Nasional

Menag: SI Perlu Perkuat Kembali Nilai Perjuangan

Makassar (Pinmas) --- Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengharapkan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, Syarikat Islam (SI) dapat memperkuat kembali nilai perjuangan seperti keinginan pendirinya, HOS Tjokroaminoto. Hal itu disampaikan Menag dalam sambutan pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke II SI di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (28/08).

"Pada masa perjuangan dan kemerdekaan, SI merupakan nenek moyang dan orang tua kandung dari pergerakan Islam di Indonesia. Kita berharap kiprah SI saat ini pun tetap terlihat di masyarakat," ujar Menag kepada seluruh peserta Mukernas yang berasal dari seluruh Indonesia. Hadir dalam pembukaan Mukernas ke II tersebut, Walikota Makassar Ilham Arif Sirajudin, pejabat Kemenag Kanwil Sulawesi Selatan, dan Pengurus Syarikat Islam.

Menag meminta SI bisa mengevaluasi kembali langkahnya kini, untuk meneguhkan perjuangan seperti pada masa awal-awal berdirinya. Menag mencatat ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama, peran ekonomi. Sejak berdirinya, kata Menag, SI esensinya berbasis para pedagang pribumi. “Kiprah SI saat ini seharusnya berperan besar menguatkan perekonomian umat, layaknya SI pada awal kemunculannya dari para saudagar muslim,” kata Menag. Menag berharap kiprah umat Islam dalam perekonomian terus dimajukan. Menag prihatin karena umat Islam belum bisa berkiprah banyak pada sektor perekonomian bangsa.

Kedua, penguatan peran pendidikan Islam. Menag meminta SI juga harus lebih banyak lagi berperan dalam pendidikan Islam. Meski banya ormas Islam dan ulama sudah berkontribusi dalam pendidikan Islam, namun Menag menilai secara kualitas masih kalah dan tertinggal.

Ketiga, peran peran politik SI. Saat ini, kata Menag, SI memang bukan parpol. Namun bukan berarti SI menjadi apolitik dalam perpolitikan, terutama dalam perjuangannya terhadap umat islam. "Di bidang politik, SI adalah nenek moyang dan orang tua kandung dari partai-partai Islam termasuk partai Islam yang ada saat ini," katanya. Karenanya, Menag berharap kesadaran politik SI kembali tumbuh dan dapat memberi semangat kebangkitan Islam.

Menag mencontohkan, kondisi umat Islam paska reformasi. Karakter umat Islam Indonesia saat ini adalah ego kelompok yang selalu tidak puas. Tidak puas dari kelompok Islam satu, buat kelompok baru. Tidak puas dengan partai satu, buat partai yang lain. Akibatnya, umat Islam semakin terpecah dan tercerai berai. "Dari rakernas inilah kita berharap kembali kebangkitan SI," tegas Menag.

Ketua Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam, Raharjo Tjakraningrat menyambut baik keinginan Menag. Raharjo menegaskan perlunya menata ulang semangat perjuangan SI, sebagaimana telah ditegaskan sejak awal oleh pendiri SI, HOS Tjokroaminoto. Sebagai ormas Islam tertua, SI memiliki kiprah yang panjang dalam perkembangan politik sosial dan kemasyarakatan bangsa Indonesia. Namun, kata Raharjo, seiring berjalannya waktu kiprah SI semakin dilupakan oleh umat Islam. "Kita menyadari kenyataan ini. Untuk itu, inilah pentingnya merevitalisasi kembali langkah perjuangan SI untuk terus tetap melangkah, menjunjung nilai keislaman secara utuh," katanya.

Sebagai ormas yang melahirkan gerakan politik Indonesia, SI saat ini perlu mengajak kembali semangat bersyarikat Islam sesuai suasana demokrasi di Indonesia saat ini. Namun demikian, jelas Raharjo, SI menolak sistem demokrasi absolut yang dapat merusak sistem keislaman.

Demokrasi perlu dipahami dengan menimbang nilai keindonesian dan keislaman. "Perjuangan inilah yang dibawa pendiri SI, HOS. Tjokroaminoto. Kita konsisten memperjuangkan SI sesuai cita-cita pendirinya," tuturnya. SI saat ini tidak memiliki partai dan tidak menjadi partai seperti pada masa dahulu. Akan tetapi perjuangan SI tidak bisa dinafikan dari fakta sejarah perjuangan politik Islam di Indonesia. "SI ada di mana-mana, tapi tidak kemana-mana," tegas Raharjo. (Amri)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua