Nasional

Kapinmas: Jam Pelajaran Agama Bertambah

Jakarta (Pinmas) - Pelajaran agama di berbagai sekolah pada kurikulum 2013 bertambah menjadi empat jam dari sebelumnya dua jam. Dengan itu, guru diharapkan mempunyai waktu yang cukup untuk mengajarkan agama sehingga dapat meningkatkan kualitas akhlak anak didik. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Pusat Informasi dan Kehumasan Kementerian Agama, Zubaidi ketika menerima para mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Agama Islam dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, di Operation Room Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (12/02).

Dalam kesempatan itu, Kapinmas didampingi oleh Kasubdit Akademik Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Dr. Mohammad Zein. Menurut Zubaidi, kurikulum pendidikan seperti bak besar yang dapat menampung berbagai usulan materi pelajaran bagi siswa. Bisa saja masuk ke kurikulum sekolah pelajaran anti-korupsi, pelajaran pendidikan bank syari'ah, dan lainnya. Termasuk pendidikan agama dan keagamaan, kata Zubaidi. Usulan yang masuk itu, lanjut Zubaidi, baik yang menyangkut penyampaian materi maupun berapa jam lamanya, tergantung pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Kemenag melalui Dirjen Pendidikan Islam hanya menyampaikan usulan bersama Kemendikbud. Kemenag selalu berkoordinasi dengan Kemendikbud dalam hal ini, jelas Zubaidi. Tentang penambahan jumlah jam ini, lanjut Zubaidi, masih terjadi pro kontra. Sebagian kalangan menganggap bahwa jumlah jam itu penting, namun yang terpenting adalah bagaimana pengkondisian dan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada siswa. Sementara sebagian yang lain memandang bahwa jumlah jam pelajaran menunjukan seberapa penting kita menempatkan pendidikan agama di sekolah. Struktur kurikulum ditetapkan oleh BSNP. Namun, Kemenag concern, berharap, dan terus mendesak agar ada penambahan jumlah jam pelajaran agama, tegas Zubaidi.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam lebih itu, Zubaidi juga menjelaskan berbagai persoalan pendidikan agama. Sebanyak 75 mahasiswa yang seluruhnya mengambil jurusan pendidikan agama Islam, menyimak dengan baik. Dari berbagai pertanyaan, Zubaidi sempat menjelaskan bahwa guru kini menempati peran dan posisi yang strategis. “Guru yang baik adalah yang memberi keteladanan, baik perbuatan maupun perkataanya. Sebab, watak dan perbuatan guru akan selalu diingat oleh para muridnya dalam kehidupan keseharian, ujar Zubaidi. Sementara itu, Mohammad Zein berpesan bahwa para mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan dalam wirausaha. Pasalnya, selain dunia kerja, para sarjana juga ditantang untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Sejalan dengan itu, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) sekarang sedang mengembangkan program Gerakan Kewirausahaan Nasional. Gerakan ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Agama dengan Kementerian UKM. Jangan berharap menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Karena itu, perkuat juga wawasan wirausaha. Sarjana tidak selalu menjadi pegawai negeri, tutup Zen. (ess)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua