Nasional

Joint Working Group Pendidikan Tinggi di Kairo

Kairo (Pinmas) —- Kedutaan Besar RI di Kairo memfasilitasi pertemuan para Rektor dari perguruan tinggi Mesir dan Indonesia dalam “Forum of Egyptian-Indonesian Universities’ Presidents toward Joint Working Group on Higher Education.” Forum ini berlangsung di Hotel Four Season Kairo, hotel yang terletak di tepian Sungai Nil, Kamis (18/09).

Dalam sambutannya, Dr. Fahmy Lukman, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI, yang menjadi penanggungjawab forum ini menyebutkan peserta yang menghadiri forum ini terdiri atas 22 perguruan tinggi Indonesia, antara lain: UPI Bandung, Unpad Bandung, Unsyiah Aceh, UN Malang, Universitas Tadulako, Universitas Telkom, UIN Maliki Malang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ubhara Surabaya.

Selain itu, ikut juga dalam forum ini, peserta dari 10 perguruan tinggi Mesir, antara lain: Al-Azhar University, Alexandria, Suez Qanal, Mansura, dan Zaqaziq University). Pertemuan ini juga diikuti beberapa perwakilan pusat studi di Mesir dan pihak Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Kementerian Agama RI, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Forum pertemuan pimpinan perguruan tinggi ini pertama kali diselenggarakan secara resmi oleh kedua negara, Indonesia dan Mesir untuk menginisiasi kerjasama yang lebih luas dan produktif di masa depan. Kedua pihak menyadari bahwa Indonesia dan Mesir adalah dua negara yang memiliki hubungan sangat erat dan berlangsung lama.

Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan Presiden Abdurrahman Wahid memiliki kedekatan dengan presiden-presiden Mesir pada masanya. Pandangan dan faham keagamaan yang hidup di masyarakat Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh faham keagamaan dari Mesir.

Fakultas dan kajian Islam di IAIN sejak berdirinya tahun 1960 mengacu sepenuhnya pada model Al-Azhar Mesir. Seperti diakui oleh Prof. Dr. Amsial Bakhtiar, Wakil Rektor UIN Jakarta saat menyampaikan pandangannya pada forum ini, “UIN Jakarta yang menjadi cikal bakal perguruan tinggi Islam di Indonesia memiliki hutang sejarah pada rakyat Mesir. Bukan hanya model Al-Azhar yang dijadikan rujukan IAIN, tapi alumni Al-Azhar sangat berperan dalam mengembangkan kajian Islam di IAIN dan UIN sekarang ini”.

Delegasi dari kedua negara semua menyatakan pentingnya kerjasama perguruan tinggi ditingkatkan lebih produktif. Tidak hanya bidang keagamaan Islam yang selama ini sudah berlangsung bagi kedua negara (terutama bidang syariah dan bahasa Arab), tetapi bidang-bidang strategis baru yang menjadi tantangan kedua negara modern, seperti kedokteran, teknik, pertambangan, ekonomi syariah, perdagangan, pendidikan, food security, tourism, lingkungan hidup, industri, politik dan pemerintahan, hingga pengelolaan air bersih.

Sumberdaya yang dimiliki universitas kedua negara mendukung bentuk-bentuk kerjasama baru itu. Sekretaris Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Prof. Dr. Ali Al-Hilali, dalam sambutannya menyatakan gembira dengan diadakannya forum ini. Dia berharap forum ini menjadi jembatan terbangunnya hubungan dan kerjasama kedua negara yang semakin akrab. “Mesir”, kata Al-Hilali “memiliki 23 universitas negeri dengan 341 fakultas yang menyelenggarakan berbagai cabang keilmuan, agama dan umum seperti kedokteran, handasah/teknik, farmasi, ekonomi, sains dan teknologi. Sementara mahasiswa asing di seluruh universitas Mesir mencapai 53.000 orang, tersebar di Universitas al-Azhar, Kairo University, Ain Syams, Alexandria, Mansuria, dan Tanta. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kooperasi antara Indonesia-Mesir dalam berbagai bidang ilmu”.

Dr. Syamsurrizal, Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh yang menjadi ketua delegasi Indonesia menyebut kerjasama kedua negara ini laiknya sebagai “Collaboration among brothers”. Kerjasama di antara sesama Saudara. “Indonesia harusnya menjadi excellent partner bagi Mesir karena kedekatan sejarah dan persahabtan kedua negara ini demikian kental”, ujarnya di sela-sela pertemuan.

Apalagi, lanjutnya, Indonesia saat ini menjadi 10 negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar dunia, the most moslem countries in the world. “Kerjasama Mesir-Indonesia sangat vital dan dapat menjadi lokomotif membangun misi keislaman yang moderat dan ramah di seluruh dunia”, dia menegaskan.

Forum juga memfasilitasi penjajakan kerjasama secara langsung antar universitas kedua delegasi. Beberapa universitas di Indonesia seperti Unpad, Tadulako, UN Malang menandatangani MoU dengan Universitas Zaqaziq, Alexandria, dan Pusat Studi Padang Pasir. Beberapa bentuk kerjasama yang diinisiasi kedua delegasi meliputi joint and collaborative research, kerjasama bidang sains, scholarship, internship program, credit earning, student and staff exchange, overseas degree program, joint publication, journal peer review and editorial board, dan dual degree atau programkembaran dua universitas di Indonesia dan Mesir.

Diharapkan tahun depan sudah ada realisasi kerjasama ini dengan saling kunjung untuk merealisikan MoU. Rektor Universitas Negeri Malang, Prof Dr. Suparno menyatakan, “UN Malang siap menerima mahasiswa atau dosen dari Mesir, begitu juga sebaliknya kami siap mengirimkan dosen ke Mesir untuk memulai kerjasama ini”. [Mastuki/mkd]

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua