Nasional

Jariyah PTIQ, Ikut Menjaga Otentisitas Al Quran

Jakarta (Pinmas) —- Jariyah terbesar Institut PTIQ bagi Indonesia adalah dalam “menjaga” kemurnian dan otentisitas Al Qur’an. Demikian penegasan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberi sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an, Jakarta, Sabtu(08/11).

Selain 351 wisudawan- wisudawati dan Rektor Institut PTIQ Prof. DR. H. Nasaruddin Umar, MA, proses wisuda ini juga dihadiri Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Al Quran (YPA) Pontjo Sutowo dan Deputy Gubernur DKI Jakarta Bidang Pengendalian Permukiman DR. S. Harjoya

Undang-Undang No 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur bahwa Pemerintah atau masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi keagamaan. Demikian juga dalam dan Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Menurut Menag ,regulasi pendidikan tinggi di Indonesia dengan jelas memberi peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Menag mengakui bahwa meski diselenggarakan swasta, Institut PTIQ memilki keunikan pada kajian Al Qur’an dan berorientasi pada kebutuhan masyaraka muslim di Indonesia untuk belajar, memahami serta mengamalkan ajaran-ajaran Al Qur’an. Putra mantan Menteri Agama KH Saifuddin Zuhri ini menilai bahwa kekhasan menjadi sangat penting, apalagi dalam era kompetisi yang ketat saat ini.

Setiap perguruan tinggi, lanjut Menag, harus memliki karakter kekhususan yang bisa menjadi daya jual ke masyarakat. Selain dalam segi pelayanan, perguruan tinggi juga harus berorientasi kepada mutu pendidikan

“Konsep-konsep seperti world class university, researrch university, dan sejenisnya menjadi alat seleksi unuk menentukan eksistensi perguruan tinggi di tingkat global,” ucap Menag.

Sehubungan itu, Menag berharap setiap perguruan tinggi mampu berinovasi dan melakukan langkah-langkah besar yang diperlukan. Menag melihat, menjawab tantangan ke depan bagi perguruan tinggi adalah keniscayaan. “Kita tidak bisa mundur dari percaturan kompetitif saat ini,” ujarnya.

Menag mengaku bersyukur, bahwa institut PTIQ memiliki keuntungan kompetitif yang tidak dimiliki perguruan tinggi lainnya, yakni pada kekhasan pendidikannya yang menjadikan Al Qur’an sebagai nilai dasar dan core businessnya sekaligus.

“Kita mesti optimis, bahwa ke depannya kajian Al Qur’an di Indonesia akan menjadi trademark bagi dunia Internasional dan menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lainnya dalam mempelajari Islam. Momentum itu sudah datang. Kepercayaan Internasional semakin besar, maka waktunya perguruan tinggi Islam melakukan langkah-langkah besar dan aktif merealisasikannya,” tandas Menag.

“Selamat kepada para Wisudawan/ti lulusan Institu PTIQ. Semoga ditangan para penghafal Al Qur’an, kemurnian dan otentisitas Al Qu’an dapat terjaga dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan mampu bersaing dalam era kompetisi kedepannya,” ujarnya.

Sebelumnya, dalam laporannya Rektor Intitut PTIQ Jakarta Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa wisuda kali ini diikuti oleh 351 orang dari beragam fakultas, seperti: Fakultas Syariah Program Studi Al Ahwal As Syakhsiyyah 18 orang, Ekonomi Syariah 13 orang; dari Fakultas Ushuluddin Program Stdui Tafsir Hadis 22 orang; dari Fakultas Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam 7 orang; dari Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam 17 orang dan Program Studi pendidikan Guru Raudhatul Athfal 45 orang. Adapun dari Pascasarjana, untuk Program Magister Pendidikan Islam (MPI) 132 orang, Magister Ilmu Tafsir 33 orang, dan Program Doktor 10 orang.

Nasaruddin juga menyampaikan bahwa interrelasi dan kohesivitas Institut PTIQ degan Institusi-institusi luar bahkan dengan masyarakat pada umumnya, semakin intens dan produktif. “Dilihat secara ekstrenal, bahkan dapat dinyatakan sinergisitas PTIQ dengan masyarakat merupakan indikator terpenting bagi Dhrama ketiga (pengabdian masyarakat),” ucapnya.

Selain itu, dalam hal pengembangan bidang Akademik, Institut PTIQ merupakan kampus dengan spesialis pengkajian ilmu-ilmu Al Qur’an. Semenjak didirikanya pada tahun 1971 hingga kini atau dalam kurun 43 tahun perjalanan pengabdiannya, PTIQ telah berhasil mencapai posisi sentral dan pioner dalam kajian ilmu-ilmu Al Qur’an. “Bahkan tidak hanya dalam negeri saja, tetapi oleh dunia Internasional, sehingga seringkali PTIQ menerima tamu-tamu dari berbagai tempat bahkan kawasan Nasional maupun Internasional,” katanya.

Menurut Nasaruddin, semua ini berkat para pimpinan, dosen, mahasiswa dan alumni PTIQ yang tetap istiqamah dalam menjaga amanah para pendiri PTIQ sehingga kepercayaan masyarakat semakin bertambah,” tutupnya.(Rd/mkd/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua