Jakarta (Pinmas) - Kementerian Agama berupaya melakukan pembinaan dan pemberdayaan santri dan mahasiswa Indonesia di luar negeri. Namun masih banyak jalur penjaringan santri dan mahasiswa untuk studi di luar negeri yang tidak melakukan koordinasi dengan pemerintah. Demikian dikemukakan Sekjen Kementerian Agama, Bahrul Hayat saat mewakili Menteri Agama pada Rapat Kerja Pimpinan Kementerian Luar Negeri RI di Gedung Nusantara Kemenlu Jakarta, Rabu (22/2) sore. "Data mahasiswa dan santri di luar negeri yang tercatat di kami sekitar 5.000 orang. Banyak yang tidak tercatat, umumnya biaya sendiri," kata Bahrul Hayat.

Ia memaparkan permasalahan dalam pembinaan peserta didik di luar negeri juga antara lain, Kemenag dan Kedutaan Besar Republik Indonesia tidak memiliki data yang lengkap tentang siswa, mahasiswa dan santri yang melakukan studi secara mandiri. "Mereka tidak melapor ke KBRI setempat," imbuh Sekjen. Selain itu organisasi mahasiswa Indonesia di luar negeri belum dimanfaatkan secara optimal sebagai mitra untuk menjalin komunikasi dengan mahasiswa di luar negeri. Untuk itu akan dikembangkan sistem seleksi calon siswa, mahasiswa dan santri yang akan studi di luar negeri bekerjasama dengan pemerintah atau perguruan tinggi tujuan. Selain itu diharapkan KBRI melakukan pendataan secara menyeluruh dan detil terhadap peserta didik di luar negeri.

Sekjen juga mengungkapkan, Kemenag setiap tahun menyediakan beasiswa penuh program S1, S2 dan S3 bagi mahasiswa muslim asing untuk studi di enam Universitas Islam Negeri. Jumlahnya, tahun 2011 sebanyak 129 orang dan beasiswa bagi mahasiswa baru tersedia sebanyak 20 orang. Mahasiswa yang memperoleh beasiswa tahun 2011 berasal dari Thailand, Vietnam, Sudan, Rusia, Timor Leste, Philipina, Afrika selatan, Somalia, Mali, Madagaskar dan Papua Nugini. Di hadapan Duta Besar dan Konjen RI di berbagai manca negara, Sekjen juga memaparkan masalah kerukunan umat beragama di Indonesia, serta penyelenggaraan ibadah haji. (ks)