Nasional

Menag: Solusi Sampang, Rekonsiliasi Keluarga dan Warga

Jakarta (Pinmas) - Menteri Agama Surayadharma Ali kembali menegaskan bahwa peristiwa bentrokan di Sampang, bukan persoalan agama, tapi persoalan keluarga kemudian merembet melibatkan para pengikutnya dan karena itu sebagai solusinya perlu rekonsiliasi keluarga dan warga. Menteri Agama Suryadharma Ali meminta agar peristiwa bentrokan yang terjadi pada hari Minggu (26/8) di Sampang, Madura, tidak usah dibenturkan antara syiah dan sunni. Karena itu ia mengimbau semua pihak agar bisa menahan diri. Hal itu diugkapkan Menag usai membuka acara qurah pondokan jemaah haji 1433H/2012, di Jakarta, Selasa (28/8).

Ia mengaku sudah bertemu dengan ibunda dari keluarga yang bertikai, keluarga Tajul Muluk dan Rois. Ada keinginan dari ibunda dari keluarga itu untuk pindah. Ide itu bukan atas dorongan dari pihak luar, tapi atas kemauan sendiri. Kemana dan kapan kepindahan itu direalisasikan, Menag tak menjelaskan lebih rinci. Namun yang jelas, Menag berharap persoalan ini segera dapat diselesaikan dengan cepat. Pihak aparat pun sudah bergerak cepat, dan untuk ini ia menaruh apresiasi kepada kinerja kepolisian dalam mengatasi pertikaian di Sampang itu. Langkah terbaik adalah perlu ada rekonsiliasi antarkeluarga yang bertikai disusul rekonsiliasi warga. "Itu harus ada, jika masalah itu tak ingin berlarut-larut," katanya.

Ia menjelaskan, tak semua rumah dapat dibakar pihak Sunni. Masih ada sekitar 10 persen, sebanyak 90 persen dari 88 kepala keluarga (KK) warga Syiah tak dapat diselamatkan. Hal itu terjadi lantaran lokasinya tersebar di berbagai titik. Belum lagi jalan yang ada masih berupa jalan kecil di desa. "Lokasinya tersebar di berbagai tempat," ia menambahkan. Jadi, lanjut dia, jangan dikesankan aparat bekerja lambat. Pihak kepolisian setempat sudah bekerja optimal dengan dukungan yang serba terbatas. Menanggapi pernyataan bahwa aliran Syiah sesat, ia mengatakan, Kementerian Agama tidak pada kapasitasnya memberikan penilaian seperti itu. Sebab, otoritas untuk itu ada pada majelis ulama dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam.

Dari sisi Kementerian Agama, lanjut dia, adalah meminta kepada para Kakanwil Kementerian Agama di seluruh Indonesia untuk memantau adanya aliran yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat. Dewasa ini ada beberapa aliran yang berpotensi konflik. Yaitu di Jawa Timur (1 aliran, Syiah di Sampang), Jawa Barat (3) yaitu aliran At Janiah, Imam Mahdi, Pajajaran Panjalu Siliwangi. "Saya minta kepada para Kakanwil Kemenag untuk melakukan penelitian sebagai antisipasi mencegah konflik," pinta Suryadharma Ali. (ant/ess)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua