Nasional

Kenapa Suryadharma Ali Diberi Gelar Kehormatan?

Jakarta (Pinmas) - Suryadharma Ali selaku promovendus dinilai Senat UIN Maliki Malang patut menerima gelar doktor kehormatan karena pandangan-pandangan beliau yang dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya umat Islam Indonesia melakukan rekonstruksi dan reformulasi dalam pengembangan pendidikanIslam, sekarang dan di masa depan. Penegasan ini disampaikan oleh Amin Abdullah dalam Laporan Akademik Promotor dalam rangka Penganugerahan Doktor Kehormaan Bidang Epistemologi Kajian Islam kepada Suryadharma Ali. Penganugerahan gelar doktor kehormatan merupakan kegiatan akademik yang hanya bisa dilakukan oleh Perguruan Tinggi dengan beberapa persyaratan khusus, terang Amin Abdullah.

Menurut Amin, dalam beberapa kesempatan, Suryadharma Ali sering mengungkapkan gagasannya seputar pentingnya melihat Islam secara luas dan terbuka. Sebab, pandangan Islam yang sempit justru akan merintangi umat Islam untuk maju dan berkembang. Dalam konteks ini, lanjut Amin, Suryadharma selalu mendorong agar pendidikan Islam, mulai dari pesantren hingga perguruan tinggi untuk mengembangkan dan mengaplikasikan paradigma keilmuan Islam yang integratif-interkonektif. Maksudnya adalah model pendidikan yang tidak hanya menaruh perhatian kajiannya pada ayat-ayat qauliyah, tetapi juga kauniyah, bahkan insaniyah. Labih jauh, Amin mengatakan bahwa promovendus selama ini memandang penting pendidikan Islam dalam semua modelnya agar memiliki visi keislaman yang selaras dengan komedernan dan keindonesiaan sehingga sejalan dengan perkembangan zaman.

Dikotomi keilmuan harus dihilangkan sehingga pesantren dan pendidikan Islam tidak cukup hanya mempelajari kitab kuning, tetapi harus memperluas horizon kajian keislaman, kata Amin terkait pemikian Suryadharma Ali. Hal itu, lanjut Amin bisa dilakukan dengan mempelajari, menggali, dan mendalami aspek metodologi dan pendekatan, serta mengembangkan keilmuan sains modern seperti nuklir, bioteknologi, kultur jaringan, dan juga keilmuan sosial, serta filsafat sebagai metode berpikir. Amin Abdullah juga menyatakan bahwa pandangan Suryadharma Ali selaku promovendus selalu menekankan pentingnya pesantren mencetak ulama yang tidak saja ahli dalam ilmu agama tetapi juga ahli dalam bidang keilmuan lain, seperti ekonomi, sosial, kewirausahaan. Selain itu, garis kebijakan Suryadharma Ali juga mendorong berbagai program strategis agar pesantren menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya ulama yang saudagar dan saudagar yang ulama.

Semua itu merupakan refleksi atas pandangan epistemologinya bahwa kajian Islam di pesantren dan perguruan tinggi harus terbuka, dikembangkan, dan diperluas horizonnya dengan berbagai perspektif keilmuan-modern, tegas Amin. Rapat Terbuka Senat UIN Malang ini dilaksanakan di Auditorium Gedung Soekarno-Hatta UIN Maliki. Selain anggota senat, rapat terbuka ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh dari akademisi, ormas, partai politik, serta pejabat di lingkungan Kementerian Agama. Dalam sidang ini, Suryadharma Ali menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Epistemologi Kajian Islam Indonesia: Memperluas Horison Kajian Islam, Menjawab Tantangan Perubahan. Adapun yang menjadi promotor adalah Prof. Dr. Amin Abdullah, MA (UIN Yogyakarta), Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA (UIN Makassar), dan Prof. Dr. Muhaimin, MA (UIN Malang). (mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua