Nasional

Kearifan Lokal Efektif Dukung Kerukunan Antar Umat Beragama

Mamuju(Pinmas)--Kearifan lokal, tradisi, pranata lokal termasuk norma dan adat istiadat sangat efektif mendukung upaya menjaga kerukunan antarumat bertagama. ``Kami mengajak semua pihak, khususnya para pemuka agama baik pusat maupun daerah untuk terus menggali dan melestarikan unsur kearifan lokal,`` tegas Prof. H. Abdul Rahman Masud dalam dialog Pengembangan Wawasan Multikultural antar pemuka Agama Pusat dan Daerah di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (26/5). ``Kami juga mengajak untuk memupuk saling pengertian dengan lebih memanfaatkan dan mengefektifkan saluran komunikasi antarpemuka agama yang sudah ada. Baik dalam bentuk forum atau dalam bentuk lainnya,`` tambah Masud. Ia mencontohkan sejumlah kearifan lokal yang efektif dan sudah tumbuh dan berkembang di masyarakat setempat. Misalnya di suku Bugis Sulawesi Selatan, memiliki konsep sipakalebbi dan sipakatau yang berarti saling menghormati dan mengingatkan. Sementara di Bali ada konsep menyama braya. yaitu rasa persaudaraan dan kesepakatan mengucapkan salam dengan satu salam saja. Sesuai dengan cara agama orang yang menyampaikan salam tersebut. Dikatakan Masud, di Sulawesi Barat sendiri memiliki budaya Passola Suungang, yakni budaya yang menganggap bahwa semua orang adalah saudara. Sementara Wakil Ketua MUI Sulawesi Barat, Wahyun Mawardi yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut menegaskan bahwa kemajemukan masyarakat di Indonesia, di satu sisi menjadi kekuatan bangsa ini. Karena bisa menjadi nilai lebih untuk memperkaya bangunan fondasi nasionalisme bangsa. ``Namun di sisi lain, kemajemukan dapat menjadi ancaman yang serius bagi integrasi nasional. Karena juga secara sosiologis agama justru seringkali menjadi sumber konflik dan penyulut permusuhan di antara sesama umat manusia,`` papar Wahyun. Menurut Wahyun, secara historis Islam sesungguhnya lahir dari masyarakat multikultural seperti pada masyarakat Madinah di masa Nabi Muhammad SAW. "Di Madinah ketika itu selain terdapat berbagai macam suku bangsa, seperti Aud dan Khazraj, juga terdapat pemeluk agama selain Islam. Seperti Yahudi dan Nasrani. Kesemua suku dan pemeluk agama tersebut hidup berdsmpingan secara damai. Nabi Muhammad SAW selalu menekankan bahwa perbedaan itu bukanlah hal yang harus dihindari. Tetapi malah harus disyukuri karena ia sesungguhnya ikhtilaful umah rahmatun atau sebagai pembawa rahmat. Sebanyak 30 pemuka agama lintas dan perwakilan dari organisasi keagamaan dari Jakarta, menggelar dialog ini dengan puluhan tokoh dan pemuka agama lintas agama se-Sulawesi Barat. Rombongan pemuka agama dari Jakarta ini dipimpin Kepala Pusat Litbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang Kemenag, Prof H. Abdul Rahman Masud, PhD. Turut dalam rombongan antara lain anggota Komisi VIII DPR Ali Maschan Musa, Wakil Ketua Sekjen PBNU Abdul Munim, Ketua PP Muhammadiyah Abdul Fattah Wibisono, pimpinan KWI Romo Beny Susetyo serta Pendeta favor Adelin Bachin dari PGI. Forum dialog pengembangan wawasan multicultural ini telah dilakukan Kementerian Agama mulai tahun 2002 dan sampai tahun 2011 ini telah digelar di 28 provinsi. Rencananya di tahun 2011 ini akan diselenggarakan juga di provinsi Aceh. Pada rangkaian dialog tersebut, para tokoh agama juga mengunjungi dan melakukan dialog di sejumlah rumah ibadat. Antara lain Masjid Baitul Jannah. Pada Jumat (27/5) rombongan pemuka agama dijadwalkan melakukan dialog ke Gereja Katolik santa Maria, gereja Jemaat Ebenhaezer, Pura Agung Sthana Dewata serta Vihara Salogata. Pihak Badan Litbang Kemenag memberikan bantuan untuk masing-masing rumah ibadah tersebut sebesar 25 juta rupiah. (rep/osa)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua