Nasional

Dirjen Bimas Hindu: Budaya Lokal Tak Ganggu Nilai Universal Hindu

Jakarta (Pinmas) - Dirjen Bimas Hindu, Ida Bagus Gde Yudha Triguna mengakui bahwa budaya lokal yang ikut mewarnai ritual Hindu di berbagai daerah bukanlah suatu bentuk intervensi untuk merusak nilai universal Hindu, tetapi justru memperkaya agama itu sendiri. Ajaran agama Hindu banyak diperkaya oleh budaya lokal melalui kidung-kidungnya. Tetapi secara teologis tak mengganggu nilai universal. Semua dibina dan dirangkul, kata Triguna kepada pers di Jakarta, Jumat.

Kendati demikian tak semua bentuk kesenian bisa diklaim dan ikut mewarnai ritual Hindu. Sebab, ada bentuk kesenian yang disuguhkan kepada pengunjung di luar pure sebagai hiburan. Tari jaipongan, tentu bisa ditampilkan di luar pura sebagai hiburan. Namun ketika berkaitan dengan fungsi ritual, tari topeng bisa tampil di dalam pura, ia menjelaskan. Kidung Sunda atau dari daerah lain bisa ditampilkan untuk mengantarkan peserta upacara di pura dalam suasana magis. Agama Hindu memang tak bisa lepas dari berbagai bentuk kesenian, tetapi sejauh ini tak ada yang merusak nilai universal agama itu, tegasnya lagi.

Nyepi Berkaitan dengan penyelenggaraan Nyepi tahun baru Saka 1935, yang jatuh pada 12 Maret 2013, Tri Guna menjelaskan, pihaknya sehari sebelum pelaksanaan ritual tersebut akan menggelar Taur Kasange, atau yang lebih dikenal sebagai upacara ruwetan bumi, sebagai bentuk upaya menetralkan kembali bumi. Ritual itu diharapkan diikuti 17 ribu umat Hindu di Candi Prambanan, Jawa Tengah. Khusus untuk Bali, pelaksanaan nyepi akan mendapat pengawasan lebih ketat lagi. Hal itu dimaksudkan agar umat Hindu tak terganggu dengan berbagai aktivitas. Selama nyepi, umat Hindu dilarang beraktivitas (bepergian), menyalakan lampu dan larangan lain sesuai ritual agama itu sendiri. Dan untuk pengamanan selama nyepi, para pacalang akan mengawasi di lapangan.

Pelayanan sosial seperti rumah sakit dan tempat tertentu tetap berlangsung seperti biasa. Tapi Dirjen Bimas Hindu juga mengingatkan bahwa untuk menekan kasus gangguan selama nyepi, maka para pacalang diminta untuk melakukan kerja lebih keras lagi. "Jangan sampai ada turis mabuk, bermotor dan masuk wilayah tertentu, terulang lagi," katanya. Anggaran Di bagian lain ia juga menjelaskan bahwa sekitar 84 persen anggaran Ditjen Bimas Hindu dialokasikan untuk program penguatan pendidikan. "Anggaran Pendidikan sebesar Rp517 miliar atau 84 persen dari total anggaran Ditjen Bimas Hindu yang berjumlah 617 miliar," kata Yudha. Dana pendidikan ini akan digunakan untuk program sertifikasi, pembayaran tunjangan profesi, serta peningkatan kualifikasi guru dan dosen Hindu. Sampai tahun 2012, data guru di bawah binaan Ditjen Bimas Hindu berjumlah sekitar 6500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Guru yang sudah disertifikasi berjumlah 4000. Tahun 2013, dianggarkan untuk 1500 guru, sedang sisanya (1000) akan disertifikasi pada tahun 2014. "Sesuai target Pemerintah, program sertifikasi guru di Ditjen Bimas Hindu akan tuntas pada 2014," ujar Yudha. Guru yang sudah lulus sertifikasi, lanjut Yudha, juga sudah mendapatkan tunjangan profesi. Ditjen Bimas Hindu terus berusaha meningkatkan kualitas dan kompetensi mereka sehingga kenaikan kesejahteraan itu bisa berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas pendidikan. "Untuk itu, Ditjen Bimas Hindu akan menyelenggarakan berbagai 'workshop', 'shortcourse', dan bantuan belajar yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru," tegas Tri Guna. Anggaran Pendidikan Ditjen Bimas Hindu juga dialokasikan untuk program beasiswa mahasiswa miskin (Rp3,75 miliar), bantuan sarana pendidikan (Rp10 mi;iar), bantuan penelitian (Rp6,6 miliar), serta bantuan pengabdian masyarakat berbasis program (Rp1,95 miliar).(ant/ess)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua