Nasional

Kepala BNPT Apresiasi Langkah Menag Respon ISIS

Jakarta (Pinmas) —- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Arsyad Mbai mengapresiasi langkah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam mensikapi fenomena Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

“Menteri Agama ini bagus sekali. Terus terang, saya salut kepada bapak Menteri Agama yang dengan tegas menolak ISIS dengan dasar pemikiran mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Arsyad kepada pers usai menjadi nara sumber pada seminar nasional tentang fenomena ISIS bagi NKRI dan Islam Rahmatan Lil Alamin, Jakarta, Sabtu (09/08).

“Apa yang dikemukakan Menteri Agama itu benar sekali. Saya kira (sikap) itu memang yang paling mendasar. Saya terus terang kalau saja semua masih percaya dan yakin bahwa Pancasila adalah ideologi Negara kita, tidak ada terorisme. Saya kira itu kunci,” tambah Arsyad.

Sebelumnya, Menag menegaskan bahwa munculnya paham dan gerakan radikal yang sangat militan yang menggunakan agama sebagai landasannya adalah masalah serius.

“Bagi kami di Kementerian Agama, munculnya paham dan gerakan radikal yang sangat militan yang kemudian menggunakan agama sebagai alat untuk menjustifikasi, ini adalah sesuatu yang sangat serius,” terang Menag, Sabtu (09/08).

Gerakan radikalisme, menurut Menag, tidak hanya mengganggu paham keagamaan mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam, tapi juga langsung atau tidak langsung, merongrong sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sebab, secara langsung ini terkait dengan ideologi kita, Pancasila kita, komitmen kita untuk menjaga keutuhan NKRI, dan semboyan kita Bhineka Tunggal Ika,” terang Menag.

Menag pun menegaskan bahwa ISIS sebagai faham yang dilarang di Indonesia. “Kami sudah mengadakan sidang kabinet, rapat terbatas dengan Presiden. ISIS menurut Pemerintah Indonesia adalah faham yang dilarang,” tegas Menag, Selasa (05/08).

Menurut Arsyad, di Indonesia yang mengusung ISIS adalah teroris yang selama ini beroperasi. Arsyad mengaku bahwa ISIS secara organisatoris memang belum ada. Namun demikian, penganut paham ISIS menurutnya adalah bagian dari jaringan terorisme.

Membandingkan dengan gerakan radikal lainnya, seperti Al Qaida, JI, dan JAT, Arsyad mengatakan bahwa ideologi dan tujuannya adalah sama. “Tetap sama tujuannya, khilafah dan syariat Islam. Strateginya perangi salibi, yahudi, dan Amerika,” terang Arsyad.

Namun demikian, ada yang berbeda dari ISIS, karena mereka juga memerangi Pemerintah Islam yang dianggap belum berdasarkan Syariat Islam. “Makanya kalau orang-orang Arab mengatakan bahwa ISIS itu lebih berbahaya dari Al Qaida,” tuturnya.

Bahkan, lanjut Arsyad, ISIS mengembangkan peperangan intra Agama Islam, mengembangkan perang Sunni melawan Syiah. “Kalau Sunni melawan Syiah itu kan berarti semua Negara Islam pasti perang. Itu yang berbahaya,” katanya.

Arsyad menilai respon Negara maupun masyarakat terhadap ISIS sudah bagus sekali. Presiden juga sudah tegas mengatakan bahwa gerakan ini dilarang, tidak boleh berkembang di Indonesia. Kemenlu juga sudah berkoordinasi dengan semua Negara untuk menertibkan dan menetapkan pengawasan imigrasi.

“Menkominfo juga sudah melakukan pemblokiran tayangan radikalisme di internet, meski kalau diblokir sekarang, besoknya muncul lagi,” ujarnya. (mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua