Nasional

Ironis Banyak Perceraian Disebabkan Hal Sepele

Jakarta(Pinmas)--Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar mengatakan, peningkatan angka perceraian dewasa ini banyak terjadi hanya disebabkan hal sepele dan lebih ironisnya lagi peristiwa "menyakitkan" itu menimpa pada pasangan perkawinan usia muda. Hanya karena Pilkada dan perbedaan pilihan bisa terjadi perceraian, kata Nassarudin Umar di Jakarta, Rabu, saat jumpa pers terkait pelaksanaan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan dan Pemilihan KUA Teladan Tingkat Nasional 2011 yang berlangsung pada 13-19 Agustus di Hotel Bidakara, Jakarta. Pada kesempatan itu hadir para juri pemilihan keluarga sakinah, antara lain Prof. H. Mubarok MA, Prof. Dr. H. Dadang Hawari SpKj, Dr. Hj. Nurhayati Djamas MA, Hj. Ratih Sanggarwati SE. Acara dipandu Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Drs. H. Ahmad Jauhari, M.Si. Jika setiap tahun 200 ribu perceraian dari dua juta perkawinan, menurut Dirjen Bimas Islam itu, tentu akan memunculkan persoalan di tengah masyarakat. Antara lain, anak yang terlantar dan para janda yang dapat memunculkan konflik horizontal di tengah masyarakat. Ia tak menjelaskan bentuk konflik yang dimaksud, namun yang jelas jika saja dari setiap perceraian yang terjadi ada seorang anak tak bersama kedua orangtua, maka terbuka adanya sejumlah anak terlantar. Paling tidak, anak tersebut kehilangan pengasuh. "Lebih ironis, 80 persen terjadi pada pasangan perkawinan muda," katanya. Ia mengakui penyebab perceraian tersebut banyak penyebabnya. Antara lain: poligami, kawin paksa, pernikahan di bawah umur, dan kekerasan dalam rumah tangga, menjadi tenaga kerja di luar negeri, akibat salah satu pasangan cacat. Pengaruh tayangan televisi, juga bisa memicu perceraian karena "kawin-cerai" artis yang sering diberitakan juga dapat mendorong pasangan usia muda untuk mudah bercerai hanya persoalan sepele. Sebetulnya, menurut Dadang Hawari, perkawinan merupakan hal penting. Sebab, hidup berpasangan tanpa nikah -- seperti yang terjadi di Barat -- banyak menyisakan persoalan bagi anak mereka ke depan. Namun pengaruh globalisasi yang kini makin kuat menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga perkawinan ke depan. Untuk itu, mempertahankan lembaga perkawinan menjadi bagian penting di negeri ini. Keluarga sakinah Pada kesempatan itu Nasaruddin Umar menyebutkan pentingnya Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan dan Pemilihan KUA Teladan. Pemilihan ini merupakan suatu bentuk apresiasi Pemerintah kepada keluarga yang telah konsisten mempertahankan nilai-nilai luhur dalam keluarga dan memberikan teladan kepada lingkungan masyarakatnya, serta kepada Kantor Urusan Agama (KUA) yang telah memberikan layanan prima kepada masyarakat dengan menerapkan "clean government and good governance". Nasaruddin Umar menyatakan bahwa perceraian sebagai salah satu masalah sosial yang tak lepas dari pengaruh pergeseran norma dan cara pandang masyarakat terhadap institusi perkawinan. Karenanya, kata dia, figur keluarga sakinah ini perlu diangkat untuk memberikan keteladanan kepada masyarakat yang tanpa sadar telah menjadi konsumen fenomena komodifikasi yang tidak proporsional seputar permasalahan rumah tangga, figur publik melalui media massa. Saat ini, ada anggapan bahwa perceraian dianggap sesuatu yang wajar dan rekomendatif sebagai solusi masalah rumah tangga, katanya. Terkait Pemilihan KUA Teladan, ia menjelaskan, Kementerian Agama menganggap perlu penyelenggaraan kegiatan ini untuk meningkatkan motivasi pegawai KUA sebagai ujung tombak Kementerian Agama di daerah yang menjadi cermin baik buruknya wajah Kementerian Agama di masyarakat. Hasil penilaian Dewan Juri yang berasal dari kalangan ulama, psikolog, penggiat BP4, pejabat Kementerian Agama, serta artis ini, akan diumumkan pada 17 Agustus 2011 di Hotel Bidakara dalam acara Penganugerahan Pemenang Keluarga Sakinah Teladan dan Pemenang KUA Teladan Tingkat Nasional Tahun 2011. Menteri Agama Suryadharma Ali diahrapkan hadir, termasuk dari beberapa lembaga Pemerintah serta LSM terkait.(ant/es)
Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua