Nasional

Menag: Pegang Pesan KH. Asad, Pemimpin Tidak Boleh Hasad

Situbondo (Pinmas) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak tokoh masyarakat, ulama dan para santri untuk memegang teguh pesan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah KH As’ad Syamsul Arifin dan meneladani sepak terjangnya.

“Selain sebagai tokoh, KH As’ad juga banyak memberi kontribusi dalam bidang pendidikan dan berdirinya NKRI, sehingga kini para alumni dari pondok Salafiyah Syafiiyah banyak berkiprah di masyarakat,” kata Menag saat peringatan satu abad berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Selasa (17/6) malam.

Dalam acara tersebut, hadir Wakil Gubernur Jatim Saefullah Yusuf, Pimpinan Ponpes Salafiyah Syafiiyah KHR Ach Azaim Ibrahimy, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, Kanwil Kemenag Jatim Mahfud Shadar, Direktur Podok Pesantren Kemenag Ace Saefuddin.

Hadir pula Cawapres Jusuf Kalla dan mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi. Ribuan santri ikut meramaikanjalannya puncak peringatan pondok tersebut.

Menag menegaskan, KH As’ad Syamsul Arifin pernah mengingatkan kepada para santrinya bahwa “orang yang mampu menjadi pemimpin, tidak boleh hasad, melainkan suka mengalah dan ikhlas. Pesan tersebut sangat relevan dengan kondisi dan situasi bangsa dewasa ini”.

Akhlak pesantren, menurut menag, harus dipegang teguh baik oleh para santri maupun alumni. Terlebih ketika berkiprah di tengah masyarakat.

“Kesederhanaan, kemandirian, kesalehan dan keihklasan yang merupakan jati diri pesantren perlu dipertahankan sebagai roh pendidikan yang diaktualisasikan untuk menjawab dan menghadirkan solusi moralitas di tengah perubahan zaman,” katanya.

Menag berharap keunggulan pesantren dipertahankan dan ditingkatkan dalam konteks masa kini, sehingga tidak hanya menjadi keunggulan historis, tetapi keunggulan masa depan dalam perkembangan dunia pendidikan Islam kontemporer yang mengedepankan kualitas, identitas dan daya saing.

Pahlawan Nasional

Di bagian lain, Lukman Hakim Saifuddin memberi apresiasi kepada tokoh dan para pengajar di Ponpes Salafiyah Syafiiyah yang pada usianya yang ke-100 tahun lembaga pendidikan tersebut tetap konsisten memajukan pendidikan di daerah tersebut.

Namun terkait dengan upaya keluarga PB NU untuk memperjuangkan agar KH As’ad Syamsul Arifin dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional, menurut menag, hal itu sudah sewajarnya. KH As’ad pantas diberi gelar sebagai pahlawan nasional.

Untuk mendapat gelar sebagai pahlawan nasional, lanjut Lukman, harus melalui usulan dari anggota keluarga. Namun yang ia dengar, PBNU sudah melakukan kajian dan usulan yang bertindak atas nama keluarga agar KH As’ad diberi gelar pahlawan nasional.

Sebelumnya, Wagub Jatim Sefullah Yusuf mengatakan, pemerintah sudah pantas memberi gelar pahlawan nasional kepada KH As’ad. Bagi keluarga gelar itu tidak penting. Bagi pondok juga tak penting. Tapi gelar itu penting bagi bangsa Indonesia.

Pernyataan itu juga dikemukakan KH Hasyim Muzadi. Ketokohan KH As’ad, khususnya membawa umat Islam untuk meyakini Pancasila sebagai pemersatu bangsa sangat besar sekali.

Menag menambahkan, peran Ponpes Salafiyah Syafiiyah demikian besar dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Melalui berbagai dialog, para ulama dari daerah itu pula bisa meyakinkan umat Islam bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia.

Artinya, dengan upaya yang ditempuh oleh para pendiri ponpes tersebut keraguan umat Islam terhadap Pancasila tidak ada lagi. “Jadi, jasa para ulama dari pondok tersebut sangat besar,” katanya.

Itulah sebabnya, kata Menag, dirinya menyempatkan diri untuk hadir para peringatan satu abad pondok pesantren tersebut. Perjalanan dari Jakarta (dengan pesawat) ke Surabaya dan dilanjutkan dengan jalan darat ke lokasi memakan waktu 10 jam (pulang-pergi) memang terasa melelahkan.

“Tapi, peristiwa peringatan satu abad pondok pesantren itu punya nilai tinggi,” pungkasnya. (ess/ant/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua