Nasional

Pelayanan Umat Konghucu Terkendala Data dan Ketersediaan Guru Agama

Jakarta (Pinmas) – Sekjen Kementerian Agama Nur Syam mengakui bahwa pelayanan dan pembinaan kepada umat Konghucu sampai saat ini dirasakan belum dapat berjalan secara maksimal disebabkan berbagai hal, seperti data dan ketersediaan guru agama Konghucu. Namun demikian, Kemenag berkomitmen untuk terus memaksimalkan pelayanan terhadap mereka.

“Itu bukan disebabkan (Kementerian Agama) tidak melakukan upaya, tetapi karena berbagai hal yang terjadi di lapangan,” kata Nur Syam pada Workshop dan Konsultasi Pelaksana Bimas Khonghucu di Seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) di Jakata, Selasa (26/08) malam.

Menurutnya, salah satu kendala yang sangat penting yang menjadi penghambat layanan dan pembinaan umat Konghucu adalah data. Sampai hari ini, Kementerian Agama belum memiliki data yang cukup memadai tentang seberapa banyak umat Konghucu yang tersebar di provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia.

“Sampai hari ini pun belum ada data yang menunjukkan berapa besar anak-anak yang bersekolah di SD, SMP, dan SMU/SMK yang beragama Konghucu, sehingga belum dapat diketahui secara pasti berapa banyak kebutuhan guru, buku-buku, dan sarana pembelajaran Pendidikan Agama di sekolah,” Nur Syam menjelaskan.

Nur Syam mengatakan bahwa data menjadi acuan pokok dalam proses perencanaan program Pemerintah. Tanpa data, akan sangat sulit untuk bisa meyakinkan lembaga Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang perencanaan dan keuangan seperti Bappenas dan Kementerian Keuangan untuk mendapatkan anggaran. Untuk itu pendataan harus menjadi program prioritas pada tahun 2015 dan beberapa tahun berikutnya.

Kendala di bidang pendidikan khususnya tidak tersedianya tenaga guru pendidikan agama Konghucu memang tidak dapat dipenuhi dengan mudah. Sebab, lanjut Nur Syam, sesuai standar yang ditetapkan dalam undang-undang, seorang guru sekurang-kurangnya harus berijazah S1 Pendidikan Agama (Konghucu).

Di sisi lain, di kalangan umat Konghucu juga belum ada tenagalulusan S1 Pendidikan Agama Konghucu. Untuk mengatasi ketiadaan guru pendidikan agama Konghucu, telah dilakukan berbagai pelatihan workshop bagi para rohaniwan Konghucu untuk menyiapkan mereka menjadi Pembina Pendidikan Agama Konghucu di sekolah-sekolah yang terdapat anak didik beragama Konghucu.

Nur Syam mengakui bahwa di kota Semarang mulai akhir 2013 yang lalu telah beroperasi sebuah Sekolah Tinggi Agama Konghucu Swasta yang disebut SETAKONG Xin Ruin yang diharapkan kelak bisa mengisi kebutuhan guru pendidikan agama Konghucu.

Workshop dan Konsultasi Pelaksana Bimas Khonghucu yang baru pertama kali ini merupakan forum strategis untuk melakukan evaluasi program dan kegiatan pelayanan terhadap Agama Khonghucu. Selain sebagai forum diskusi dan konsultasi, kata Nur Syam, juga dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif, untuk merumuskan langkah-langkah perencanaan program kegiatan tahun yang akan datang.

Dengan pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan hak sipil dan pendidikan agama Khonghucu. Nur Syam memberi apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. (ess/ant/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua