Nasional

Menag Launching Buku 25 Tahun MABIMS

Denpasar (Pinmas) —- Menag Lukman Hakim Saifuddin (LHS) me-launching buku 25th MABIMS yang menandai 25 tahun kiprah forum menteri-menteri agama empat negara, yaitu: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Proses launching dilakukan dengan pemotongan tumpeng oleh Menag LHS dalam kesempatan pertemuan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ke- 16 di Nusa Dua, Bali, Selasa (02/12) Malam.

Buku yang dilaunching oleh Menag ini berisi perjalanan kerjasama para Menteri Agama serantau dalam bidang urusan agama Islam yang dapat mendukung keberhasilan pembangunan nasional di masing-masing Negara.

MABIMS merupakan forum pertemuan tidak resmi antar Menteri Agama se-ASEAN yang terdiri dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Forum ini merupakan tidak lanjut dari pertemuan para Menteri Agama dan Wakaf se dunia di Jeddah tahun 1989. Pertemuan MABIMS pertama kali dilaksanakan di Brunei Darussalam pada tahun 1989 yang membahas tentang pentingnya kerjasama antar Kementerian Agama se-ASEAN dalam meningkatkan peran umat Islam dalam mendukung pembangunan nasional masing-masing tanpa harus mencampuri urusan politik dalam negeri masing-masing.

Pertemuan MABIMS tahun ini diawali dengan Senior Official Meeting (SOM) ke 39 MABIMS yang diikuti oleh delegasi dari empat negara dan berlangsung dari 30 November – 2 Desember. MABIMS sendiri akan berlangsung selama tiga hari ke depan, dari 2 – 4 Desember 2014. Dalam pertemuan MABIMS ke 16 ini, para Menteri Agama akan melihat ulang program-program MABIMS yang selama ini sudah dilaksanakan dan akan ditetapkan program-program prioritas sesuai dengan tantangan dan peluang baru pada masa mendatang.

Dalam kesempatan launching tersebut, Menag LHS mengungkapkan rasa syukurnya atas usia MABIMS yang sudah mencapai 25 tahun. Menurutnya, pertemuan MABIMS sangat penting, karena telah banyak memberikan kontribusi bagi masing-masing negara dengan niat dan semangat yang sama agar agama Islam benar-benar bisa ditangkap spirit jiwanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bagi negara anggota MABIMS.

Menag LHS berharap agar kajian dan hasil dari acara dan agenda MABIMS ini dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat negara-negara MABIMS. Salah satunya adalah dengan terus berkembangnya pemahaman Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamain, moderat, toleran, serta menghindari sikap ekstrim. Dipilihnya Bali sebagai lokasi acara, lanjut Menag, selain karena dikenal keelokan seni dan budayanya yang berkembang, tidak kalah penting karena Bali menjadi cerminan dari kerukunan hidup beragama.

Proses launching buku dilakukan dengan potong tumpeng. Sebelumnya, Menag menjelaskan bahwa tradisi tumpeng lahir dari kebudayaan Jawa yang banyak di masuki tradisi Hindu. “Tumpeng berasal dari dua kata, ‘tum’ dan ‘peng’. Dalam bahasa Jawa metu seng mempeng berarti keluar yang kenceng,” jelas Menag,

Selain itu, lanjut Menag, ada campuran makanan tumpeng itu namanya ‘Buceng’ (melebu seng kenceng) yang berarti benar-benar masuk. Lalu tumpeng itu biasanya dilengkapi 7 macam lauk pauk, dalam bahasa jawa disebut ‘Pitu’ berarti ‘pitulungan’. Maksudnya memohon pertolongan. Jadi bisa dimaknai bahwa masuk betul-betul masuk, dan keluar betul-betul keluar untuk memohon pertolongan.

Hal Ini, kata Menag, seiring sejalan dengan makna Surat Al-Isra ayat 80, “Ya Tuhanku, masukan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)”.

“Mudah-mudahan ini menjadi keselamatan bagi kita semua,” tutup Menag. (Arief/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua