Nasional

Menag Ajak Ulama Madura Rangkul Pengikut Syiah Sampang

Sampang (Pinmas) - Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengajak para ulama Madura untuk tetap bersabar merangkul dan mengajak dakwah pertaubatan kepada pengikut Syiah Sampang. Menag mengatakan tidak bisa menyelesaikan masalah perbedaan keyakinan Syiah Sampang ini dengan cara membunuh, atau membiarkan masa bodoh keyakinan mereka. Karena membunuh tidak diajarkan dalam Islam dan Islam mengajarkan amar maruf nahi munkar. "Jadi jalan yang tetap harus dikedepankan adalah merangkul para pengungsi Syiah Sampang oleh para ulama agar mereka mau taubatan nashuha," ujar Menag dalam Silaturahim bersama para Ulama Madura yang tergabung dalam Badan Silaturahmi Ulama se-Madura (Bassra), di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Sampang, Rabu (24/07).

Hadir dalam silaturahmi ini, Menteri Perumahan Rakyat, Djan Farid, Gubernur Jawa Timur, Sukarwo, Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, serta beberapa ulama Madura. Menurut Menag, cara dakwah merangkul ini terbukti berhasil membuat beberapa pengikut Ahmadiyah bertaubat. Menag menyadari bahwa ini merupakan tugas berat. Menag juga tidak menampik bahwa para ulama Madura sudah berkali-kali mengajak mereka kembali ke ajaran Islam Ahlushunnah wa Jamaah. "Bertaubat itu butuh proses, karena ini masalah keyakinan. Makanya mereka tetap harus dirangkul, walau penuh kesabaran," ingatnya.

Terkait imbauan Menag, Pengasuh Pondok Pesantren Isdat Pamekasan, KH. Ali Karar, menjelaskan bahwa para pengikut Syiah Sampang sudah berkali kali diajak untuk bertaubat, namun mereka sampai saat ini belum. "Ulama sepakat rekonsiliasi, tapi rekonsiliasi ini bukan hanya diakhiri kepindahan mereka ke kampung halaman tapi juga perlu perbaikan aqidah. Ulama memang sejak awal ingin merangkul," ungkap Kyai Ali yang juga guru dari Tajul Muluk dan Rois.

Pemulangan Terhambat Sementera itu, tim rekonsiliasi konflik Sampang mengungkapkan pengembalian pengungsi Syiah Sampang ke daerah asal mereka di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Rektor IAIN Sunan Ampel yang memimpin tim rekonsiliasi, Abd. A'la mengungkapkan sudah ada kesepakatan rekonsiliasi antara Ulama dan pengungsi syiah Sampang. Namun, masih ada beberapa poin rekonsiliasi yang perlu dikaji lebih dalam agar menjadi kesepakatan bersama.

"Dalam waktu dekat belum bisa karena ada beberapa poin teknis tahapan rekonsiliasi yang harus disamakan persepsi," ujarnya sesaat sebelum pertemuan Menteri Agama (Menag) bersama para Ulama Madura yang tergabung dalam Bassra. A'la mengatakan arahan rekonsiliasi ini sesuai dengan Instruksi Presiden No 17 tahun 2012 yang mengamanatkan agar rekonsiliasi harus tuntas dan terpadu. Pada perkembangannya perlu ada titik temu agar poin-poin rekonsiliasi ini ada titik temu. "Semua pihak ingin rekonsiliasi, dan untuk itu perlu ada titik temu kesepahaman. Ini tidak semudah membalikkan telapak tangan," ujarnya. Mencapai rekonsiliasi pun bukan tahapan terakhir penyelesaian konflik ini.

Menurut Abdu A'la, masih diperlukan tahapan-tahapan teknis lainnya. Ada beberapa syarat yang harus dikaji lebih jauh, di antaranya: pengungsi harus tetap dilindungi, aspirasi ulama dan masyarakat sekitar kediaman pengungsi juga perlu didengar dan dikaji, terangnya. Mencari tahapan teknis dan poin-poin titik temu rekonsiliasi inilah yang membuat pengembalian pengungsi sampang belum bisa dikembalikan ke tempat asalnya dalam waktu dekat," tambahnya.

Hal yang sama disampaikan Koordinator Bassra wilayah Sampang, KH. Djakfar Shodiq. Menurutnya, pengungsi Syiah Sampang belum bisa dikembalikan saat ini karena rekonsiliasi itu harus sesuai dengan poin yang sudah disepakati Ulama. Salah satu poin rekonsiliasi yang disepakati itu, adanya kemauan untuk bertaubat dari pengikut Syiah Sampang pimpinan Tajul Muluk. "Pertaubatan ini pun harus ada jaminan tertulis apabila dilanggar taubatnya mereka siap menerima sanksi hukum," ujarnya. (amri)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua