Nasional

Nasehat (alm) KH Saifuddin Zuhri kepada Putra-Putrinya

Menag Lukman bercengkrama dengan Kakanwil Jatim dan para Kepala Kankemenag Kab/Kota di Pasuruan. (foto: arif)

Menag Lukman bercengkrama dengan Kakanwil Jatim dan para Kepala Kankemenag Kab/Kota di Pasuruan. (foto: arif)

Pasuruan (Kemenag) --- Sabtu (08/07) sore, udara dingin mulai menyelimuti daerah Tretes Pasuruan Jawa Timur. Setelah menghadiri Muktamar I Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (PULDAPII) serta meresmikan Dalwa Hotel dan Dalwa Mart milik Pesantren Dalwa Pasuruan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sejenak beristirahat, melepas lelah sambil “ngobrol” santai dengan para Pejabat Eselon 3 se Jawa Timur.

Dipimpin Kakanwil Kemenag Jawa Timur, sembari menikmati jajan pasar dan Wedang Uwuh (minuman kaya rempah), Menag bercengkerama dengan para Kabag dan Kepala Kankemenag se Jawa Timur. Suasana santai dilengkapi lantunan musik membawakan lagu Pop klasik macam Rumah Kita, Biarkan Bunga Berkembang. Tidak ketinggalan juga lagu bernuansa Timur Tengah dan lagu daerah dari Madura.

“Apakah ada kisah, doa, atau inspirasi yang menyebabkan Bapak mampu menjadi Menteri Agama seperti ayahanda (alm) KH Saifuddin Zuhri pada masa Bung Karno?” demikian salah satu pertanyaan yang terlontar dari salah satu Kepala Kankemenag.

Akan hal ini, Menag mengaku tidak pernah dipaksa menjadi apa atau berprofesi sebagai apa oleh ayahandanya. "Bapak Saya, tidak pernah memaksa kepada para putra putrinya untuk menjadi apa,” ujarnya.

“Bapak hanya menasehati dua hal untuk. Pertama, menjadi orang yang bermanfaat di lingkungannya. Menjadi apa pun, harus memberi manfaat bagi diri, keluarganya, dan komunitas," terang bungsu 10 bersaudara terebut.

"Kedua, apa pun yang dicita-citakan, harus diikhtiari semaksimal mungkin,” sambungnya.

Selain itu, lanjut Menag, (alm) KH Saifuddin Zuhri juga melarang anak-anaknya akan dua hal, yaitu: jangan pernah meminta uang pada siapa pun, dan jangan meminta jabatan.

Semburat mega merah mulai kelihatan di ufuk barat. Mentari semakin tenggelam kembali ke peraduan. Angina malam mulai terasa mengirim pesan kalau waktu Magrib sudah menjelang.

Obrolan pengalaman hidup Menag, mulai dari masa nyantri di Gontor hingga menjadi Menag berakhir. Tampak di kejauhan, anak-anak mulai menurunkan mainan layang-layang yang melambai-lambai di ketinggian dan Burung Sriti pun mulai kembali ke Sarang,

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua