Nasional

Menag: Sebagai Bangsa Besar, Kita Dukung Jamu Sebagai Milik Kita

Jakarta (Pinmas) – Menteri Agama Lukman Hakim menegaskan sebagai bangsa besar kita dukung jamu sebagai milik kita, dan kita mempunyai kewajiban untuk menjaga jamu sebagai khasanah Nusantara yang bermanfaat bagi kesehatan. Penegasan tersebut disampaikan Menag saat acara kampanye budaya minum jamu di lingkungan Kementerian Agama yang mengusung tema “Mentradisikan Minum Jamu, Membiasakan Olahraga untuk Kesehatan Bersama” di halaman kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Jakarta, Jumat (13/3).

“Sebagai bangsa besar kita dukung jamu sebagai milik kita, yang punya kewajiban menjaga adalah kita sendiri, kami menyambut baik kampanye untuk gemar minum jamu,” ujar Menag.

Hadir dalam acara tersebut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, pejabat sejumlah Kementerian/Lembaga, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia Charles Saerang, Pembina Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama ibu Trisna Willy, Puteri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Puteri, Puteri Indonesia Lingkungan 2015 Chintya Fabyola dan Puteri Indonesia Pariwisata 2015 Gresya Amanda, seluruh pejabat di lingkungan Kemenag, pegawai Kemenag pusat dan sejumlah kepala Madrasah Ibtidaiyyah Negeri, Madrasah Tsanwiyah Negeri dan Madrasah Aliyah Negeri di DKI Jakarta.

Menag mengatakan, jamu dan Kementerian Agama memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat sekali. Menag menyitir ungkapan kaidah alaqlusalim fi jismisalim yaitu akal yang sehat ada dalam jasmani yang sehat, oleh karena jamu sangat erat kaitannya dengan kesehatan, sehat jasmani juga rohani.

Acara tersebut juga menjadi ajang sosialisasi Program 5000 Doktor, dikatakan Menag, program ini merupakan bagian upaya Kementerian Agama menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggulan.

“Jasmaninya kita siapkan dengan jamu, dan pikirannya dengan program doktor,” tandas Menag.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel dalam sambutannya mengatakan, apabila berhasil mengkampanyekan jamu sebagai bagian produk unggulan tradisional, maka akan menjadi produk unggulan Indonesia. Jamu harus kita angkat sebagai produk ungulan karena merupakan minuman kesehatan tradional dan menjadi nilai tambah.

“Saya sangat mendorong sebagai produk unggulan, tidak hanya bahannya ada dan mudah ditemukan, juga bisa memberdayakan petani dan memberikan nilai tambah. Jamu tidak hanya jadi monopoli pengusaha tapi juga masyarakat”, ujar Rahmat yang juga seorang pengusaha nasional.

Dikatakannya, ketika Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berlaku, jamu akan menjadi produk unggulan yang bisa ditawarkan. Kebutuhan jamu dunia saat ini mencapai 80 triliun, dan Indonesia baru mencapai Rp 12 triliun. Bicara jamu, maka bicara Indonesia.

“Mudah-mudahan kampanye minun jamu setiap Jumat usai olahraga merupakan hal positif, dan saya berharap di Kementerian Agama ada jamu corner yang bisa dikonsumsi pegawai,” harap Mendag.

Harapan Mendag agar di Kementerian Agama ada jamu corner ini mendapat sambutan positif dari Menag dan hal tersebut akan direalisasikan adanya jamu corner yang bisa dikonsumsi pegawai usai senam bersama setiap Jumat pagi.

Terkait dengan pentingnya jamu untuk kesehatan, Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia melalui ketua GP Jamu Indonesia Charles Saerang berharap agar jemaah haji mengkonsumsi jamu selama menunaikan ibadah haji untuk kesahatan karena berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Kampanye budaya minum jamu di lingkungan Kemenag ini ditandai dengan minum jamu bersama dan penandatanganan kampanye budaya minum jamu di atas kanvas oleh Menag, Mendag, Ketua Gabungan pengusaha Jamu Indonesia, Pembina DWP Kemenag, Sekjen Nur Syam didampingi Puteri Indonesia 2015, Puteri Indonesia Lingkungan 2015 dan Puteri Indonesia Pariwisata 2015 dan dilanjutkan dengan senam bersama. Acara ini juga dimeriahkan dengan kehadiran penjual jamu gendong dan gerai jamu yang bisa dikonsumsi pegawai Kemenag dan pembagian doorprize. (dm/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua