Nasional

Catatan Haji 2018: Kiprah Multi-Tasking Tim Konsultan Ibadah

KH Masrur Ainun Najih saat mengantar jamaah tersesat di Masjidil Haram beberapa waktu lalu.

KH Masrur Ainun Najih saat mengantar jamaah tersesat di Masjidil Haram beberapa waktu lalu.

Makkah -- Tim Konsultan Bimbingan Ibadah Haji tercatat sebagai salah satu bidang layanan yang dipekuat pada musim haji 2018. Kiprah tim, yang terdiri para kiai, guru besar, doktor agama dan ustadz senior berpengalaman dalam bimbingan haji ini, di lapangan berperan multi-tasking.

Tak sekadar tausiyah agama, dengan kostum “Petugas Haji Indonsia”, mereka juga memperkuat berbagai layanan sesuai kebutuhan jemaah. Mulai mengantar jemaah tersesat, meminjamkan kaus kaki pada jemaah kehilangan sandal, sampai memberi terapi religi untuk menopang pemulihan jemaah sakit.

Sepulang dari agenda rutin, visitasi dan edukasi ke hotel jemaah calon haji (calhaj) di tingkat sektor, akhir pekan lalu, KH Masrur Ainun Najih, salah satu konsultan ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, memilih kembali naik bus shalawat, dari kawasan Mahbas Jin ke terminal Bab Ali, dekat Masjidil Haram. Ia tak pakai lagi mobil operasional yang mengantarkan sebelumnya.

“Sekalian ngecek kenyamanan layanan bus,” kata Ketua Ikatan Alumni Pesantren Buntet Cirebon ini. Di pintu terminal Bab Ali, usai shalat Dzuhur, ia bertemu jemaah lansia asal Papua, kebingungan mencari bus ke hotel. Ia terpisah dari rombongan. Dan ternyata, juga salah pilih terminal untuk pulang.

Pandu Jemaah Tersesat

Setelah mengecek identitas sang calhaj, Kiai Masrur menuntun kakek itu ke terminal yang seharusnya, Syib Amir, melewati ratusan meter lantai panas di halaman luar Masjidil haram, tanpa payung, masker, dan kaca mata gelap.

Sambil berjalan, Kiai Masrur menghibur jemaah itu dengan obloran ringan beraksen Maluku, setelah tahu jemaah asal Papua itu keturunan Ambon. Calhaj itu pun tertawa lepas. Beban pikiran salah jalan seolah melayang.

Kiai kelahiran Ciamis, keturunan Kebumen ini piawai bicara berbagai bahasa dengan banyak aksen: Arab, Sunda, Jawa ala Jogja, Jawa gaya ngapak, Ambon, Bugis, dan banyak lagi. Ia suka sisipkan berbagai aksen itu saat ceramah, menyesuaikan asal daerah jemaah.

Ketawa jemaah pun kerap meledak, saat aksen bahasa mereka dipakai. Setiba di terminal Syib Amir, beberapa petugas haji Indonesia di sektor khusus Masjidil Haram, yang kebanyakan dari TNI/Polri, ikut membantu kakek yang diantar Kiai Masrur itu naik bus. Tim Konsultan Ibadah jadinya bersinergi dengan Tim Transportasi.

Bersama Kiai Masrur, KH Abdul Halim Mahfudz, pimpinan Pesantren Seblak, Jombang, salah satu tim Konsultan Ibadah, tengah mengatasi jemaah asal Jawa Tengah, yang kehilangan sandal, di tengah sengatan tetik matahari.

“Sandal saya dibawa istri, saya terpisah dengan istri,” kata calhaj itu. Dekat terminal Bab Ali, tak ada penjual atau penyedia sandal. Harus jalan 200-an meter melewati halaman luar Masjidil Haram yang membakar. Di posko petugas haji Indonesia tersedia ratusan pasang sandal gratis, tapi perlu jalan kaki dulu ratusan meter, di atas hamparan lantai panas.

Kiai Halim pun membuka sepatu dan ia lepaskan kaus kakinya. “Pakai kaus kaki saya saja, kuat jalan kan?” tanya Kiai Halim. “Dicoba Pak,” jawab jemaah, yang juga salah masuk terminal itu.

Mendekati terminal yang benar, Syib Amir, jemaah itu spontan menunjuk deretan ruko, “Oh ya, benar ini tempatnya.” Saking senangnya, calhaj itu langsung lari ke arah bus.

Mendadak, ia balik lagi. Lupa pamitan. Ia memeluk Kiai Halim, sambil menangis bahagia, mengucapkan terima kasih.

Motivasi Jemaah Sakit

Di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), kawasan Aziziyah, Makkah, Tim Konsultan Ibadah juga melakukan multi-tugas. Jemaah yang sakit, tidak hanya dilayani secara medis, tapi juga dibimbing aspek ibadah dan spiritualitasnya.

Akhir pekan lalu, Prof. Aswadi, dari UIN Surabaya, Prof. Attamimy, dari IAIN Ambon, dan Ustadz Hasan Nurdin, alumnus UIN Bandung, menemui 130-an calhaj yang tengah dirawat di KKHI.

Tim Konsultan Ibadah memberi mereka motivasi. Agar berprasangka baik pada Allah. Sakit itu harus dipandang sebagai anugerah, bukan musibah. Dengan dirawat, mereka jadi punya waktu berkesempatan istirahat total, sehingga puncak haji yang masih dua pekan lagi nanti, bisa mereka jalani dengan kondisi fisik lebih prima.

Para calhaj pun menangis haru dan mengucapkan terima kasih, setelah tim konsultan ibadah haji memimpin doa bersama. “Saya jadi merasa lebih sehat, dan pengen segera kembali ke hotel, bersama rombongan,” kata seorang calhaj, pada Ustadz Hasan, yang memegangi tangannya, sambil memberi penguatan mental.

Calhaj yang menderita penyakit gula itu baru ditinggal istrinya menjelang berangkat haji. Ia sedih, karena gagal haji berdua bersama istri tercinta. Para dokter di KKHI berharap, Tim Konsultan Ibadah bisa rutin menengok jemaah yang dirawat, untuk mempercepat pemulihan.

Di KKHI juga ada konsultan ibadah tetap, terdiri para mahasiswa Indonesa yang tengah studi agama di beberapa negara Timur Tengah. Tugas mereka, selain mengingatkan jadwal rutin shalat pada tiap jemaah, juga menjadi teman curhat, agar calhaj lebih termotivasi untuk sehat.

Penguatan Tim Konsultan

Bila tahun 2017, konsultan ibadah hanya ada di tiap Daker (Makkah dan Madinah). Di masing-masing Daker, terdapat empat konsultan. Tahun 2018 ini, ada 8 konsultan ibadah di Daker Makkah. “Di tiap sektor sekarang juga ada ada satu konsultan ibadah,” kata H. Anshor Sanusi, Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Makkah.

Kompetensi tim konsultan haji tak perlu diragukan. Mereka bukan hanya paham fikih haji, tapi juga berpengalaman panjang dalam bimbingan haji dan umroh. Salah satu konsultan, Dr. Ahmad Baedhowi, misal, selain pensiunan pejabat haji Kemenag, juga menulis disertasi doktor, tentang spiritualitas haji, yang segera dibukukan.

Agenda harian kerja Tim Konsultan Ibadah lumayan padat. Mereka melakukan visitasi dan edukasi Jemaah Haji tiap hari ke sektor-sektor. Per hari ada 3 sektor yang dikunjungi bergiliran, dari 11 Sektor se-Daker Makkah.

Konsultan dibagi dalam tiga tim. Tiap tim terdiri 2-3 orang. Forum visitasi kadang berlangsung pukul 10.00 sampai dzuhur, kadang siang, pukul 14.00 sampai ashar. Jemaah yang hadir antara 500-an sampai dua ribuan orang pada tiap acara. Mereka berasal dari berbagai kloter dan embarkasi.

Paket Three in One

Forum visitasi dan edukasi Tim Konsultan Ibadah Haji dikemas jadi paket layanan Three in One. Bukan sekadar berisi tausiyah agama, juga dilengkapi penyuluhan kesehatan dari Petugas Kesehatan, yang terdiri para dokter, dan pembekalan antisipasi keamanan dari Petugas Perlindungan Jemaah, yang berasal dari TNI/Polri.

Forum ini juga menjadi tempat curhat para calhaj. Bukan hanya keluhan dan kritik, termasuk penyampaian apresiasi. Mereka umumnya puas dengan layanan hotel di Makkah, yang minimal berbintang tiga, dan layanan makan dua kali sehari selama 20 hari di Makkah, dengan gaya makanan Indonesia.

“Menunya cocok. Cita rasa Indonesia,” kata seorang jemaah dari Lamongan, Jawa Timur, di Sektor I. Banyak ikan dan daging. Ada pula yang justru khawatir kebanyakan daging.

“Untuk kami yang sebagian besar sudah di atas 40 tahun, baiknnya jangan banyak-banyak daging, diganti sayur saja,” usul calhaj asal Sulsel, namun disoraki jemaah lain yang suka daging-ikan.

Petugas kesehatan pun menyarankan, agar makan daging dengan tanpa menyertakan lemak, mengimbangi sayur, tempe-tahu, dan buah. Forum visitasi ibadah bisa jadi wadah dialog apa saja yang menjadi kebutuhan jemaah.

Meski sudah pada berusia lanjut, Tim Konsultan Haji bergerak penuh semangat. Kiai Masrur misal, pernah salah hotel lokasi visitasi. Mestinya ke hotel nomor 401, di Sektor IV, tapi diturunkan di hotel nomor 411. Sementara, mobil pengantar sudah kembali ke Kantor Daker. Kiai Masrur tidak memanggil mobil pengantar, tapi memilih mencari hotel 401 dengan jalan kaki, di tengah cuaca yang mirip Sauna. Ternyata jaraknya terasa jauh. Ia tak mengeluh.

Prof Attamimy juga tampak gembira ria memberi taushiyah pada jemaah. Usai memberi edukasi di sektor, guru besar berusia lebih 60 tahun itu harus mampir ke KKHI, memesan obat rutinnya, agar lebih berstamina melanjutkan agenda berikutnya.

Kiai Halim juga harus cari madu dan bawang putih, ke sebuah supermarket, sebagai suplemen makanan rutin, untuk menjaga kebugaran. Meski kondisi kesehatan tak lagi seprima kaum muda, mereka tetap berusaha agar bisa bekerja maksimal.

Ustadz Hasan memilih jalan tidur singkat berkualitas, bila terasa metabolisme badan mulai tak seimbang. Pembimbing beberapa biro umrah ini, di sela tugas rutin, kerap mengisi waktu dengan mencari jemaah tersesat sekitar Daker atau Masjidil Haram, untuk diantarkan.

Ia sering mendampingi jemaah tua tersesat kembali ke hotel, dengan langsung ikut menemani di bus shalawat. “Tadi baru ndorong jemaah di kursi roda di Haram,” cerita Ustadz yang sudah banyak beruban ini, subuh-subuh, sepulang dari Masjidil Haram, pakai bus shalawat, dan masih dengan kostum lengkap Petugas Haji: baju putih, celana hitam, rompi, topi, dan ransel punggung bertuliskan petugas.

Bila siang melakukan visitasi dan edukasi di sektor-sektor, pada malam usai shalat Isya dan subuh, Tim Konsultan Ibadah dijadwalkan bergiliran memberi layanan konsultasi ibadah di beberapa titik di Masjidil Haram. Tiap hari ada satu tim terdiri dua konsultan.

“Kami sebenarnya bukan hanya Konsultan Ibadah, tapi lebih luas, sebagai Petugas Haji Indonesia. Kami harus siap melayani apa saja yang kami mampu layani,” kata Kiai Masrur yang suka memelesetkan “Konsultan” sebagai “Kongkonane Sultan” (suruhan penguasa).[]

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua