Nasional

Kiai Sanusi Baco: Jadikan Kematian Sebagai Istirahat Kita, Bukan Istirahat Masyarakat

Jakarta (Pinmas) —- Setiap yang hidup, pasti akan mati. Hanya bagiamana kita mati, itu yang membedakan satu dengan lainnya.

“Sebenarnya, wafatnya seorang ulama dan orang saleh, berarti istirahat baginya. Tetapi meninggalnya seorang pencuri, seorang koruptor, sama dengan istirahatnya masyarakat,” demikian pesan Ketua MUI Sulawesi Selatan Kiai Sanusi Baco saat memberikan tausiyah saat buka puasa bersama di rumah Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Jakarta, Minggu (20/07).

Hadir dalam buka bersama tersebut, Ibu Menteri Agama, Duta Besar Arab Saudi, Sesditjen Pendis, Sesditjen Bimas Islam, para pejabat Kementerian Agama dan tamu undangan lainnya.

“Saat lahir, kita menangis. Semoga saja, ketika wafat, kita ditangisi. Harta yang kita miliki, mari manfaatkan sebaik mungkin, karena hanyalah titip Allah SWT,” tambah Kiai Baco.

Menurutnya, di akhirat nanti, banyak orang yang berteriak di hadapan Allah SWT. “Ya Allah, di mana hartaku?” Allah menjawab, “Hartamu yang sebenarnya, hanyalah apa yang kamu makan, apa yang kamu pakai, dan apa yang kamu sumbangkan dan sedekahkan. Agama ini perlu sumbangan, mari kita bersedekah. Bersedekah itu mulia, tapi berat. Pekerjaan paling berat adalah memberi, sedang pekerjaan Paling ringan, adalah menerima,” terangnya.

Kiai Baco berkisah bahwa pernah ada seseorang yang bertanya, “Saya ingin tahu, saya itu ahli dunia, atau akhirat?” Jawab sang kiai, “Jawabannya ada pada anda sendiri. Jika suatu hari ada tamu dari Makassar, bawa berbagai macam oleh-oleh, lalu besoknya, ada tamu dari Kalimantan, tidak membawa oleh-oleh, tapi malah memberikan daftar permintaan sumbangan, mana yang kamu suka?” Kiai Baco balik bertanya.

“Jika kamu hanya gembira pada tamumu yang bawa oleh-oleh, tapi marah pada tamumu yang minta sumbangan, maka anda hanya ahli dunia. Semoga kita ahli dunia dan juga ahli akhirat,” doa Kiai Baco.

Kiai Baco juga menegaskan bahwa al-Qur’an menghargai orang-orang yang berilmu dan beriman. Menurutnya, Allah Swt mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Kenapa? Karena iman adalah sumber kebahagiaan, ketenteraman, tembok pengikat antara manusia dengan dosa/maksiat. Sedang ilmu pengetahuan mampu mempermudah kehidupan kita.

Tentang Lailatul Qadar, Kiai Baco menerangkan bahwa malam itu bahkan lebih mulai dari seluruh waktu, tidak hanya 1000 bulan.

“Semua bulan mulia, namun Ramadlan merupakan bulan paling mulia, karena di dalamnya ada Lailatul Qadar, di mana al-Qur’an, kali pertama diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Almaghfurlah Guru saya pernah bilang, sebenarnya, Lailautul qadar, lebih mulia dari seluruh waktu. Lalu, kenapa Allah membatasi 1.000 bulan? Karena saat itu, bilangan yang paling tinggi yang diketahui Bangsa Arab saat turunnya al-Qur’an, baru pada bilangan 1.000,” terang Kiai Baco. (G-penk/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua