Kristen

Jumat Agunglah Inti dari Paskah

Pdt Elider Tampubolon S.Pak MM MTh, (GBI Volker Fellowship Centre 23)

Pdt Elider Tampubolon S.Pak MM MTh, (GBI Volker Fellowship Centre 23)

"Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." (Ibrani 9:22)

Jumat Agung merupakan salah satu hari raya utama umat Kristiani. Jumat Agung memiliki posisi yang istimewa. Walau perayaan ini hanya terpisah 3 hari sebelum hari raya Paskah, Jumat Agung bukanlah sekedar pendahuluan atau pengantar menuju Paskah, melainkan memiliki keagungannya tersendiri.

Sesungguhnya, dapat dikatakan bahwa Jumat Agunglah inti dari Paskah. Tanpa penderitaan dan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, tidak akan pernah ada kebangkitan dan kemenangan di kubur itu. Tanpa kematian di hari Jumat yang Agung itu, tidak mungkin ada kebangkitan yang mulia berkemenangan di hari Paskah.

Sejak manusia jatuh dalam dosa, dan kehilangan kemuliaan Tuhan, keabadian meninggalkan manusia. 'Imago Dei', gambar Allah yang awalnya dimiliki manusia telah pergi meninggalkan penerima mandat atas bumi ini. Alkitab mengakui bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah atau segambar dan serupa dengan Allah (Kej 1:26-27; 9:6 Yakobus 3:90). Alkitab juga mengatakan bahwa manusia adalah pembawa gambar Allah (1 Korintus 11:7; 15:49). Namun manusia menjadi fana dan di mata kekekalan, manusia yang berbatas usia itu terlihat sudah mati.

Bukan hanya usia, kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia menjadi cacat. Manusia seharusnya secara supranatural mampu membangun hubungan karib, akrab, dan melekat dengan Allah, mampu melaksanakan perintah-perintah pencipta-Nya, termasuk juga seharusnya mampu mengelola atau memanage bumi ini. Kemampuan-kemampuan itu telah mengalami degradasi, kemunduran, hingga hanya dapat mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Hanya beberapa pribadi yang masih dapat memelihara hubungan dengan Tuhan.

Seiring dengan waktu dan dosa, usia manusia pun makin pendek dan tak ada harapan. Semua usaha manusia untuk kembali kepada Tuhan, untuk selamat dari kematian menjadi sia-sia. (Roma 3:20)

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Atas inisiatif Allah Bapa, maka Yesus Kristus, Anak Allah akhirnya datang pertama kali ke dunia untuk menebus dosa manusia yang menjadi sumber permasalahan. Upah dosa seharusnya adalah maut, tetapi Ia datang untuk memberi hidup, bahkan hidup dalam segala kelimpahannya. (Roma 6:23; Yohanes 10:10b)

Manusia baru juga akan dipimpin untuk hidup dengan nilai dan cara hidup seperti Yesus hidup, di antaranya adalah hidup yang didedikasikan untuk melakukan kehendak Yesus dan rencana Bapa. Manusia baru yang dipimpin Roh Kudus untuk hidup bukan demi diri sendiri, tetapi demi orang lain di sekitarnya, demi bangsanya, dan demi Kerajaan Allah (termasuk demi sang Raja sendiri).

Ini akan berdampak pada berubahnya cita-cita, prioritas, visi, dan arah kehidupan. Mereka yang hidup dengan cara demikian, dipandang sebagai manusia baru yang bertumbuh, dan Alkitab menyebutnya sebagai Anak Allah yang dewasa; siap menerima warisan bersama dengan Yesus sebagai anak sulung Allah, dan memerintah bersama Dia. (Roma 8:14)

Semua ini dimungkinkan terjadi karena sebuah hari istimewa yang kita peringati, yaitu Jumat Agung, hari di mana Yesus harus mengorbankan tubuhNya hanya untuk menyelamatkan manusia

Glorification
Bila Jumat Agung menjadi pembukanya, maka hari yang mulia nanti akan tiba, bertemunya Tuhan Yesus yang Agung dengan mempelainya yang kudus, akan menjadi ujung perjalanan manusia baru dalam Kristus. Momen penting yang dinantikan seluruh alam semesta. Hari Tuhan yang tidak lama lagi itu akan tiba ada di depan mata semua orang percaya.

Peralihan dari sanctification menuju glorification, tentu saja tidak akan melepaskan peran darah Yesus, Roh Kudus dan firman sebagai saksi, namun juga peran manusia baru itu sendiri. Hanya satu kata yang diminta dari seorang percaya dalam proses ini, yaitu: Kesetiaan. (Why 17:14)

Hal terpenting bukanlah bagaimana kita memulai perjalanan iman kita, kapan memulainya, dengan siapa menjalaninya, apa karunia yang dimiliki, apa jabatan rohani kita, apa yang sudah kita lakukan. Hal-hal itu penting bila akhirnya dapat mendukung dan menentukan bagaimana orang percaya mengakhiri perjalanannya.Itulah sebabnya, pertanyaan penutup ini menjadi pertanyaan bagi kita semua, “Apakah di mata Tuhan, kita termasuk orang yang setia?”

Pdt Elider Tampubolon S.Pak MM MTh, (GBI Volker Fellowship Centre 23)


Fotografer: Istimewa

Kristen Lainnya Lihat Semua

Pdt. Dr. Andreas Agus (Rohaniwan Kristen)
Layak Dipercaya

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan