Jeddah (Pinmas) — Menjelang berakhirnya pemulangan jamaah haji Indonesia ke Tanah Air, Jumat (31/10) dini hari, berdasarkan data yang tercatat dalam Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) jamaah haji yang meninggal di Tanah Suci mencapai 286 jamaah.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Achmad Jauhari di Kantor Teknis Urusan Haji Jeddah mengatakan bahwa tingginya angka kematian jamaah di Tanah Suci tidak berarti layanan kesehatan yang diberikan oleh PPIH tidak maksimal.

Banyaknya jumlah jamaah calon haji yang diberangkatkan dari Indonesia berusia lanjut dan resiko tinggi (risti) menjadi salah satu penyebab. “Pertama, sisi input. Jamaah yang masuk kategori usia lanjut jumlahnya meningkat 30 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Achmad Jauhari.

Kedua, kondisi cuaca Arab Saudi di musih haji tahun ini relatif lebih panas dibandingkan tahun lalu, meski belum masuk kategori ekstrem. “Cuaca yang sangat panas tahun ini sangat berpengaruh bagi kesehatan para jamaah, terutama yang sudah lanjut usia,” tutur Jauhari.

Jauhari menjelaskan bahwa sesungguhnya layanan kesehatan sudah dipersiapkan dan dilaksanakan secara maksimal. “Ke depan, untuk mengantisipasi peningkatan suhu PPIH akan memberi pemahaman secara komprehensif kepada jamaah calon haji cara beraktivitas dalam kondisi yang berbeda dengan cuaca Tanah Air,” lanjut Jauhari.

Lebih lanjut Jauhari meminta Kementerian Agama untuk membuat aturan yang lebih jelas tentang batasan mampu (istitha’ah) untuk para jamaah calon haji baik dari sisi administrasi maupun kesehatan, sehingga tidak ada pemahaman aturan itu membatasi seseorang untuk menunaikan ibadah haji.

“Namun yang perlu jadi pertimbangan itu ketika menetapkan satu kebijakan, jangan sampai kebijakan itu dipersepsikan membatasi seseorang untuk ibadah haji. Ini yang penting, sehingga regulasi itu bisa diterima semua pihak,” kata Jauhari. (mss/mch2014)