Nasional

Negara Eropa Kagumi Budaya Dialog Agama di Indonesia

Brussel (Pinmas) —- Negara Eropa kagum dengan budaya dialog keagamaan di Indonesia. Kekagumaan ini terkuat saat mereka mendengar penjelasan terkait rangkaian dialog lintas agama dalam pemeliharaan kerukunan di Indonesia. Dialog membangun kesepahaman dengan pendekatan teologis serupa nampaknya masih barang mahal dalam konteks negara-negara Eropa. Terlebih, multikulturalisme Eropa kini sedang menghadapi tantangan terkait nilai-nilai baru yang dibawa imigran dan adanya isu fundamentalisme. Untuk itu, pengalaman Indonesia mengelola keragaman membuatnya penasaran.

Catatan ini disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Abd. Rahman Mas’ud dalam tugas kerjanya ke Brussel, Belgia guna mengikuti dialog di kantor Parlemen Eropa, Rabu (18/03) lalu.

“Bagaimana kalangan mayoritas di Indonesia bisa menerima dan mengajak dialog yang minoritas?” kata Abd. Rahman Mas’ud menirukan pertanyaan menarik yang diajukan anggota parlemen Eropa, Mr. Gyorgi Holvenyi.

Atas pertanyaan ini, Mas’ud menjelaskan, dalam masyarakat Indonesia yang majemuk terdapat modal sosial berupa budaya dialog dan saling menghormati antarumat beragama. Bahkan kerjasama berbasis local wisdoms telah mewujud dan menyejarah dalam masyarakat Indonesia yang majemuk dalam agama, suku, bahasa, dan budaya.

Menurut Mas’ud, Indonesia memiliki dua organisasi besar yang efektif mewarnai wacana keagamaan masyarakat, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Peran keduanya efektif, termasuk dalam menangkal paham dan gerakan radikal. Soal gerakan ISIS yang juga dikeluhkan Holvenyi, misalnya, majelis-majelis agama ini menyatakan dengan tegas penolakannya dan terus menyebarkan paham Islam rahmatan lil alamin, yang ramah kepada semua manusia.

Mr. Gyorgi Holvenyi adalah anggota Parlemen Eropa dari Kelompok Politik European People’s Party (EPP), kelompok dominan dan berpengaruh dalam banyak kebijakan di negara-negara Eropa. Holvenyi banyak terlibat dalam upaya dialog antarbudaya dan antaragama. Ia kagum dengan budaya dialog di Indonesia sebagaimana dipaparkan Kabalitbang. Ia pun mengapresiasi dan mendukung inisiasi Kementerian Agama dan KBRI Brussel dalam studi komparatif pengelolaan multi¬kulturalisme dengan berbagi pengalaman dan informasi.

Dalam kesempatan itu, Mas’ud juga menjelaskan bahwa Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama telah lima tahun menerbitkan Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia (2010-2014). Laporan ini membe¬rikan gambaran kondisi kehidupan beragama di Indonesia, dan bagaimana Pemerintah mengelola berbagai persoalan yang dihadapi. Mas’ud berharap gambaran tentang dinamika masyarakat Indonesia dan “Islam Indonesia” yang damai (smiling Islam) dapat memerkaya pemahaman negara-negara Eropa soal Islam yang tidak monolitik.

Konselor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brussel, Riaz J. P. Saehu, yang mendampingi Kabalitbang bersama peneliti muda Akmal Salim, menyatakan akan melakukan pertemuan tindak lanjut atas kunjungan ini. Upaya membangun saling pemahaman antara Indonesia dan negara-negara Eropa sangat penting. Budaya dialog multikultural dan multirelijius di Indonesia dapat memberi inspirasi negara-negara Eropa dalam mengelola problem multikulturalismenya. (asr/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua