Kristen

Membangun Hidup Bersama Menggapai Kebahagiaan

Pdt. Pieter Aronggear (Gembala sidang Gereja Pentakosta Di Papua. Jemaat KASIH AGAPE, Pasir Dua Jayapura)

Pdt. Pieter Aronggear (Gembala sidang Gereja Pentakosta Di Papua. Jemaat KASIH AGAPE, Pasir Dua Jayapura)

Shalom, salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Senang sekali berjumpa dengan para pembaca melalui materi khotbah hari ini. Kita akan belajar pada kitab Amsal 29: 6, "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum." Kajian kali ini mengangkat tema: "Membangun Hidup Bersama Menggapai Kebahagiaan".

Nas ini memberikan pemahaman bahwa wahyu atau Firman Allah dapat menjamin keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Manusia sebagai pribadi yang bermasyarakat membutuhkan keteraturan (tidak liar) dalam membangun hidup yang baik/bahagia.

Seseorang tidak bisa menjalani kehidupannya sendiri, lepas dari bantuan orang lain. la pasti membutuhkan orang lain. Maka kita perlu menjadi pribadi yang menghargai hidup bersama. Sebab firman-Nya berkata, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.(Mazmur 133: 1- 3)

Hidup bersama dan rukun adalah anugerah TUHAN. Itu adalah cara yang TUHAN pakai untuk memelihara kesinambungan generasi manusia di muka bumi ini. Sebab, kita dijadikan TUHAN untuk hidup bersama, karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2: 10). Untuk itu kita membutuhkan wahyu yang dapat menuntun sikap dan perilaku kita agar selaras dengan sesama. Tanpa wahyu, kita bisa menjadi liar.

Allah, Sang Pencipta sudah melandasi ciptaan-Nya dengan meletakan tatanan kehidupan yang teratur melalui Firman-Nya. Jika tidak, manusia menjadi liar dan buas seperti binatang. Pada diri manusia ada roh yang memberi akal budi bagi manusia supaya ia mengenal akan Wahyu Allah yang menuntun pada hidup yang baik. Lihatlah bahwa pada mulanya Allah menciptakan kosmos dengan sistem hukum yang terjalin rapi, baik, indah dan teratur membentuk sebuah tatanan kehidupan yang harmonis. (Kejadian 1: 131). Lalu Adam dan Hawa, manusia pertama diberi kuasa untuk hidup dalam taman Eden menikmati semua pesona keindahan dan suasana kebahagiaan yang disinari oleh cahaya kemuliaan Sang Pencipta. Dalam keagungan dan sifat yang luhur, suci, mulia serta kekal, hari ke hari mereka melewati kehidupannya. (Kejadian 28- 25).

Namun, pada suatu waktu kebahagiaan itu mendadak sima, berubah dramatis. Mereka diusir dari taman Eden dan dari hadapan Allah, akibat dari tidak lagi taat pada Firman Allah. Mereka diperdaya oleh ular / si iblis lalu memetik buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat lalu dimakan (Kejadian 2 16, 17). Inilah awal dari ketidakteraturan dan ketidaktaatan manusia pada Wahyu Allah, yang buat manusia jadi liar.

Tetapi, Yesus Kristus. Sang Firman yang hidup sudah datang memulihkan kehidupan manusia. Melalui karya kematian-Nya di atas kayu salib dan oleh darah-Nya yang suci, yang tertumpah di golgota, sudah menanggung dan memulihkan kita menjadi baru. Seturut dengan kasih Allah yang melimpah: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3: 16). Kini manusia memiliki harapan masa depan yang baru dalam tatanan kehidupan yang seharusnya tertib, harus saling menghormati dalam membangun hidup bersama untuk mencapai kebahagiaan bersama.

Firman Tuhan dalam Amsal 29: 6 pada frasa "menjadi liarlah rakyat" menyatakan sebuah konsekuensi logis yang terjadi jika tidak ada wahyu, manusia akan menjadi liar, dan mudah melakukan kejahatan. Seperti Kain yang membunuh adik kandungnya sendiri (Kejadian 4 1 16), Bumi pertama yang dismunahkan dengan air bah. Hanya keluarga Nuh (8 jiwa) yang diselamatkan (Kejadian 6:1-16). Peristiwa Sodom-Gomora, hanya keluarga Lot yang selamat. (Kejadian 19:1-29).

Selain itu, realitas di sekitar kita hari ini juga menyuguhkan banyak persoalan yang parah dan serius. Seperti kekerasan dalam rumah tangga, radikalisme, peredaran obat-obat terlarang, ganja, miras, penculikan anak, perdagangan manusia, penjualan organ tubuh manusia, industri sex bebas, perampokan, penjambretan, judi, dan modus penipuan lainnya. Kondisi ekonomi yang sulit membuat tidak sedikit orang yang memilih jalan pintas memenuhi kehidupan dengan cara mencuri, membunuh, korupsi, bermanipulasi dalam berbisnis. Rendahnya moralitas, etika dan toleransi dalam hidup bermasyarakat. Ini semua mengganggu kebahagiaan hidup bersama. Pemerintah memberi atensi sudah berusaha ingin membawa masyarakat keluar dari masalah dengan mengkucurkan begitu banyak dana. Tetapi persoalan tak kunjung selesai.

Kita bertanya apa sesungguhnya yang menyebabkan kondisi-kondisi ini terus ada? Masih adakah cara yang jitu yang bisa diandalkan untuk mengatasi? Jawabannya hanya ada pada kuasa Firman.

Kondisi yang menyusahkan manusia ini merupakan wujud akumulasi dari pelanggaran manusia karena tidak tahu wahyu Allah atau tidak mau menuruti wahyu Allah . Akibatnya adalah hilangnya tatanan hidup yang baik dan liarlah rakyat dalam berbagai dimensi hidup. Begitu pula para Pemimpin (siapapun dia) yang bekerja tidak berlandaskan pada kebenaran wahyu Allah. Perhatikan firman- Nya dalam kitab Amsal 29: 12 "Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik." Lalu apa yang bisa diharapkan pada kepemimpinan orang fasik? Firman-Nya berkata: "Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluh kesah lah rakyat." (Amsal 29: 2). Itulah sebabnya kita memerlukan wahyu Allah.

Wahyu adalah "segala tulisan yang diilhamkan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3: 16, 17). Tulisan yang diilhamkan Allah disebut juga Injil / euaggelion (bhs. Yunani) yang berarti kabar baik. Injil itu memiliki otoritas Allah dan mengandung kuasa adikodrati, supernatural yang sanggup menyelamatkan setiap orang yang percaya sebab didalamnya nyata kebenaran Allah (Roma 1: 16, 17). Kita harus sungguh-sungguh percaya akan kuasa firman-Nya dan menghidupi firman-Nya, sama seperti bangsa Israel pernah mengalaminya. Raja Daud mengakui bahwa Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119: 105). Semua yang berpegang pada Firman Allah akan menjadi pribadi yang baik dan menjadi berkat bagi orang lain dalam kehidupan bersama.

Manusia jika mengandalkan kemampuan akal budinya sendiri, pastilah ia akan hanyut dalam kerasnya dunia saat ini. Manusia terbatas dan fana maka hikmat dan akal budinya pun terbatas. Itulah sebabnya mari kita bertobat, stop mengandalkan kepintaran sendiri. Tetapi hendaklah memohon campur tangan TUHAN melalui wahyu-Nya untuk menolong apapun yang kita kerjakan. Apabila saat ini kita masih ada dalam keadaan yang tidak tertib hidup atau mungkin sedang senang bermain dengan kehidupan yang tidak tertib atau tidak mau peduli dengan Wahyu Allah, Saya ajak mari saudara cepat sadar dan berbalik. Karena TUHAN sedang menanti dengan setia, la akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11 28). Mari berseru memanggil nama TUHAN, la Gembala yang sejati, la akan hadir dalam Roh-Nya mengubahkan hidupmu menjadi baru. Seperti syair lagu dibawah ini, sungguh- sungguh hidupmu akan mengalami pemulihan oleh lawatan TUHAN.

Tertindih dengan beban berat, Dosa dunia menjerat. Lalu kudatang pada Yesus, Dia memberiku kelegaan. Reef. Dia jamah segenap hidupku. Dan beri damai di hatiku. Semua telah berubah dan aku tau, Yesus jamah kujadi baru.

Pembaca yang diberkati TUHAN. Bila hidupmu sudah diberkati Tuhan, marilah tetap memuliakan Tuhan dan bangun hidup di jalan yang lurus, tulus menjunjung nilai-nilai kebenaran ini: hidup bertanggung jawab, jujur, cinta damai, tolong-menolong. bekerja sama, saling menghormati, saling menghargai karena itu semua adalah sikap positif yang terpancar dari atribut moral TUHAN yaitu: KEBENARAN-NYA, KESUCIAN- NYA, KEKUDUSAN-NYA, dan KASIH-NYA yang melimpah. Amin, diberkatilah para pembaca sekalian.

Pdt. Pieter Aronggear (Gembala sidang Gereja Pentakosta Di Papua. Jemaat KASIH AGAPE, Pasir Dua Jayapura)


Fotografer: Istimewa

Kristen Lainnya Lihat Semua

Pdt. Dr. Andreas Agus (Rohaniwan Kristen)
Layak Dipercaya

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan