Kolom

Spirit Madrasah: Bermental Sehat dan Berprestasi dalam Belajar 

Moh. Isom Yusqi (Direktur KSKK Madrasah)

Moh. Isom Yusqi (Direktur KSKK Madrasah)

Manusia adalah makhluk theomorfis yang dilengkapi dengan berbagai potensi dalam dirinya. Dia diberikan daya untuk menggerakkan potensinya ke arah yang baik atau sebaliknya tergantung kehendak dan keinginannya. Individu manusia dalam mengembangkan potensinya sangat ditentukan oleh factor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Proses perubahan dan perkembangan potensi-potensi yang ada dalam dirinya melalui interaksi dengan kedua factor di atas yang mengarah kepada hal-hal positif inilah yang disebut dengan “belajar”.

Proses perubahan potensi menjadi positif atau belajar bukan hanya pada perubahan lahir, akan tetapi juga perubahan batin (mental) yng dipengaruhi oleh faktor internal (berasal dari dalam diri individu/kesehatan mental seseorang) dan faktor eksternal (bersasal dari luar diri individu). Kemudian pertanyaan selanjutnya apakah kondisi kejiwaan/mental sebagai faktor internal turut pula mempengaruhi seseorang dalam belajar,? Inilah yang akan coba penulis jawab dalam paparan singkat ini.

Apa itu Mental yang Sehat?
Kesehatan mental dapat didefinisikan sebagai terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Atau kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.

Berangkat dari definisi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki mental yang sehat akan mampu menyesuaikan diri, baik terhadap dirinya sendiri maupun dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya, serta adanya kemampuan untuk menetralisir segala macam goncangan jiwa sehingga ia tetap selalu kondusif dan merasakan kebahagiaan dan ketenangan dalam batinnya.

Mental dan Pretasi
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku bagi subjek belajar. Namun dalam proses kegiatan belajar tersebut ternyata banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Dari sekian banyak yang berpengaruh tersebut dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Dalam hubungannya dengan proses belajar, faktor intern yang menjadi fokus kajian dalam pembahasan ini sebenarnya terdiri dari dua, yakni; fisiologis dan psikologis. Namun dalam kaitannya dengan kondisi mental, maka pembahasannya penulis titik beratkan pada faktor psikologis, meskipun kondisi mental seseorang juga dapat mempengaruhi faktor fisiologis.

Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar, akan memberikan andil yang sangat penting karena faktor psikologis tersebut akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya pencapaian prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya tanpa kehadiran faktor psikologis, bisa jadi akan memperlambat atau bahkan dapat menyebabkan gagal dalam belajar.

Kondisi mental seseorang dapat dipastikan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Karena kondisi mental inilah yang menentukan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap suatu persoalan serta kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Kondisi mental ini pulalah yang dapat menentukan apakah seseorang akan mempunyai gairah atau semangat dalam hidup, atau ia akan pasif dan tidak bersemangat dalam mengahadapi setiap problem. Sebagai contoh orang yang sehat dan kokoh mentalnya tidak akan cepat merasa putus asa, pesimis, atau apatis dalam menghadapi setiap persoalan,

Dari uraian singkat tersebut dapat dipastikan bahwa kondisi sehat dan terganggunya mental seseorang sangat berpengaruh terhadap proses belajar seseorang, di mana kegiatan belajar merupakan suatu aktivitas yang memerlukan ketenangan, konsentrasi, semangat dan lain sebagainya, sehingga ia dapat mencapai hasil yang optimal manakala fungsi-fungsi kejiwaan atau mental seseorang berada dalam keseimbangan.
Adapun faktor-faktor psikologis dalam belajar yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi oleh kondisi mental dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Minat
Minat merupakan salah satu faktor psikolgis yang sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi dan atau keinginan yang besar terhadap seseuatu. Dalam proses belajar peran minat bagi individu begitu penting, karena dengan minat belajar terhadap sesuatu yang dipelajari akan menimbulkan perhatian penuh sehingga tujuan belajar pun dapat tercapai dengan sempurna..

2. Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau yang terkenal dengan istilah IQ (Intellegence Quotient) seseorang tidak diragukan lagi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar seseorang. Secara logika ini bermakna bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, maka akan semakin besar pula peluang untuk meraih sukses dalam belajar,
Pengaruh kesehatan mental terhadap kecerdasan seseorang sangt besar, di antara gejala yang dapat diamati adalah; seseorang yang mengalami gangguan mental, maka ia akan sering lupa, tidak dapat mengkonsentrasikan pikiran kepada sesuatu, kemampuan berpikir menurun, sehingga kendatipun sebenarnya ia cerdas, namun seolah-olah ia tidak cerdas lagi karena pengaruh dari gangguan mental.

3. Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) dapat diartikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan tentang suatu hal tertentu. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sehubungan dengan hal di atas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Oleh karenanya, adalah hal yang kurang bijaksana apabila orang tua atau pendidik memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anak-anaknya pada jurusan atau bidang keahlian tertentu tanpa memperhatikan bakat utama yang dimilki oleh si anak.

4. Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu; (1) motivasi intrinsik; dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi dan rasa membutuhkan terhadap suatu materi pelajaran yang dipelajari. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar individu yang juga dapat mendorongnya untuk melakukan belajar, seperti misalnya pujian, hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri telada terhadap guru atau orang-orang yang dikagumi dan ditokohkan, dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan motivasi ekstrinsik (motivasi dari luar) individu, maka dalam kegiatan proses belajar para orang tua dan pendidik hendaknya mampu melakukan berbagai hal yang dapat membangkitkan motivasi anak didik, sehingga tujuan pembelajaran pun akan tercapai seoptimal mungkin.

5. Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Aspek kognitif adalah proses pembelajaran yang menantang dan merangsang otak untuk memahami sesuatu yang dipelajari. Aspek afektif adalah penghayatan atau hal-hal yang dapat menyentuh dan menggerakkan hati individu terhadap apa yang dipelajari. Sedangkan aspek psikomotorik merupakan sesuatu yang dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah dipahami dan dihayati. Tiga hal pokok ini dalam pendidikan dikenal dengan istilah ranah pembelajaran.

Ketiga ranah dalam pembelajaran tersebut juga turut berperan dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini – terutama sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia – tetap saja memberikan penekanan dan perhatian yang besar terhadap aspek kognitif dan cenderung mengabaikan aspek afektif dan aspek psikomotorik. Artinya, keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran selalu hanya diukur dari aspek kognitif belaka. Padahal seharusnya keberhasilan seseorang dalam mengikuti dan menyerap suatu mata pelajaran tertentu harus diukur secara bersamaan dari ketiga aspek tersebut.

Kelima unsur psikologis di atas, secara langsung maupun tidak langsung sangat bergantung kepada kondisi mental seseorang. Artinya, seseorang yang memiliki mental yang sehat akan dapat memfungsikan secara maksimal kelima unsur tersebut, sehingga prestasi dalam belajarpun akan dapat diraih semaksimal mungkin.

Gangguan-gangguan kejiwaan atau mental yang dialami seseorang dapat terlihat dari berbagai macam gejala seperti ketegangan batin, rasa putus asa, cemas dan gelisah, kondisi lemah, dihantui berbagai pikiran buruk, dan lain-lain, dapat menurunkan daya minat, kecerdasan, motivasi dan lain-lain dalam belajar. Dengan demikian sudah barang tentu tujuan atau prestasi dalam belajarpun tidak akan tercapai.

Dengan mengacu dari beberapa pembahasan terdahulu, maka dapat disimpulkan prestasi belajar seseorang harus meliputi tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor) dalam belajar yang memiliki keterkaitan dan keterpaduan antara satu sama lain sebagai hasil dari proses belajar. Kondisi kesehatan mental seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan dan prestasi belajar. Karena upaya untuk mengoptimalkan semua unsur-unsur utama dalam belajar terutama faktor-faktor psikologis seperti kecerdasan, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain tidak akan berfungsi maksimal manakala seseorang mengalami gangguan-gangguan kejiwaan/mental. Wallohu A’alam Bisshowab

Moh. Isom Yusqi (Direktur KSKK Madrasah)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua