Kolom

Metode Baca Al-Qur’an Baghdadi Tahsin

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)

Baghdadi Tahsin dapat disebut sebagai kreasi dan inovasi dari metode sebelumnya, Baghdadi, yang dikenal juga dengan Turutan. Baghdadi Tahsin disusun oleh tim Jam‘iyatul Qurra` wal-Huffazh (JQH) Nahdlatul Ulama pada 2014. Secara teknis, tim ini diketuai oleh Abdul Rosyid Masykur. Adapun pengembangan metodenya dikerjasamakan dengan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, sekaligus sebagai laboratoriumnya.

Berdasarkan ulasan Abdul Rasyid pada buku Ensiklopedi Metode Baca Al-Qur’an di Indonesia (2022), metode ini dikenal dalam dua versi. Pertama, terdiri dari lima jilid buku utama dan lima jilid buku penunjang. Kedua, buku utama dicetak dalam satu jilid. Persebaran penggunaan metode ini umumnya melalui para mahasiswi IIQ Jakarta dan Cabang-Cabang JQH seluruh Indonesia.

Struktur tim penyusunnya, antara lain Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad sebagai Rais Majelis Ilmi; lalu didampingi Dr. K.H. Muhaimin Zan, M.A., Dr. Hj. Romlah Widayati, M.A., Hj. Khodijatus Sholihah; Drs. K.H. M. Sholeh Qosim, M.Si. Adapun secara teknis diketuai Abdul Rosyid Masykur, dengan anggota Ari Masyhuri, M.A.; Zahid Lukman, S.Ag., M.E.; H. Jazim Hamidi, M.A.; Hj. Muthmainnah, M.A.; Nazli Arfah Nasution, S.Pd.I.; Zahratutsani Mujahidah; dan Resa Andriani.

Ciri khas Baghdadi Tahsin, sistem eja tetap dipertahankan. Jika pada Baghdadi-Turutan mengeja harakat, maka Baghdadi Tahsin mengeja makhārijul-ḥurūf dan ṣifātul-ḥurūf. Untuk mengingat materi yang sudah disampaikan, digunakan metode tanya-jawab: guru bertanya, murid menjawab.

Selain itu, semua materi dibuat agar mudah dihafal dengan bentuk nazhaman dalam bahar rajaz. Guna menyemangati dan membuat para santri sadar terhadap yang dipelajari maka dibuat jargon, sadar tajwid sejak dini. Guru bertanya, “Bagdadiyah?” Murid menjawab, “Sadar tajwid sejak dini. Sadar 6x (disertai intonasi naik-turun sambil menepuk-nepuk dada sebelah kiri). Sadar makhraj, sadar sifat, sadar sejak dini.”

Selain jargon tersebut, juga ditambah yel-yel, dimulai dengan pertanyaan dari guru, “Baghdadi?” Murid menjawab, “Cepat tepat tegas rapi. Bacanya-cepat, tajwidnya-tepat, harakatnya-tegas, temponya-rapi.”

Materi Baghdadi Tahsin disampaikan berjenjang dan dibagi ke dalam beberapa jilid sesuai jenjangnya. Bagi santri yang belum bisa membaca tulisan Arab, menggunakan buku pra-tahsin. Bagi santri yang sudah bisa membaca tulisan Arab, menggunakan Baghdadi Tahsin.

Jillid 1A berisi teori dan praktik makhārijul-ḥurūf. Jilid 1B, berisi teori dan praktik hukum mad, huruf lin, nun serta mim bertasydid. Jilid 2A, teori dan praktik sifat lazimah. Jiid 2B, teori dan praktik sifat aridhah. Semua teori diikat dengan syair berbahasa Indonesia yang berbentuk nazham bahar rajaz. Nazhaman tersebut dikumpulkan dalam Sajak Tajwid.

Sistem pembelajarannya dibagi ke dalam dua kelas: (1) kelas pra-tahsin dan (2) kelas tahsin. Keduanya disampaikan dengan sistem eja (tahajji). Untuk kelas pra-tahsin mengeja huruf hijaiyah, yaitu mengeja huruf dan harakatnya. Misalnya, alif fathah /a/, alif kasrah /i/, alif dhammah /u/  /a, i, u/, dan seterusnya.

Sementara itu, untuk kelas tahsin, mengeja makhārijul-ḥurūf dan ṣifat lāizmah-nya. Misalnya, ba makhrajnya: perut bibir; ṣifat-nya: (1) jahr, (2) syiddah, (3) istifāl, (4) infitāḥ, (5) idżlāq, (6) qalqalah. Semua huruf yang disebutkan, dieja makhraj dan ṣifat-nya sampai murid lancar dan menyadari bacaannya sendiri sudah sesuai dengan makhraj dan ṣifat-nya atau belum.

Persebaran metode ini terbanyak melalui perantara Mahasiswa IIQ Jakarta yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia: dari Aceh sampai Papua. Di antara pesantren atau lembaga pendidikan yang menggunakan metode ini adalah: Pesantren Al-Imam Ashim, Makassar; Pesantren Al-Badar, Pare-Pare; Madrasah Al-Quran LPI-PKP Manado; SDNU Yogyakarta; Pesantren Darus-Shofwah, Bogor; Pesantren Tazkiya Insani, Depok; beberapa lembaga pendidikan atau pesantren di Medan, Bima, dan beberapa pesantren di Jabodetabek serta Banten.

Mahrus eL-Mawa (alumni jurusan Tafsir Hadits IAIN Sunan Kalijaga, nyantri di pesantren Al-Munawir Krapyak dan Salafiyah Pemalang, Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua