Katolik

Mengasihi Yesus dengan Sungguh

Ilustrasi

Ilustrasi

123 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Mengikuti sebuah komunitas pasti membutuhkan bukti. Misalnya, kartu keanggotaan, seragam, atau benda lainnya. Demikian juga dalam mengikut Yesus.

Bukti yang Yesus inginkan bukan sekadar menjadi anggota Gereja atau keaktifan melayani, bukan pula hanya dengan menerima baptisan atau perjamuan kudus. Bukan pula sebagai penyandang dana terbesar pembangunan Gereja. Menyanyikan banyak lagu tentang keagungan Yesus bukan jaminan bahwa si penyanyinya benar-benar mengasihi Yesus. Membangun begitu banyak gedung atau monumen yang mengusung nama Yesus pun tidak. Menulis banyak artikel seperti renungan ini pun sama saja.

Benarkah ini sudah menjadi bukti atau ukuran bahwa kita mengasihi Tuhan?

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Bagi Yesus, bukti bahwa kita adalah pengikut-Nya adalah mengasihi-Nya. Bukti yang Yesus inginkan adalah hidup dalam kasih kepada-Nya. Kasih murid kepada Tuhannya diwujudkan melalui ketaatan si murid pada perintah-Nya, baik dalam sikap, perasaan, tindakan, dan ketika kita mengasihi-Nya, kita akan mengikuti perintah-Nya. Arti mengasihi seperti di atas makin penting.

Pertama, kita tidak ditinggalkan begitu saja, tapi memperoleh parakletos atau penolong, yaitu Roh Kudus. Sang parakletos jelas bukan manusia biasa, karena Ia adalah "Roh Kebenaran" yang menyertai kita dan diam di dalam kita. Artinya, dalam melakukan perintah-perintah Tuhan, kita tidak sendirian, tetapi mengalami penyertaan Ilahiah.

Kedua, dengan mengasihi Yesus secara sungguh-sungguh, kita menyenangkan hati Sang Bapa yang mengutus Yesus. Pemunculan figur Allah Bapa dalam Injil Yohanes bukanlah sekadar formalitas. Tema ini menandaskan bahwa apa yang dilakukan Yesus dan kita para murid-Nya merupakan bagian dari karya dan rencana Allah sejak bumi ini diciptakan. Melalui ketaatan kasih kita, kita beroleh anugerah menjadi bagian di dalamnya.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Kasih Tuhan tak pernah berubah. Namun zaman berubah, dan kita pun perlu mencari cara-cara baru dan kontekstual untuk mewujudkan kasih kita kepada Tuhan Yesus.

Zaman ini menantang kita dengan perancuan nilai keluarga dan kemanusiaan; penindasan terhadap sesama manusia; perusakan lingkungan hidup; pemberhalaan kapital dan teknologi. Di masa seperti inilah kita membutuhkan hidup untuk saling mengasihi. Dengan saling mengasihi, kita akan merasakan kasih Bapa sehingga mampu menjadi saksi yang memperkenalkan Yesus.

Sejarah Gereja menunjukkan bahwa salah satu kekuatan dan karakter kekristenan yang membuatnya tetap bertahan di tengah deraan adalah cinta kasih. Sayangnya, kini kita kerap menemukan bahwa cinta kasih hanya berakhir dalam rangkaian kata-kata indah, tetapi meredup dalam praktik kehidupan menggereja. Jika kita menyandang identitas sebagai pengikut Kristus, maka penandanya adalah kita hidup dalam cinta kasih seperti yang ditunjukkan Yesus.

Petrus Dhanga (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua