Nasional

MUI berharap Media Massa Hormati Ramadhan

Jakarta(Pinmas)--Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap media massa menghormati Ramadhan untuk menjaga kesucian bulan itu sendiri dengan menyuguhkan berita atau tayangan yang bermanfaat guna penguatan keimanan umat Islam. Hal tersebut mencuat pada jumpa pers yang dilaksanakan MUI bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) di Gedung MUI Jakarta, Kamis. Hadir pada kesempatan itu Ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, Ketua Komisi bidang Media MUI, S. Sinansari ecip, dan Dirjen IKP, Freddy Tulung. Freddy menjelaskan pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk mengatur konten atau isi tayangan suatu berita pada setiap media massa. Namun ia berharap pada saat umat Islam melaksanakan ritual pada Ramadhan ini, seluruh pihak termasuk media massa menghormati sehingga tercipta suasana kondusif di masyarakat. Ada beberapa hal yang patut diindahkan oleh kalangan pengelola media massa yaitu memberikan atau menyuguhkan berita yang mengandung pendidikan (edukasi), unsur pemberdayaan, dan unsur pencerahan bagi masyarakat. Hal ini hendaknya dijadikan dasar tanpa mengabaikan kepentingan NKRI. Memang benar bahwa belakangan ini penyajian siaran yang ditayangkan jika dinilai kadang sudah memenuhi unsur kelengkapan berita, lima W satu H. Tetapi masih banyak penyuguhan berita masih perlu dilengkapi unsur `bagaimana dan mengapa`. Karenanya para pengelola media hendaknya juga memperhatikan etika dan suasana batin pada Ramadhan 1433 H, kata Freddy. Pada kesempatan itu Freddy mengungkapkan masih banyak tayangan di televisi, apalagi internet, berisi kekerasan, pornografi, dan mistik. Sehingga, jika isi tayangan itu terus menerus diakses akan berdampak pada degradasi moral. Pendapat serupa juga dikemukakan Sinansari Ecip. Ia mengaku prihatin bahwa Indonesia dikelompokkan sebagai pengakses internet porno terbesar. Karenanya, untuk membendung kemerosotan moral perlu kebersamaan masyarakat. Mengontrol media massa, menurut Encip, sesungguhnya bisa dilakukan oleh masyarakat itu juga. Sebab, semua media massa sesungguhnya juga menggunakan ruang publik. Di situlah masyarakat juga punya tanggung jawab yang sama besarnya bagi upaya peningkatan akhlak melalui pengawasan terhadap media massa. Ia melanjutkan, teknologi TV membuat proses komunikasi menjadi massal yang luar biasa. Kebanyakan pemirsanya adalah massa pasif, tidak bisa berinteraksi secara intens dengan media. Karena itu, khayalak massa harus pandai-pandai menyaring tontonannya. Tambah Encip, mereka harus melakukan penyensoran mandiri secara ideal jika seseorang sudah berpendidikan dan berpengalaman lebih. Untuk anak-anak, bisa ada jadwal mengontrol dengan cara menyensor yang paling tradisional dan agak sadis yaitu menghentikan siaran TV atau memindahkan salurannya, katanya.(ant/es)
Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua