Jeddah (Pinmas) --- Proses penyelenggaraan ibadah haji 1434H memasuki fase pemulangan jamaah haji Indonesia gelombang dua. Sejak kemarin (Sabtu, 2/11), jamaah haji Indonesia gelombang kedua yang saat ini berada di Madinah sudah mulai dipulangkan ke Tanah Air. Sebagian diterbangkan ke Tanah Air melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah, sebagian melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah.

Sebelum diterbangkan ke masing-masing debarkasi oleh pesawat Garuda Indonesia dan Saudia Airlines, para jamaah yang dipulangkan melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah akan menginap di hotel transito. Hal ini untuk mengurang tingkat kelelahan jamaah setelah menempuh perjalanan Madinah-Jeddah selama 6 jam.

Berbeda dengan pergerakan jamaah gelombang pertama dari Makkah ke Jeddah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tetap menyiapkan hotel transito di Jeddah, yakni: Hotel Norcom dan Hotel Rotana. Pada musim haji tahun lalu, jamaah dari Makkah ke Jeddah juga menginap lebih dulu di Hotel transito Jeddah. Namun, mulai tahun ini ditiadakan.

"Jamaah gelombang dua dari Madinah akan menginap semalam di Jeddah, setelah itu langsung diberangkatkan ke tanah air melalui bandara King Abdul Aziz,’’ kata Sri Darfatihati, Kasi Pelayanan Pemulangan Daker Jeddah.

Jamaah dari Madinah ke Jeddah juga akan dibawa dengan menggunakan bus-bus baru atau yang sudah di-upgrade dibanding tahun lalu. Di antaranya, ada toilet, perbaikan AC, dan sejenisnya. Dengan demikian, para jamaah akan merasa lebih nyaman. Selain melalui bandara Jeddah, para jamaah gelombang dua juga ada sebagian yang langsung dipulangkan melalui bandara Madinah.

Menyangkut gelombang kepulangan jamaah, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Anggito Abimanyu memberikan warning kepada petugas. Dia meminta agar para jamaah tidak lagi menjadi korban pungutan (baqsis) yang dilakukan oknum maktab yang menangani transportasi. Bahkan, Anggito dikabarkan geram karena tindakan itu mencoreng kinerja positif PPIH. Memang, baqsis itu biasanya hanya berkisar 5-10 riyal per jamaah. Namun, kalau dikalikan ratusan atau ribuan jamaah, tentu jumlahnya lumayan besar.

Dalam pesan yang disampaikan, Anggito menginstruksikan untuk segera menyelesaikan masalah baqsis tersebut. ‘’Pak Dirjen (PHU) marah setelah dapat informasi dari media ada jamaah menjadi korban pungutan itu. Beliau menegaskan agar tidak boleh ada pungutan satu sen pun pada jemaah,,’’ kata Kepala Daker Jeddah Endang Jumali kepada tim Media Center Haji (MCH) Indonesia. Jika memang terpaksa ada biaya tambahan untuk transportasi barang bawaan jamaah, lanjutnya, Dirjen meminta agar anggaran diambilkan dari dana PPIH dan bukan dari jamaah.

Jamaah Wafat
Sampai kemarin siang, perkembangan jamaah wafat di Arab Saudi telah mencapai 211 orang. Perinciannya, di Arafah ada delapan orang, Jeddah (3), Madinah (18), Makkah (170), Mina (11), dan Muzdalifah (1). Adapun jamaah yang pulang saat kepulangan (debarkasi) tercatat ada lima orang. Untuk jamaah yang harus mendapat rujukan ke rumah sakit di tanah air ada sebanyak 92 orang. Mayoritas dari debarkasi Jakarta (JKS) ada 26 orang, Solo 24 orang, dan Surabaya 20 orang.

Jamaah Haji Khusus
Sementara itu, Kabid Pengawasan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) Khoirizi Dasir mengatakan, sebagian besar jamaah haji khusus yang tahun ini berjumlah sekitar 11 ribu itu sudah berada di tanah air. Gelombang terakhir mereka pulang dijadwalkan besok (4/11). ‘’Dari laporan yang kami terima, data jumlah jamaah PIHK (dulu ONH plus) yang meninggal ada sepuluh orang,’’ katanya ditemui di kantor Daker Jeddah.

Menurut Khoirizi, status jamaah PIHK belakangan ini mulai ada pergeseran. Dulu, mereka sebagian besar dari kalangan middle-up. Namun, kini banyak juga yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Penyebabnya tidak lain antrean kuota yang semakin lama. ‘’Dulu banyak yang usianya relarif muda-muda. Tapi, kini banyak jamaah haji khusus yang juga lanjut usia,’’ ujarnya. (hud/jp/mkd)