Nasional

Menag: Masyarakat Barat Belum Sepenuhnya Bersimpati dengan Islam

Jakarta (Pinmas) - Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan masyarakat Barat belum sepenuhnya bersimpati terhadap Islam dan umat Islam, karena keterbatasan pemahaman mereka tentang Islam. " Masih ada sebagian yang memiliki pandangan dan sikap negatif terhadap Islam dan umat Islam," kata Menteri Agama Suryadharma Ali pada penutupan International Conference on Islam, Civilization, and Peace di Jakarta, Rabu (24/4). Konferensi itu sendiri berlangsung sejak Selasa (23/4) , diikuti para peserta dari Mesir, Yaman, Somalia, Oman, Malaysia, Jepang, Taiwan, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Myanmar, Kamboja, Philipina, Timor Leste, dan tuan rumah Indonesia.Nampak hadir pula Prof. Dr. Abdul Salam Al-Abbadi, Mantan Menteri Wakaf dan Urusan Islam Kerajaan Yordania dan delegasi dari Yordania.

Menurut Menag, masih rendahnya pemahaman Barat terhadap Islam, disebabkan keengganan mereka untuk melihat Islam secara utuh dan dari sudut pandang yang lebih obyektif. Akibatnya, mereka masih belum menerima bahwa Al-Quran melarang membunuh manusia, menyebarkan tindak kekerasan, dan tindakan anarkis lainnya. Bahkan, kata Menag, pesan yang dibawa al-Quran yang pada dasarnya sangat memberi tempat terhadap emansipasi perempuan, mereka masih menganggapnya sebagai penghalang kesetaraan jender. Menarik untuk disimak, kata Menteri Agama, pendapat John L. Esposito dalam bukunya The Future of Islam (2010), yang menyatakan, Amman Message dan surat terbuka A Common Word Between Us and You merupakan ajakan bagi dunia untuk menciptakan perdamaian, masih tidak direspon secara memadai oleh media massa terkemuka dunia.

Esposito lebih lanjut menyatakan bahwa penyelenggaraan Konferensi Islam Internasional yang melahirkan Amman Message pada tahun 2004-2005 dan pernyataan A Common Word Between Us and You pada tahun 2007 merupakan kontribusi umat Islam yang baik dan dapat dipandang sebagai tonggak penting dalam mengatasi aksi-aksi fanatisme, ekstrimisme, dan terorisme atas nama agama secara global. Berangkat dari fenomena tersebut, menurut Suryadharma Ali, semakin diyakinkan bahwa masa depan Islam dan umat Islam sangat bergantung pada dirinya sendiri dengan memperkuat kondisi umat Islam dari berbagai aspek, baik pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Di samping itu, salah satu tugas utama umat Islam adalah membangun komunitas global yang lebih beradab dan berkeadilan, tempat orang-orang dari semua keyakinan dan agama dapat hidup bersama secara harmonis dan saling menghormati.

Dukung Rekomendasi Menag menyambut gembira rekomendasi yang dihasilkan dari konferensi ini. Karena itu ia mendukung seluruh rekomendasi yang dihasilkan Konferensi ini. Untuk itu diharapkan seluruh rekomendasi tersebut dapat terus digelorakan dan disuarakan ke seluruh penjuru dunia secara konsisten. œSampaikan juga kepada dunia bahwa Islam dan umat Islam mendorong dan selalu siap bekerja sama dengan pihak manapun untuk mewujudkan perdamaian dunia, pinta Menteri Agama. Suryadharma Ali merasa yakin dengan konsistensi sikap dan kerja sama, umat Islam dapat membangun peradaban dunia yang lebih damai, beradab, dan berkeadilan. Artinya, umat Islam harus hadir sebagai bagian dari solusi berbagai isu global. Menteri Agama menyambut baik adanya rekomendasi agar konferensi internasional semacam ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali yang diselenggarakan oleh Kerajaan Yordania dan Republik Indonesia. Selama konferensi berlangsung telah dipaparkan dan didiskusikan sejumlah paper yang disampaikan oleh para pakar dari Indonesia, Yordania, Mesir, dan Oman.

Paper tersebut mengulas topik-topik penting yang menjadi perhatian umat Islam, yaitu mengenai: (1) Islam sejati di tengah fanatisme, ekstrimisme, dan terorisme atas nama agama yang melanda dunia Islam saat ini; (2) perlunya dialog antariman, budaya, dan peradaban di era globalisasi; (3) kontribusi Islam dalam pengembangan sumber daya manusia; (4) implementasi hak asasi manusia dalam hukum Islam; (5) optimalisasi zakat dan wakaf untuk keadilan sosial; dan (6) pengembangan perbankan syariah. Topik-topik tersebut sangat penting dan menarik untuk didiskusikan lebih lanjut. Oleh karena itu, Menag berharap, isu-isu tersebut perlu terus-menerus didiskusikan dan ditindaklanjuti dengan program-program konkret yang dapat dilakukan oleh individu, organisasi, dan Pemerintah, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Ke depan umat Islam di seluruh dunia masih dihadapkan pada tantangan yang berat, terutama dalam membangun saling pengertian, penghormatan, dan kebersamaan di antara umat Islam sendiri dan atau umat Islam dengan umat beragama lainnya.

Terkait dengan tantangan kedua, ia melihat bahwa Islam dan umat Islam dewasa ini merupakan bagian integral dari proses globalisasi, sebab keberadaan umat Islam kini tersebar luas di seluruh penjuru dunia. Umat Islam, tegas Suryadhara Ali, kini merupakan bagian dari mozaik masyarakat global. Di dunia yang terlalu sering tunduk pada dikotomi œkita dan mereka, umat Islam ditantang untuk mengikis demarkasi tersebut dengan memperkokoh sisi kemanusiaan yang sama-sama dimiliki, dan menyadari bahwa kita saling berhubungan dan saling membutuhkan, serta sama-sama berkewajiban menciptakan masyarakat dunia yang damai dan berkeadilan. (ant/ess)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua