Kolom

Puasa, Kebugaran, dan Gelombang Spiritual

Thobib Al Asyhar (Alumni Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis)

Thobib Al Asyhar (Alumni Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis)

Tidak banyak orang memahami hubungan puasa, kebugaran, dan gelombang spiritual. Yang sering kita dengar, puasa itu menyehatkan. Titik! Sekian banyak ahli medis berkata, puasa itu cara hidup sehat. Alat pencerna berkesempatan untuk rehat. Banyak uraian panjang ditemukan di buku-buku populer.

Belum lagi para ustadz sering menyebut sebuah hadits Nabi: "shumuu tashihhu". Berpuasalah, maka kalian akan sehat. Meski derajat hadits tersebut diperdebatkan, setidaknya hal itu menjadi "amunisi" untuk memperkuat dalil pentingnya puasa. Minimal baik bagi kesehatan. Bukankah orang yang ingin diet dianjurkan puasa dan pengaturan pola makan?

Di luar manfaat medis, puasa itu jelas olah batin. Bahkan disebut sebagai ibadah yang paling rahasia antara hamba dan Tuhannya. Selain membahagiaan saat berbuka, juga saat "berjumpa" dengan Allah. Sebagai aktifitas ruhani, konon makhluk-makhluk astral, seperti jin dan setan segan sama orang yang berpuasa. Saya pernah mendengar, begini: jika rumah anda dihuni makhluk halus yang suka menganggu, maka sering-seringlah penghuninya berpuasa.

Puasa itu tradisi setiap agama dan keyakinan. Lakon puasa tidak boleh makan, minum, dan beraktifitas seksual. Dengan tidak melakukan aktifitas tersebut menjadikan gelombang spiritual menaik. Kenapa? Karena makanan, minuman, dan aktifitas seksual pure sebagai asupan fisik untuk memenuhi kesenangan. Ya, kesenangan lahiriyah sebagai kebutuhan dasar manusia.

Dalam konteks itu, manusia dan binatang tidak ada bedanya. Karenanya, Allah ingin "mengangkat" derajat manusia yang beriman melalui puasa. Sederhananya, Allah ingin mengambalikan kesejatian diri manusia sebagai makhluk ruhani dengan "menjauhkan" kebiasaan binatang.

Hanya saja, manusia sering terjebak untuk memenuhi kesenangan fisik semata. Dorongan nafsu rendah semakin menggelora. Sementara gelombang spiritualnya semakin menurun. Terlalu sering makan, minum, dan beraktifitas seksual dipastikan "menggerogoti" ketahanan jiwa. Mudah sakit, lelah, dan emosional. Artinya, ia kehilangan kesimbangan batin sebagai pengendali perilaku mulia.

Oleh karena itu, puasa kita harus menjadi pembeda dengan makhluk lain. Buya Hamka pernah berkata: jika puasa hanya menahan lapar dan haus, kambing pun bisa. Mari buktikan, puasa yang kita lakukan bukan sekedar perpindahan jadwal makan. Puasa yang membuat kita bugar, lahir batin. Juga puasa yang menjadikan diri kita semakin bijak, serta bertambahnya gelombang spiritual. Wallhu a'lam

Thobib Al Asyhar (Alumni Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat

Lainnya Lihat Semua