Nasional

Menag: Jangan-Jangan Sebelum Lahir pun Saya Sudah NU

Samarinda (Pinmas) —- Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengaku bahwa Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah lembaga yang pertama kali memperkenalkan dirinya dengan organisasi terbesar di Indonesia ini. Menag mengingat bahwa sejak balita, dia sering diajak ibunya yang pengurus Muslimat dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang juga membidangi pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) NU ini.

Menag berkisah bahwa di sebuah bangunan kecil di daerah Mentang (gedung Muslimat -red), dirinya menghabiskan hari-hari masa kecil, karena diajak sang bunda sehingga dirinya mengenal apa itu NU.

“Saya berpikir, jangan-jangan sebelum lahir pun saya sudah menjadi NU karena sering diajak mengikuti kegiatan-kegiatan muslimat NU,” tegas Menag saat memberikan sambutan pada Pembukaan Rakernas Pendidikan Muslimat NU, Samarinda, Jumat (06/02), disambut tepuk tangan hadirin .

Hadir dalam kesempatan ini, Ketua Umum Muslimat NU yang juga Menteri Sosial Khofifah Indarparawangsa, Ketua PP LP Maarif NU Arifin Junaidi, dan para pengurus Muslimat NU se Indonesia.

Dikatakan Menag, posisi Muslimat sangat strategis karena membina PAUD. Dalam konteks ini, Menag mengingatkan bahwa selain anak-anak, Muslimat juga harus berada pada garda terdepan dalam pendidikan terhadap orang tua. Sebab menurutnya, perubahan globalisasi yang begitu cepat, menjadikan pendidikan tidak hanya penting bagi anak-anak saja, tapi juga bagi orang tua. “Bagaimana orang tua juga memiliki kemampuan untuk mendidik anak-anaknya di era perubahan seperti sekarang ini,” terang Menag.

Menag mendukung langkah Muslimat NU yang telah membagikan buku Home Reading yang berisi bacaan cerita-cerita hikmah yang mendidik. Putera mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) ini berharap buku tersebut bisa menjadi bagian sarana men transformasi nilai-nilai positif kepada anak-anak yang saat ini dirasa sudah semakin berkurang.

“Selain waktu yang semakin terbatas, kemampuan kita untuk menceritakan cerita-cerita yang penuh hikmah, teladan, nilai-nilai kebajikan pun semakin memerlukan perhatian serius dari kita,” pesan Menag.

Kementerian Agama, lanjut Menag, membuka diri untuk bersama-sama Muslimat NU mengembangkan program-program ke depan, sehingga generasi muda Indonesia semakin teguh dengan paham keagamaan sebagaimana yang diajarkan para pendahulu, dan memiliki paham kebangsaan yang tinggi. “Meski di era globalisasi, (generasi kita) tidak tergerus dan tercerabut jati dirinya sebagai bangsa Indonesia dan umat beragama,” harap Menag. (cw/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua