Nasional

Kesiapan Pelayanan Kesehatan di Jeddah Capai 90 Persen

Jeddah (Pinmas) —- Tim Kesehatan Jeddah memastikan siap melayani jamaah calon haji (calhaj) saat tiba dan menjalani ibadah haji. Menurut Kasi Kesehatan Jeddah, dr Lucky Tjahjono, secara keseluruhan kesiapan pelayanan kesehatan di Jeddah, Arab Saudi, mencapai 90 persen.

Pelayanan dimaksud terdiri dari pelayanan kesehatan, kendaraan ambulance, unit kesehatan di bandara (klinik Oktagon), hingga obat dan vitamin. “Hari ini, kesiapannya sudah 90 persen, kita akan selesaikan pada hari ini,” ujar Lucky ditemui di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (30/8). Kesiapan lain, tambahnya, juga termasuk koordinasi dengan pihak RS King Fahat Hospital dan RS King Abdul Aziz.

Kesiapan peralatan petugas kesehatan terdiri sistem informasi seperti bravo, alat-alat kesehatan, hingga pembekalan tim kesehatan yang akan dibagi dalam dua shift kerja. “InsyaAllah planning yang disusun sudah sesuai realisasi yang dijalankan oleh semua pihak,” kata Lucky yang sudah menjadi petugas kesehatan haji sebanyak 12 kali.

Koordinasi juga dilakukan dengan melibatkan pihak katering jamaah calon haji (JCH) maupun dengan Maktab Wukala. Jumlah tenaga kesehatan Daker Kesehatan sebanyak 42 orang. Mereka terdiri dari dokter delapan orang, perawat (12 orang), sanitasi dan surveilans atau sansur (lima orang), farmasi (lima orang), gizi dan siskohatkes masing-masing satu orang. Mereka akan dibantu tenaga musiman (temus) penghubung sebanyak dua orang, temus pengemudi (enam orang) dan temus umum sebanyak dua orang.

Selain peralatan kesehatan, para petugas kesehatan ini akan dibantu tiga unit kendaraan ambulans, yakni dua unit untuk BPIH dan satu unit untuk petugas sansur. Kendaraan ambulans lain juga ditempatkan di Madinah sebanyak sembilan unit dan Makkah (21 unit), karena seluruh jamaah bermukim di Makkah.

Dalam operasional kerja tenaga kesehatan ini, Kasubsi Sansur Jeddah Agus Jamaludin Didih memaparkan, ada dua fase. Fase pertama adalah fase kedatangan jamaah calon haji. Pada fase ini, penanganan yang dilakukan adalah pendistribusian tas obat dan alat kesehatan (alkes) di kloter.

“Masing-masing petugas Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) kloter akan mendapatkan koper berisi obat dan alkes,” katanya. Petugas TKHI ini juga menerima gadget berbasis Android yang rutin melaporkan data kesehatan setiap saat (realtime), sehingga bisa diolah oleh siskohatkes. Petugas BPHI juga bersiaga di Klinik Kesehatan Haji di Bandara International King Abdul Aziz (KAIA) atau biasa disebut Gedung Oktagon.

Fase kedua, lanjut dia, adalah saat pemulangan JCH atau pasca Armina. Difungsikan hanya di dua tempat, yakni penerimaan tas obat dan alkes kloter serta penerimaan Android dari TKHI. “Kami juga menerima jamaah sakit dari Madinah, yang sudah di-setting oleh petugas kesehatan dari Madinah, namun kita hanya menampung sementara sebelum diterbangkan ke Tanah Air (Indonesia, red),” jelas Agus. Minimal masa ditampung di Gedung Oktagon adalah enam jam. Namun sebelumnya, tim kesehatan di Madinah sudah mengkondisikan posisi pasien, apakah berbaring atau duduk.

Di samping penyiapan pelayanan kesehatan di atas, Lucky melanjutkan, pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap kualitas makanan dan minuman, vektor, sampah serta penanganan lain terkait kesehatan maupun kebersihan. Pihaknya juga melakukan promosi kesehatan secara berkala terkait MERS-CoV, Ebola, PHBS, maupun cuaca (panas atau dingin). Apalagi, informasi cuaca di Kota Jeddah maupun Kota Madinah sudah bekisar 40 derajat celcius. (mch2014)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua