Nasional

Kemenag: Jangan Silau Dengan Barat

Jakarta (Pinmas) --- Direktur Pendidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama M. Nur Kholis Setiawan mengatakan, jangan silau dengan tradisi negara Barat dalam bidang teknologi karena sesungguhnya di bumi pertiwi banyak orang cerdas yang bisa menghasilkan prestasi terbaik. "Jangan pula kita harus terengah-engah mengejar Barat, karena di tanah air pun banyak yang harus dilakukan untuk menghasilkan prestasi gemilang," kata Nur Kholis ketika menerima 21 siswa-siswi berprestasi yang meraih medali dalam Olimpiade Sians Nasional (OSN) XII/2013, di Jakarta, Senin (09/09).

Para siswa itu ikut OSN di Bandung pada 2-8 September dan berhasil meraih empat medali emas, 8 perak, dan 9 perunggu. Atas sukses para siswa-siswi dari Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Serpong, MAN IC Gorontalo, dan MAN 3 Malang itu, Nur Kholis menyatakan gembira dan memberi apresiasi. Dia memang belum menjanjikan bonus, tetapi akan memberi perhatian agar ke depan para siswa tersebut memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan studinya.

Sukses yang dicapai para siswa ini tak lepas dari kemauan pihak tenaga pendidik (guru), dukungan orang tua, dan kemauan siswa sendiri. "Kita harus berfikir besar, tetapi untuk merealisir cita-cita itu, harus dilakukan secara bertahap," katanya sambil memotivasi siswa. Terkait prestasi siswa pada olimpiade tersebut, Nur Kholis minta agar tidak silau dengan tradisi Barat. Di negara Barat, riset dianggap sudah menjadi tradisi, tetapi tradisi itu sesungguhnya sudah ada di madrasah. "Saya belajar di Eropa lebih dari 7 tahun, tapi tak pernah melupakan akar tradisi madrasah," ia menjelaskan. Karena itu, jangan silau dengan tradisi Barat. Masa gemilang tergantung apa yang dilakukan saat ini.

Tradisi keilmuan Islam telah mendorong umat untuk meningkatkan kualitas diri melalui risetnya pula. Untuk itu, Nur Kholis mengajak siswa untuk menulis hasil risetnya dalam bentuk buku. Tujuannya, agar siswa lain bisa tertular menulis karya ilmiah melalui riset. "Riset sudah lama menjadi milik Islam," ia menegaskan. Persoalan bangsa juga bisa diselesaikan dengan riset yang konstruktif. Dengan riset, dapat dimiliki kekuatan mental dan bukti bahwa bangsa Indonesia tergolong punya kualitas. Lantas, ke depan harus dituangkan dalam rencana aksi dengan merumuskan program saling melengkapi. Kurikulum dilaksanakan secara integral.

Dengan demikian bisa melahirkan kepercayaan. Sementara itu, Kepala MAN 3 Malang, Ahmad Hidayatullah mengatakan bahwa mencapai prestasi terbaik perlu dukungan semua pihak. Hal ini seperti yang dilakukan di sekolah yang dipimpinnya. Menurutnya, selama satu setengah tahun, dia berhasil membawa sekolah itu meraih prestasi dikarenakan daya dukung dari guru, masyarakat, dan pemangku kepentingan di sekitar. Biaya tak selamanya menjadi hambatan.

Komunikasi dengan berbagai pihak telah mengantarkan MAN 3 Malang kini ikut diperhitungkan. Terakhir dalam OSN XII ikut meraih medali emas, kata mantan kepala sekolah MAN IC Serpong dan MAN IC Gorontalo itu. Hadir pada acara itu Kepala MAN IC Gorontalo Djoko Miranto, Kepala MAN IC Serpong Suwardi dan Kepala MAN 3 Malang Ahmad Hidayatullah. (ess)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua