Nasional

Munas ke-XI PGLII Resmi Dibuka Menag

Serpong (Pinmas) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin resmi membuka Musyawarah Nasional Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia ke-XI Tahun 2015. Pembukaan Munas ditandai dengan pemukulan gong oleh Menag disaksikan Ketua Umum PGLII Nus Reimas di Serpong-Banten, Selasa (24/3). Hadir dalam acara tersebut Sesditjen Bimas Kristen Pontus Sitorus, Kakankemenag Kabupaten Tangerang A. Nawawi dan Sekretaris Eksekutif KWI Romo Edi Purwanto.

Dalam sambutannya, Menag mengatakan bahwa Munas adalah forum yang tidak biasa, munas ini merupakan forum tertinggi yang dihadiri seluruh utusan daerah yang tergabung dalam PGLII. Menag atas nama pemerintah mengapresiasi pengurus yang telah mampu menjalankan roda kepengurusan dengan baik.

“Munas tidak hanya semata menentukan kepengurusan yang baru tapi yang lebih penting merancang program ke depan. Kemenag bersyukur, PGLII tidak hanya sejalan, tapi juga mendukung dan membantu keberlangsungan program Kemenag,” ucap Menag.

Dikatakan Menag, kita tahu bangsa ini adalah bangsa yang majemuk dengan jutaan penduduk dan negara kepulauan terbesar di dunia. Maka keragaman yang kita miliki pun tidak kalah kecilnya, disitulah anugrah berkah dari Tuhan. Dengan keterbatasan, semua dari kita memiliki potensi untuk saling mengisi diantara keragaman ini.

“Kita sebagai mahluk Tuhan memiliki keterbatasan, disitulah anugrah Tuhan menciptakan keragaman, sehingga untuk yang terbatas itu saling melengkapi, menyempurnakan. Itu reaitas kita, sehingga dengan bijak mensikapi keragaman tersebut. Berbeda dengan bangsa lain, di mana keragaman atau perbedaan bisa menimbulkan bencana dan faktor pemicu konflik sosial,” ujar Menag.

Menag menegaskan, bagaimana agar kualitas pendidikan agama di masyarakat semakin baik dan kualitas kerukunan juga semakin baik, maka harus dilakukan langkah strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut. Kita tahu, para pendiri bangsa ini begitu arifnya merajut keragaman. Nilai agama menjadi faktor mempersatukan keragaman kita.

“Saya meyakini juga orang lain, karena esensi agama pada hakekatnya sama, yaitu memanusiakan manusia, agama tidak semata untuk Tuhan, tapi dihadirkan Tuhan untuk mahluknya. Kasih dan darma Tuhan disebarkan untuk semua orang tanpa membedakan unsur etnis, agama, dan budaya. Ini yang harus kita jaga dan dipelihara,” tandas Menag.

Kementerian Agama, ujar Menag, menjadi faktor penting. Kita kenal bangsa ini sangat religius dengan segala etnis, budaya. Apapun etnisnya kita semua sangat menjunjung nilai agama. Keseharian kita sangat penuh dengan nilai dan ritual agama, sejak lahir hingga kematian. Karena bangsa kita bangsa yang religius, memposisikan agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana agama jadi faktor merajut keragaman, disitulah peran Kemenag.

“Sejauh ini, ormas keagamaan hadir ditengah masyarakat untuk berperan menjalankan peran fungsi Kementerian Agama. Diperlukan persepsi bersama dari kita yang beragam ini, inilah esensi dari agama,” terang Menag.

Menurut Menag, selama ini konflik sosial dipersepsikan bersumber dari agama, ini sangat kontraproduktif. Ini absurditas yang harus kita cari solusinya, padahal agama.mengajarkan kebajikan. Jangan kita lalai atau khilaf menangkap esensi agama. Sejauh ini, terang Menag, yang ditekankan Tuhan adalah menebarkan kasih, rahmat, dan kemaslahatan bagi semesta dan menebarkan kebajikan bagi sesama umat manusia.

“Keragaman tersebut diciptakan (oleh Tuhan), sehingga di antara kita berkompetisi untuk menebarkan kebajikan. Sesungguhnya saya ingin mengajak semua, bagaimana kita menebarkan esensi agama untuk meredusir potensi ancaman disintegrasi bangsa. Bangsa ini harus kita jaga ketertibannya, karena dengan kondisi bangsa yang aman, kita bisa menjalankan ibadah. Menjadi kewajiban seluruh umat menjaga kedamaian sehingga bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan baik,’ ucap Menag.

Sementara itu, Ketua Umum PGLII Nus Reimas mengatakan bagaimana gereja bergandengan dengan semua pihak tanpa melihat asal usul, bersama membangun bangsa. Harus hidup dalam harmoni dengan perbedaan-perbedaan. Dikatakan Nus, Menag baginya sangat spesial, karena jarang di negeri ini anak menteri jadi menteri dan bapak Menag jadi Menag untuk dua era kepemimpinan nasional, yaitu era Presiden SBY dan Presiden Joko Widodo.

“Saya sangat terkesan, beliau berbicara tentang agama-agama diluar agama yang enam. Dan kita lihat, ini anugrah dari atas (Tuhan),” kata Nus. (dm/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua