pada puncak haji, pintu masuk Makkah untuk kendaraan dan lain-lain ditutup untuk kendaraan, termasuk ambulans.

"Kita ingatkan petugas agar jangan lalai, saling bantu," kata Riad yang juga Direktur Pembinaan Persenjataan Pusat Kavaleri Angkatan Darat. (Umi Kalsum/mss/mch2014

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua