Nasional

Kemenag Terus Selaraskan Moderat Dan Modernitas Islam

Jakarta (Pinmas) --- Sebagai lembaga pendidikan Islam formal, madrasah saat ini tidak hanya dituntut untuk mensejajarkan kualitasnya dengan pendidikan umum, tetapi juga harus bisa menyelaraskan modernitas dan nilai-nilai keislaman yang moderat. “Sebagai lembaga pendidikan Islam modern, madrasah memiliki tanggung jawab menghadirkan siswa muslim yang mampu menjawab perkembangan zaman,” kata Plt. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Machasin, di Jakarta, Selasa (03/09) malam.

“Dalam konteks kekinian, madrasah harus menyatarakan kualitas pendidikan Islamnya dengan kualitas pendidikan global,” tambah Machasin. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, lanjut Machasin, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Badan Litbang dan Diklat menggelar Simposium Internasional II Pemberdayaan Madrasah dalam Konteks Global (The Second International Symposium Empowering Madrasa In The Global Context). “Simposium ini akan membahas pemberdayaan madrasah secara global,” terang Machasin.

Machasin berharap nilai Islam yang moderat dan modernitas, dapat diaplikasikan dalam metode pendidikan Islam yang menyelaraskan demokrasi tanpa menghilangkan nilai keislaman. Dengan demikian, pendidikan Islam diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan bagi peserta didik dalam menghadapi derasnya arus informasi dan globalisasi, dengan tetap berpegang pada dasar-dasar keislaman yang kuat. “Dari sinilah kualitas pendidikan di madrasah akan terlihat dibandingkan dengan pendidikan umum biasa. Dan kualitas tersebut telah ditunjukkan madrasah-madrasah yang ada di Indonesia,” kata Machasin.

"Secara kemampuan dan metodologi, madrasah di Indonesia, sebagai lembaga formal pendidikan Islam, lebih unggul dibanding madrasah di luar," tambahnya. Kenapa lebih baik? Menurut Machasin, karena mengajarkan ilmu agama yang lebih mendalam, hanya madrasah di Indonesia yang memberikan pendidikan ilmu umum seperti IPA, IPS dan Bahasa.

“Di luar negeri, madrasah terpisah dengan sekolah umum secara kurikulum dan metode pembelajaran. Kita masih terdepan di pendidikan madrasah," tegas Machasin. Di Indonesia, jumlah madrasah cukup banyak, namun komposisinya 90 persen adalah madrasah swasta. Saat ini, Kemenag telah membina MAN Insan Cendikia, sebagai contoh madrasah unggulan yang mengajarkan ilmu agama dan nilai keislaman yang moderat. Selain itu juga mengajarkan sikap toleransi, mendidik moral karakter, civic education, sains dan teknologi, serta keilmuan lainnya. MAN Insan Cendikia ini, kata Machasin, merupakan model yang telah dikembangkan di beberapa daerah lain di seluruh Indonesia. Sekarang setidaknya sudah tiga MAN IC, yakni di Serpong, Gorontalo, dan Jambi.

Tahun ini, Kemenag bekerjasama dengan pemerintah Daerah akan membangun MAN Insan Cendekia di 16 lokasi. "Simposium Madrasah Internasional ini diharapkan akan mendapatkan model pengelolaan dan pemberdayaan madrasah secara internasional," ujar Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini. Simposium akan dihadiri 130 peserta dan pembicara dari dalam dan luar negeri antara lain, Ahmad Mahmoud Karimah (Mesir), Ronald Lukens Bull (University of North Florida USA), Ali Unsal (Turki), Hasan Madmarn (Thailand). (ess)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua