Hindu

Dharma Sevanam

Ketut Suryasih (Rohaniwan Hindu)

Ketut Suryasih (Rohaniwan Hindu)

Om Swastyastu, Om Anobadrah Kṛtawo Yantu Visvatah. Semoga pikiran baik datang dari segala penjuru. Mimbar Hindu kali ini membahas tema tentang Dharma Sevanam.

Upaya meningkatkan Sradha dan Bhakti kita kepada Sang Hyang Widhi dapat dilakukan melalui pelaksanaan ajaran Nawa Widha Bhakti secara tulus agar tercapainya kehidupan yang damai dan sejahtera. Nawa widya bhakti adalah sembilan upaya pendekatan, pengetahuan atau jalan berlandaskan cinta-kasih untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Salah satu dari Sembilan pembagian Nawa Widha Bhakti tersebut adalah Sevanam atau Atmanividanam. Artinya, memberikan pelayanan yang baik.

Sebagian besar dari kita mengetahui makna dari pelayanan. Misalnya, ketika kita memiliki pasangan yang menuntut kita untuk memenuhi keinginannya dan kita berusaha untuk memenuhi keinginannya dengan segala upaya dan cara, tujuannya agar pasangan kita tetap mencintai kita. Apakah itu bisa dikatakan sebagai sebuah pelayanan? Jika istilah sekarang itu disebut sebagai Bucin (Budak Cinta) terlalu mau untuk diperintah dan dibutakan oleh cinta. Itu bukan hal yang salah, tetapi sedikit keliru.

Sevanam atau Atmanividanam adalah bhakti dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan. Sebagian orang menyebutnya bahwa hidup ini untuk pelayanan (Sevanam). Dalam konteks ini pelayanan merupakan kewajiban kita untuk memberikan bantuan kepada sesama dalam meringankan beban, baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya.

Ketika akan membantu seseorang, seharusnya kita melihat terlebih dahulu kondisi diri kita, apakah mampu membantu mereka dengan keihklasan dan ketulusan hati tanpa mengharapkan imbalan. Hal ini sejalan dengan makna utama dari sebuah pelaksanaan Yadnya yaitu keikhalasan hati. Landasan kita dalam melaksanakan pelayanan adalah: kebenaran (satya), kebajikan/kewajiban (Dharma), cintakasih (Prema), kedamaian (Santi), tanpa kekerasan (Ahimsa). Kalau ini menjadi landasan kita dalam melayani, maka pelayanan itu akan berkualitas dan tanpa pamrih.
Pemirsa Pelita Dharma dimanapun berada

Melayani dalam konsep Hindu merupakan dasar dari pelaksanaan aktivitas dan rutinitas kita dalam kehidupan sehari-hari. Karena untuk dapat menjalankan Karma Yoga ini dengan baik, maka melayani (Seva) harus dilakukan. Barang siapa yang tidak mau melayani maka, hendaknya jangan berharap mendapatkan pelayanan.

Pelayanan (Seva) adalah penopang kesempurnaan keempat jalan menuju Hyang Widhi yang telah ditetapkan dalam Veda yaitu: Bhakti Yoga, Jnana Yoga, Karma Yoga dan Raja Yoga. Melayani dalam konsep Hindu meliputi hampir semua jenjang kehidupan manusia, dari lahir sampai mati. Bayi yang baru lahir, ia akan mendapatkan pelayanan dari ibunya dengan penuh cinta kasih. Demikianlah hendaknya kita sebagai seorang anak harus melakukan pelayanan kepada orang tua kita. Begitulah pelayanan, hendaknya dilakukan berlandaskan cinta kasih seperti kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa.

Hal ini ditegaskan dalam kitab Sarassamuccaya 247 yang menyebutkan bahwa orang yang ditinggal oleh ibunya, yang disebabkan karena bermusuhan dengannya, miskinlah. Orang itu disebut, mengalami duka nestapa, dan hal itu menyebabkan dunia seakan-akan tidak ada apa-apanya, sepi adanya. Oleh karena itu, layanilah orang tua kita dengan penuh cinta kasih. Berusahalah untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan kedua orang tua dan selalu menyayangi.

Jangan hanya menyayangi pasangan sendiri sampai lupa dengan orang tua, setiap detik rasanya menanyakan ketika pacarnya sedang sakit. Sudah makan belum sayang, sudah minum obat? Tetapi ketika seorang wanita yang telah melahirkan dan merawat kita sakit, sepatah kata pun kadang tidak keluar dari mulut kita untuk menanyakan keadaan beliau. Seperti pepatah “Seekor bebek bisa merawat sepuluh anaknya tetapi sepuluh anaknya belum tentu bisa merawat seorang ibu”. Pernahkah kita mempertimbangkan hal itu?

Sekarang, dunia sedang diteror oleh pandemi Covid-19 ini. Banyak masyarakat yang mata pencahariaannya tertutup karena pandemi ini. Di sinilah seharusnya hati kita tergerak untuk membantu sesama dalam pelayanan Dharma. Kita bisa memberikan apa yang mereka butuhkan semampu kita. Misal, kita memberikan sembako berupa kebutuhan pokok kepada mereka.

Teruntuk tenaga medis mereka adalah pelayan masyarakat yang sangat luar biasa dalam penanganan covid-19 ini. Mereka rela meninggalkan keluarga, bekerja dengan ikhlas meskipun nyawa mereka juga terancam. Dalam Canakya Nitisastra, XVII. 15 disebutkan, Paropakaranam yesam jagarti hrdaye satam nasyanti vipadas tesam sampadah syuh pade pade. (Dia yang senantiasa memikirkan untuk mengupayakan kepentingan dan kebahagiaan orang lain, segala kesulitan akan terhindarkan dan ia akan mendapatkan keberuntungan dalam setiap usahanya).

Astungkara, sejauh ini para medis masih tetap bertahan untuk memberikan pelayanan kepada kita. Jadi setiap apapun yang kita kerjakan, ketika kita mengerjakannya dengan ketulusan untuk membantu, awighnam astu kita akan selalu dalam keadaan yang beruntung. Jadi jangan pernah takut untuk menjadi pelayan Dharma. Sebab, melayani orang lain yang membutuhkan sama halnya dengan kita melayani Tuhan. Semua makhluk hidup di dunia ini memiliki Atman yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Maka dalam setiap tubuh makhluk itu ada Tuhan.

Seperti Tri Hita Karana saling menyayangi kepada tumbuh-tumbuhan, sesama manusia dan Tuhan. Misalkan kepada bunga, ketika kita melayaninya dengan menyiram merawat hingga ia tumbuh, dia akan memberikan keindahan bunganya kepada kita sebagai rasa terima kasihnya. Begitu juga dengan manusia, ketika kita melayani sesama, maka kita juga akan dilayani. Begitu juga dengan Tuhan, kita berbakti kasih kepada Tuhan, maka Tuhan juga akan mengasihi kita.
Pelayanan itu harus kita berikan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, agar menjadi tepat sasaran. Menjadi sia-sialah pelayanan itu bila dilakukan pada orang yang tidak membutuhkan. Pelayanan yang paling mudah dilakukan adalah “senyum”. Kenapa senyum? Karena senyum itu adalah karunia dari Tuhan yang bernilai tinggi menurut saya, karena senyum memiliki seribu makna. Orang yang senyum menandakan hatinya bahagia.

Pada hakekatnya, semua pelayanan yang kita lakukan adalah pelayanan kepada Hyang Widhi, sekecil apapun itu, baik pelayanan berupa moril ataupun materil. Janganlah pernah ragu akan hal itu. Marilah ketuk hati kita untuk saling melayani berlandaskan kasih sejati itu. Maka, iri, ego permusuhan dan semua sifat buruk lainnya akan menjauh dan kedamaianlah yang akan mendekati kita.

Terimakasih. Om Santih,Santih,Santih Om

Ketut Suryasih (Rohaniwan Hindu)

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan