Nasional

Penutupan ITC dan Asadha Mahapuja, Kemenag: Ajaran Buddha Selaras dengan Moderasi Beragama

Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Supriyadi (foto : Humas Bimas Buddha)

Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Supriyadi (foto : Humas Bimas Buddha)

Magelang (Kemenag) --- Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) dan Asadha Mahapuja 2566 BE/2022 M ditutup Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Ditjen Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Supriyadi.

Penutupan ITC dan Asadha Mahapuja 2566 BE berlangsung meriah dan sarat nilai moderasi beragama. Hadir, para tokoh dari berbagai agama, tokoh pendidikan, budayawan, ormas keagamaan, bahkan para pelajar dan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

Supriyadi menyampaikan bahwa melalui Asadha Mahapuja, Umat Buddha diingatkan kembali pada peristiwa suci yang terjadi di masa lampau terkait kehidupan Buddha Gautama dalam menyampaikan ajaran atau khotbahnya kepada lima orang pertapa di Taman Rusa Isipatana. Kelima pertama itu kemudian menjadi siswanya dan terbentuklah perkumpulan para Bhikkhu.

“Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai hari Asadha/Asalha dan dirayakan hari ini,” kata Supriyadi mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, saat memberikan sambutan sekaligus menutup rangkaian kegiatan (ITC) dan Asalha Mahapuja 2566 BE/2022 M, di taman Lumbini, Candi Agung Borobudur, Magelang, Minggu (10/7/2022).

“Buddha Gautama mengajarkan pembebasan dari penderitaan dan meraih kebahagiaan sejati,” sambungnya.

Supriyadi juga menjelaskan bahwa Umat Buddha mengakui fenomena kehidupan tentang adanya penderitaan dan harus berusaha untuk mengikis sebab penderitaan tersebut. Sebab dari penderitaan itu adalah nafsu-nafsu keinginan rendah (tanha).

“Kata kunci untuk memutus sebab penderitaan adalah dengan melaksanakan jalan mulia atau jalan tengah (Ariya Atthangika Magga). Dalam kebijakan pemerintah selaras dengan program Pengarusutamaan Moderasi Beragama,” kata Supriyadi.

Moderasi Beragama, lanjut Supriadi merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa. Moderasi Beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama.

“Hari ini, Umat Buddha hadir memberikan makna moderasi beragama dalam menunaikan tugas kewajiban keagamaannya. Semoga nilai-nilai luhur ajaran Buddha dapat memberikan panduan dalam menempuh kehidupan secara berimbang dengan prinsip jalan tengah menjadi penopang dalam mewujudkan umat beragama yang moderat,” tandas Supriyadi.

Bagi Supriyadi, kesadaran akan esensi ajaran agama menjadi sumber kekuatan untuk membangun kebersamaan. Agama hadir untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmonis, damai, dan seimbang.

“Melaui momentum hari Asadha ini, Saya berharap umat Buddha dapat memaknainya dengan merealisasikan ajaran luhur Buddha agar dapat membebaskan diri dari belenggu nafsu keinginan. Mari kita sama-sama merealisasikan kehidupan beragama yang rukun, damai dan harmonis dalam mengisi tahun toleransi 2022,” tutup Supriyadi.

Selamat memperingati Hari Asadha 2566 BE tahun 2022. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi.

Tampak hadir, Menag (2014 - 2019) Lukman Hakim Saifuddin dan Ibu Trisna Willy, Rektor UIN Suka Yogya, Al Makin, Ketua MUI Yogyakarta, Machasin, perwakilan FKUB Jateng, perwakilan Pdt dari Yogyakarta dan Semarang, serta tokoh lintas agama.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua