Buddha

Mindfulness, Hidup Berkesadaran

Ilustrasi

Ilustrasi

"Uṭṭhānavato satimato, sucikammassa nisammakārino. Saññatassa ca dhammajīvino, appamattassa yaso’bhivaḍḍhati’ti.”

“Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaan akan bertambah”. (Dhammapada, Bab II: Appamada Vagga, 24)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kesadaran diartikan sebagai keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang”. Dalam ajaran Buddha, kesadaran memegang peranan yang sangat fundamental karena berperan penting atas pengendalian pikiran, sehingga niat-niat buruk dapat diendapkan.

Kesadaran pada hakikatnya memiliki definisi yang sama dengan mawas diri. Orang yang memiliki kesadaran yang baik, akan dapat menyadari apa yang akan dilakukan, sedang dilakukan, maupun setelah dilakukan.

Kesadaraan adalah suatu tingkat kesiagaan individu pada saat menerima stimulus internal dan eksternal. Stimulus dapat berupa peristiwa-peristiwa, sensasi tubuh, memori, dan pikiran. Pada dasarnya, kesadaran adalah reaksi atau respon dari salah satu indera manusia terhadap objek-objek sasaran yang bersangkutan. Misalnya, kesadaran mata mempunyai mata sebagai dasar dan sebagai objek-sasaran adalah benda-benda yang dapat dilihat. Kesadaran pikiran mempunyai pikiran sebagai dasar dan ide atau gambar-pikiran sebagai objek. Orang bijaksana dapat menjaga kesadarannya pada saat indera bersentuhan dengan objek.

Menjaga kesadaran bukanlah perkara mudah, menurut Sigmund Freud, “Kesadaran adalah bagian kecil dari jalannya kehidupan psikis makhluk hidup, sehingga hubungan atau perbandingan antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam kehidupan ini, ternyata lebih banyak dilalui dengan ketidaksadaran”. Melalui perenungan, orang akan menyadari betapa sulitnya mengendalikan kesadaran. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pula aktivitas yang dilakukan tanpa disertai kesadaran. Tidak mengherankan jika seseorang sering menyatakan ‘lupa’ dari apa yang belum lama dilakukannya.

Praktik menjaga kesadaran adalah upaya yang sangat bagus agar tidak keliru dalam melakukan suatu perbuatan. Dengan kesadaran, akan dapat memilah dan memilih mana yang sebaiknya dilakukan serta mana yang sebaiknya tidak dilakukan. Dengan memiliki kesadaran yang baik, seseorang mampu membuat pertimbangan yang matang untuk memutuskan suatu tindakan. Kesadaran akan mampu menghindarkan diri dari penyesalan akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.

Mindfulness adalah sebuah praktik yang dapat membantu untuk memusatkan perhatian terhadap apa yang sedang dilakukan, dirasakan, dan dipikirkan. Mindfulness sendiri memiliki kaitan erat dengan ‘sati’ yang memiliki arti perhatian. Saat menjalankan praktik mindfulness, orang harus merenung atau memusatkan perhatian penuh kepada empat hal, yaitu: perenungan terhadap tubuh (kayanupassana), perenungan terhadap perasaan (vedananupassana), perenungan terhadap kesadaran (cittanupassana), dan perenungan terhadap bentu-bentuk pikiran (dhammanupassana) seperti yang telah dibahas dalam Satipatthana Sutta.

Cara mempraktikkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan berlatih meditasi. Dengan melatih meditasi, membuat sesorang lebih menyadari arti sesungguhnya kehidupan. Segala sesuatu mengalami perubahan, tidak ada yang kekal abadi. Tidak ada yang perlu untuk disombongkan, karena segalanya hanya bersifat sementara dan terus mengalami perubahan.

Perubahan kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Namun bagi orang bijaksana, perubahan adalah jalan menuju kesempurnaan. Dengan memiliki kesadaran adanya perubahan, dapat menimbulkan ketenangan. Ketenangan dapat memunculkan kebahagiaan. Dengan melakukan praktik mindfulness, kita akan dapat menyadari arti kehidupan sehingga menambah kebahagiaan.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga semua makhluk hidup bahagia

Ida Mulyaningrum, S. Ag, M. PdB. (Penyuluh Agama Buddha Provinsi DKI Jakarta)


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua