Nasional

Menag: Pusat Tahfidzul Quran, Ikhtiar Menjaga Al-Quran

Karimun (Pinmas) – Berdirinya Pusat Tahfidzul Quran merupakan salah satu bentuk ikhtiar untuk menjaga Al-Quran dan melestarikan nilai-nilainya sebagaimana Allah Swt tegaskan akan menjamin keaslian Al-Quran. Ini seperti terlintas dalam sejarah penulisan dan pengumpulan dan standarisasi Al-Quran, dan kesemuanya untuk memberi kepastian originalitas Al-Quran, baik huruf, kata, kalimat maupun makna dan seluruh isi kandungannya. Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ketika meresmikan pembangunan Pusat Tahfidzul Al-Quran yang ditandai dengan peletakan batu pertama gedung Tahfidz Al-Quran-Quran Center di Pulau Nyiur, Kec. Moro, Kab. Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu (15/11) kemarin.

Terkait originalitas Al-Quran, Menag mengungkapkan bahwa pada zaman Rasulullah Saw dikenal sahabat Zaid bin Tsabit yang dengan sangat hati-hati mencatat ayat-ayat Al-Quran. Pada zaman sahabat Abu Bakar Assiddiq dan Umar bin Khattab dilakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Quran dan koodifikasinya dan selanjutnya pada zaman sahabat Ustman bin Affan dituntaskan standarisasinya.

“Zaman terus berganti, hingga abad kelima belas hijriah sekarang ini, kita masih mendapati Al-Quran dalam bentuk yang asli sesuai dengan wahyu yang diterima secara berangsur-angsur diterima Rasulullah. Namun demikian, sejarah juga mencatat adanya upaya-upaya memalsukan Al-Quran,” terang Menag.

Dikatakan Menag, inilah yang menjadi bahan renungan kita, setelah kita bersama-sama bertekad menghapus buta huruf Al-Quran, lalu saat ini sedang giat menggelorakan tahsin dan tahfidz Al-Quran, maka sudah saatnya pula kita bersama-sama membutuhkan gerakan memahami dan mengamalkan isi Al-Quran.

“Tentu saja bukan perkara mudah memahami dan mengamalkan isi Al-Quran, kita membutuhkan lembaga pendidikan yang concern untuk mendalami Al-Quran baik pada aspek ulumul Al-Quran maupun tafsirnya,” kata Menag.

Menurut Menag, hal tersebut di atas dapat maksimal ditempuh melalui pendidikan tafaqquh fiddin, ada pendidikan diniyah baik yang diselenggarakan pesantren mauun di luar pesantren, di madrasah, di sekolah maupun di perguruan tinggi.

Menag mengajak seluruh pihak agar sama-sama menyuburkan pendidikan diniyah ini semata-mata untuk menangkal pemahaman Islam yang distortif, Islam yang mengalami distorsi, yang esklusif maupun yang cenderung liberal.

Menurutnya, kita sering mengenal ajaran yang tawassut yang tawazzun yang rahmatal lilalamin agar Indonesia dapat terbebas dari ancaman paham-paham yang takfiri, Islam yang transnasional, paham-paham yang sangat dengam mudah mengkafir-kafirkan sesama kita yang hanya berbeda pada hal yang tidak prinsip. Paham-paham Islam yang mengancam keutuhan Islam itu sendiri bahkan mengancam kesatuan persatuan kita sebagai sebuah bangsa.

Semakin Populer

Pada acara yang dihadiri oleh Gubernur Kepri Muhamad Sani, Sesditjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Pembina Quran Center Batam Said Aqil Almunawar, Bupati Karimun Nurdin Basirun dan Kakanwil Kemenag Kepri Marwin Jamal, Menag mengatakan bahwa sebagaimana dijelaskan dalam kitab Pesantren Nusantara, keberadaan pesantren tahfidz sebenarnya sudah dikenal lebih awal di negara kita.

Namun, akhir-akhir ini pesantren tahfidz semakin populer dengan berdirinya rumah tahfidz di mana–mana, di mana banyak pihak yang memberi perhatian atas pentingnya menghafal Al-Quran, bukan hanya semata-mata kecintaan terhadap Al-Quran tetapi juga termotivasi untuk menjag Al-Quran dalam dirinya sendiri sebagai penjagaan pada hati pikiran dan sikapnya.

Dituturkan Menag, para penghafal Al-Quran pada hakekatnya adalah mereka yang cakrawala pemikirannya terbuka luas, mereka akan memahami makna Iqra secara konfrehensif secara menyeluruh karena mampu membaca terhadap segala sesuatu dengan perspektif nama Tuhan yang telah menciptakannya.

Mereka (penghafal Al-Quran), lanjut Menag, akan membaca meneliti, menulis dan mendesiminasi hasil kerja ilmiahnya secara terus menerus untuk membangun peradaban umat, bahkan para ilmuwan menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku secara universal yang dikenalkan oleh Al-Quran. Dengan demikian, menghafal Al-Quran pada hakekatnya berarti perjuangan untuk melestarikan kehidupan manusia dengan berbagai sistem nilai yang melingkupinya.

“Marilah kita syiarkan hafalan Al-Quran. Inilah bacaan yang tidak ada perbedaan di antara kita, dari sinilah kita satukan hati dan tekad kita untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah mempererat silaturahim sesama muslim sehingga kita bisa hidup bersama dalam satu rumah besar bernama Indonesia,” ajak Menag.

“Bukankan Ukhuwah Islamiyah merupakan modal persatuan yang sangat mahal harganya? Marilah kita bersatu, bergerak bersama, berdedikasi dalam mewujudkan Indonesia masa depan yang lebih jaya,” pungkas Menag. (dm/dm).

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua