Nasional

Menag: Akar Masalah Kita adalah Tamak dan Rakus

Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa akar munculnya berbagai masalah adalah kerakusan dan ketamakan. Kedua hal ini menurut Menag bukan masalah sederhana dan untuk mengatasinya dibutuhkan sikap “merasa cukup”.

“Kita memang membutuhkan sebuah spiritualitas “merasa cukup”. Jika tidak, yang terjadi korupsi terjadi di mana­mana, bukan dilakukan oleh orang yang kekurangan secara ekonomi, tapi diperbuat oleh orang atau kelompok yang merasa kurang,” demikian disampaikan Menag LHS saat menerima pengurus Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta, Selasa (24/02).

Didampingi Dirjen Bimas Kristen Oditha R Hutabarat, Pengurus PGI yang berkunjung ke ruang kerja Menag adalah Ketua Umum PGI. Pdt Henriete Hutabarat Lebang, Pdt Gomar Gulton, Pdt Bambang Widjaya, Pdt Samuel Prasetya, Pdt Krise Gosal, Novel Matindas, Arie Moningka, Pdt Ivan Rinaldi dan Pdt Kadarmanrto Hardjowasito.

Kunjungan Pengurus PGI ini dimaksudkan untuk menyerahkan hasil Sidang Raya Sinode yang digelar November 2014 lalu dan usulan RUU Perlindungan Umat Beragama versi PGI. Selain itu, mereka juga memaparkan program kerja PGI lima tahun ke depan, antara lain: pro aktif dalam peningkatan kualitas kehidupan keagamaan dan kualitas pemahaman agama.

Menag pun menyampaikan terima kasih atas sumbangsih PGI terhadap peningkatan kualitas kehidupan keagamaan dan kualitas pemahaman warga Kristen akan agamanya. Hal itu penting, lanjut Menag, bagi terus meningkatnya kualitas kerukunan antarumat beragama di Republik ini.

“Apa yang dilakukan PGI selama ini, sejalan dengan Misi Kemenag. Terima kasih,” tegasnya.

Disampaikan Menag, Kemenag saat ini sedang berinisiatif untuk mempertemukan para guru- guru agama dalam sebuah focus group discussion (FGD). FGD ini nantinya dimaksudkan menjadi forum diskusi bersama untuk mencari titik persamaan. “Saya yakin, jika agama diajarkan secara substantif, maka perbedaan agama akan semakin menguatkan kita,” kata Menag.

“Inilah kehebatan guru bangsa dan pendiri Republik ini ketika melihat kenyataan bahwa kita memang majemuk dan plural,” tambahnya. (gpenk/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua