Nasional

Kamaruddin Amin: Pendidikan Islam Pembuka Kerjasama Kebudayaan Indonesia-Eropa

Brussels (Pinmas) ---- Kerjasama Kementerian Agama dengan masyarakat muslim Eropa perlu terus ditingkatkan. Dua tahun sebelumnya, 2012 dan 2013 Kementerian Agama dan KBRI Brussels menyelenggarakan Interfaith Dialogue dengan mengundang pegawai Parlemen Eropa (European Parliement, EP) ke Indonesia. Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Brussels, Mr. Ignacio Kristantyo Hardojo mengatakan acara Interfaith ini mendapat sambutan positif di Brussels dan Eropa.

“Peserta diajak langsung mengunjungi pesantren, gereja, sinagog, dan kelompok-kelompok interfaith di Indonesia. Mereka berbaur dan menanyakan langsung kepada masyarakat bagaimana praktik multikulturalisme dan dalog antar agama di Indonesia”, tuturnya kepada delegasi Kementerian Agama. Menurut Ignacio, kalangan parlemen Eropa tertarik mendengar tentang Islam Indonesia yang internationally recognized as a democratic Muslim country.

Dirjen Pendidikan Islam yang berkesempatan bertemu Wakil Sekjen European People’s Party (EPP) di Parlemen Eropa Kamis (12/13) lalu membenarkan bahwa pihaknya ditanya banyak hal tentang Islam Indonesia, termasuk interfaith dialogue yang pernah dilaksanakan sebelumnya. “Mereka mengikuti dengan baik perkembangan tentang Islam Indonesia. Saya bercerita panjang lebar tentang potensi pendidikan Islam Indonesia mulai dari madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi Islam”, kata Kamaruddin saat diwawancarai Mastuki HS yang turut berkunjung ke Belgia.

“Saya sampaikan kepada mereka bahwa perkembangan masyarakat Islam Indonesia seperti dewasa ini dalam banyak hal dipengaruhi oleh model pengajaran Islam yang dilakukan institusi pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, diniyah, masjid, majelis taklim, pendidikan Qur’an dan sebagainya,” tambahnya.

Lebih lanjut Kamaruddin mengungkapkan data bahwa pemimpin organisasi keagamaan di Indonesia seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama umumnya berasal dari lembaga pendidikan Islam. “Madrasah dan pesantren mengajarkan Islam sesuai tradisi Nabi saw., dialogis, ramah, moderat, dan penuh rahmah. Makanya tokoh yang lahir dari rahim institusi pendidikan Islam memiliki wawasan Islam yang juga moderat, toleran, menjunjung tinggi rahmatan lil alamin”, tegasnya.

Parlemen Eropa, kata Kamaruddin, berkepentingan mengadakan pendekatan kepada negara-negara yang memiliki pemeluk Muslim besar seperti Indonesia. Mengapa? “Kondisi politik Eropa, khususnya Belgia, sedang merindukan Islam model Indonesia. Isu integrasi masyarakat Muslim Eropa yang secara kuantitatif cukup signifikan dan isu radikalisme global yang merupakan ancaman mengerikan bagi dunia internasional, khususnya Eropa, menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia menjadi menarik”, jawabnya sambil menambahkan bahwa pihaknya siap bekerjasama secara produktif dengan masyarakat Eropa.

Potensi pendidikan Islam dapat menjadi pembuka kerjasama kebudayaan yang lebih luas. Kementerian Agama akan mengirim peneliti dari perguruan tinggi Islam untuk melakukan collaborative research dengan berbagai universitas Eropa mengenai tantangan masyarakat muslim Eropa. “Jika mereka memiliki kandidat yang bagus dan ingin studi Islam di Indonesia, kita akan welcome. Kita memiliki resource yang banyak untuk itu. MoRA Scholarship menyediakan beasiswa bagi foreign students dalam jumlah yang cukup. Anak muda Eropa yang akan studi di Indonesia bisa kita fasilitasi”, tegas Kamaruddin.

Selain mengkampanyekan pendidikan Islam Indonesia, Delegasi Kemenag juga mengunjungi Gent Universiteit –satu jam perjalanan darat dari Brussels-- untuk pengiriman dosen PTKI melalui Program 5.000 Doktor. Di Gent Kamaruddin menjajaki kerjasama dalam bidang bioscience yang memang menjadi unggulan riset dan program Ph.D Gent Universiteit. Beberapa UIN yang memiliki fakultas kedokteran dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk internatonally orientation.

Menurut Kamaruddin, semua jalur harus ditempuh untuk memperkenalkan pendidikan Islam leih luas ke Eropa dan belahan negara lainnya. “Kalau perlu kita yang mengajari mereka tentang pluralisme, demokrasi, dan moderasi Islam. Bukan mereka yang mengajari kita”, pungkasnya. (Mastuki/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua