Nasional

Indonesia-AS Implementasikan CPA Melalui Kuliah Interfaith Dialogue

San Fransisco, California (Pinmas) – Indonesia dan Amerika Serikat meningkatkan interaksi antarindividu sebagai salah satu satu implementasi dari Perjanjian Kemitraan Komprehensif (CPA) melalui kegiatan kuliah umum di University of California, Berkeley.

“Kedua Pemerintah sepakat untuk memperdalam kerja sama, salah satu di antaranya ialah meningkatkan interfaith dialogue,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat ketika membuka kuliah umum yang bertema “Interfaith Dialogue in a Plural Society: the View from Indonesia” pada Senin (25/11) waktu setempat atau Selasa (WIB).

Kuliah umum dialog antariman yang diselenggarakan Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS) universitas ternama di dunia itu menghadirkan pembicara dari Indonesia yakni Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Musa Asy’ari, pakar dari Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Pendeta Joas Adiprasetya, Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Jamhari Maruf dan pakar dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Prof. DR. Antonius Eddy Kristiyanto.

Konsul Jenderal RI San Fransisco, Asianto Sinambela dan lebih 50 mahasiswa tingkat pascasarjana dan sarjana UCB menghadiri kuliah itu dengan moderator Ketua CSEAS DR. Jeffrey Hadler.

Lebih jauh Bahrul Hayat mengatakan dialog antariman menjadi agenda nasional yang penting dan pemerintah memiliki kebijakan untuk mendorong kelompok moderat. “Sebagai salah satu negara yang memiliki suku paling beragam di dunia, berpenduduk muslim terbesar di dunia dan rumah bagi semua agama besar lainnya termasuk Kristen, Hindu, Budha dan Konghuchu, Indonesia mendorong dialog itu di antara negara-negara dan memandangnya sebagai agenda global yang penting,” kata Bahrul.

“Karena itu Indonesia berbagi pandangan bahwa benturan peradaban bisa terjadi dan harus dihindari dengan mempromosikan satu dialog antara berbagai peradaban,” tambahnya.

Sejauh ini, lanjut Bahrul, Kementerian Agama telah mengadakan forum-forum seperti itu di seluruh 33 provinsi dan lebih 420 kabupaten/kota. Indonesia juga memprakarsai dialog antariman secara bilateral dengan 22 negara lain, paling akhir dengan Serbia bulan lalu. Dialog antariman di tingkat regional pertama kali diadakan di Yogyakarta pada Desember 2004 dan diikuti oleh 14 negara.

Di tingkat global, Indonesia telah mendukung dan berperan serta dalam dialog-dialog antariman dan budaya yang disponsori oleh Perserikatana Bangsa-Bangsa. Pada Agustus 2014, Indonesia akan menjadi tuan rumah Forum Global ke-6 untuk Aliansi Peradaaban PBB.Dialog antariman merupakan satu cara meningkatkan saling pengertian untuk meningkatkan kerja sama.

“Saya gembira bahwa dialog-dialog ini menghasilkan program kongkrit dan kegiatan menguntungkan,” kata Bahrul.

Menurutnya, dialog-dialog juga telah memperkuat kerja sama dua negara dalam bentuk kerja sama antarpemerintah, antarlembaga dan antarindividu. Dalam dialog-dialog antariman yang diselenggarakan sebelumnya lebih banyak pemimpin agama berperan serta.

“Tapi hari ini di Berkeley, kami menyaksikan para pakar dan akademisi aktif menjadi peserta. Kombinasi baru ini akan memberikan perspektif baru mengenai interfaith dialogue,” terang Bahrul.

DR. Jeffrey Hadler yang diwawancarai seusai dialog mengatakan dialog-dialog antariman yang dilakukan di luar negeri penting untuk memberikan pemahaman kepada para peserta.“Di kampus ini misalnya ada sejumlah anak dari Indonesia yang dikirim orangtua mereka belajar karena ada prasangka jika mereka tetap berada di Indonesia mereka merasa tak aman,” kata Hadler, seorang indonesianis.

Dengan mengikuti dialog, katanya, mereka memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas, tidak semata-mata memperoleh informasi dari Internet.

Dr Hadler adalah ahli di bidang budaya Minang. Ia pernah sebagai peserta Americaan Field Service di Jakarta yang tinggal di keluarga Minang. Sejak itu dia tertarik untuk memperdalam salah satu budaya suku di Indonesia tersebut.

Ketika menerima delegasi yang dipimpin Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat, Konsul Jenderal Asianto Sinambela mengatakan sedikitnya ada dua perguruan tinggi ternama dan berkelas dunia di Kalifornia yakni UCB yang merupakan perguruan tinggi negeri dan Stamford University, perguruan tinggi swasta.

Dia mengatakan pihaknya mendukung kegiatan-kegiatan seperti itu untuk meningkatkan dan memperdalam kerja sama antara Indonesia dan AS. Menurutnya, lembaga-lembaga perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat AS di wilayah tugasnya memainkan peran penting dalam membentuk opini.

CSEAS merupakan salah satu lembaga idi University of California, Berkeley, yang mengajarkan studi tentang Indonesia. Selain puluhan mahasiswa yang belajar di program sarjana, saat ini juga terdapat mahasiswa Indonesia yang tengah mengambil gelar doktor. (ant/mkd)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua