Kristen

Berani Meninggalkan Zona Nyaman

Pdt. Yehezkiel Supriyoko, S.Th. (Ketua Sinode Gereja Sidang Kristus, Gembala Sidang Gereja Sidang Kristus-Bogor)

Pdt. Yehezkiel Supriyoko, S.Th. (Ketua Sinode Gereja Sidang Kristus, Gembala Sidang Gereja Sidang Kristus-Bogor)

Kita semua pernah mendengar istilah 'zona nyaman'. Zona nyaman merupakan bagian dari masalah psikologi dasar manusia. Apa sesungguhnya arti zona nyaman? Zona nyaman adalah sebuah keadaan dimana seseorang merasa terbiasa dan nyaman karena mampu mengontrol lingkungannya. Dalam keadaan ini, orang tersebut jarang merasa gelisah dan jarang mengalami tekanan yang mengakibatkan strees.

Jadi setiap orang punya zona nyaman alias comfort zone-nya masing-masing. Sehingga ketika pertama kali pergi untuk tinggal di tempat lain, seringkali kita merasa kurang nyaman. Karena kita sudah merasa nyaman di sana, kita merasa aman dan tenang di sana (tidak ada ketakutan, tidak ada kegelisahan, tidak ada sesuatu yang bersifat dadakan, semua berjalan terencana, semua terkondisi dengan baik). Semua hal itu menimbulkan satu hal yang nyaman, karena kita terbiasa dengan keadaan seperti itu. Kalau keadaan itu diubah, pasti kita merasa tidak nyaman dan terganggu.

Sama halnya ketika Tuhan meminta anak manusia untuk melayani-Nya, kadang-kadang ada perasaan tidak nyaman disana. Ngapain sih susah-susah, apa untungnya?, sedangkan pekerjaan saya saja banyak. Kenapa demikian?, karena banyak yang tidak mau keluar dari comfort zone-nya

Ekposisi
- Hal yang sama terjadi pada MUSA (Keluaran 3:1-22). Ketika Allah memanggil Musa untuk pergi ke Mesir, membebaskan bangsa Israel dari perbudakan orang-orang Mesir yang telah berjalan 400 tahun. Seolah-olah Allah menarik Musa dari Zona Nyamannya. Karena itu tidak heran musa berbantah-bantahan dengan Tuhan.

- Di dalam Keluaran pasal 2, diceritakan waktu Musa muda memang dia punya ambisi untuk menjadi pahlawan Israel (ketika itu dia melihat ada orang Israel dianiaya oleh org Mesir, Musa membunuh seorang Mesir itu, musa mengubur di dalam pasir, tapi terdengar oleh Firaun, Musa begitu takutnya).

- Dia melarikan diri jauh ketempat yang aman MIDIAN, suatu tempat asing yang dia tidak kenal sama sekali. Tapi beruntung Musa bertemu seorang peternak bernama YITRO sehingga dia mengijinkan bekerja dan tinggal dirumahnya (seorang peternak domba = dari pangeran istana-peternak domba). Kehidupan yang drastis, dari begitu terhormat sampai tidak ada apa-apanya. 40 tahun telah berlalu, Musa hidup sebagai peternak, dan penggembala domba.

- Dia tidak lagi bermimpi jadi pahlawan Israel dia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menikmati hari tuanya dengan tenang dan nyaman. Bahkan domba-dombanya bertambah banyak. Dia merasa nyaman diwilayah itu, dalam keadaan nyaman Tiba-Tiba: Allah datang kepada Musa dan berkata: "Pergilah....!!! Aku mengutus engkau ke Mesir bawa para umatku Israel keluar dari Mesir" (ayt. 10). Satu perintah yang tidak diduga oleh Musa. Satu perintah yang tidak nyaman bagi dia. Kenapa?...

a. Karena datangnya tiba-tiba, dadakan dan menggeser agenda pribadinya.
b. Karena ia harus masuk satu wilayah yang sebetulnya sangat dia tidak suka. MESIR.
c. Musa harus bertemu dengan 1 pribadi yang menakutkan dia, yang bernama Firaun. (40 tahun, hidup bersama Firaun dia tahu bagaimana kuasanya Firaun itu).
d. Musa harus meninggalkan kehidupan yang telah dirancangkan selama 40 tahun sebagai gembala.
e. Musa keberatan kepada Tuhan dan berbantah-bantahan kepada Tuhan.

1. Ayat. 11; dia berkata pada Tuhan. "Tuhan siapakah aku ini sehingga aku harus menghadap Firaun". Allah menjawab ayat. 12: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."

2. Musa berargumen lagi: Ayat. 13; "Tetapi apabila aku datang pada org Israel mau menyelamatkan mereka lalu mereka berkata kepadaku, tentang siapa nama Allahku". Aku jawab apa Tuhan?, (Allah menjawab ayat 14:"AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.")

3. Pasal 4:1; musa menjawab lagi. "Tapi kalau org Israel tidak percaya kalau Engkau mengutus aku, aku bilang apa Tuhan?....(Allah menjawab ayat 2-9). Musa masih punya banyak alasan, akhirnya dia berkata dalam pasal 4:10. "Ah, Tuhan aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah". (Tuhan menjawab.. 4:11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? 4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.")

4. Musa punya jawaban yang terakhir. Ayat 13: "Ah, Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus". (utus yang lain jangan saya Tuhan). MUSA KEBERATAN? Apapun argument Musa sdr, INTINYA adalah "Musa gak rela keluar dari Ruang nyaman".

Mengapa meninggalkan ruang nyaman itu tidak mudah? Ya karena kenyamanannya, sehingga kita sayang untuk melepaskannya bukan? Siapa yang mau, kita sudah bangun ruang nyaman itu puluhan tahun tiba-tiba harus kita lepaskan masuk ruang baru yang kita tidak tahu nasibnya gimana?...

Jika kita mengamati lebih dalam, "Sesungguhnya kenyamanan dan kenikmatan yang kita rasakan di ruang nyaman sesungguhnya belum tentu baik". Mengapa demikian:

I. Zona nyaman dapat membuat kita tidak peka lagi terhadap perintah Tuhan

​​​​​​​Kenyamanan itu sering kali membuat kita itu terlena. Lupa kalau sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk menjadi alat-Nya. Dalam pikiran kita hidup kita hanya urusan diri sendiri, ambisi kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Seharusnya!!...hidup kita harus bercerita tentang kasih Allah, karena Dia yang menciptakan kita. Musa selama 40 Tahun, sebagai gembala dia sangat nyaman, dia hidup dengan baik. Sampai-sampai dia tidak berpikir "Untuk apa dia diciptakan di dunia ini". Dia tidak berpikir dari ribuan bayi yang tidak bisa terselamatkan, hanya dia yang diselamatkan di sungai Nil. Dia tidak berpikir kalau dia diangkat menjadi pangeran Mesir selama 40 tahun.

Kenapa? Karena dia sudah jadi peternak 40 tahun, dia hidup dalam kenyamanan, (walaupun sederhana) dia lupa untuk apa Tuhan menciptakan dia.

1. Kita Sebagai manusia juga bisa lupa, karena apa bisa lupa?
- Karena Karir kita makin hebat, (jabatan tinggi, sebagai pegawai yang posisinya strategis, bisnis sukses, deposito dimana-mana, dsb). Demikian juga sebagai Tokoh Agama pun bisa lupa, walaupun dia sudah menggunakan atribut (sebagai tokoh agama) tetapi dalam cara pandang dia hanya agenda pribadinya yang ditonjolkan, bukan agendanya Tuhan atau panggilan-Nya. Seharusnya Atribut yang semakin banyak melekat pada diri kita semakin kita harus berhati Hamba (rendah hati dan menjadi teladan).
- Di sinilah Sebenarnya kita lupa akan hal yang mendasar bahwa kita diciptakan bukan untuk diri kita, tapi untuk memuliakan Tuhan. Karena itu kita harus mencari kemuliaan Tuhan terwujud dalam kehidupan kita bukan tentang kita!. Jangan menggeser agendanya Tuhan dari fokus hidup kita.

2. Kalu kita hidup diberi anugerah, diberi pasangan hidup, anak, orang tua yang baik, pekerjaan, jabatan, dan usaha yang sukses. Pelayanan yang hebat, Itu berkat dari Tuhan. Jangan salah memahaminya. "Ketika Allah menciptakan kita, lalu kita dipakai untuk alat kemuliaan-Nya. Kita sebetulnya diangkat menjadi DUTA-Nya". (sebuah kehormatan). Saat itulah walaupun pelayanan itu sesuatu yang keras, menderita dan butuh pengorbanan, disaat2 seperti itulah kita mengalami kebahagiaan tertinggi didalam kehidupan kita. Banyak orang percaya tidak pikirkan itu.

Ijinkanlah Tuhan memakai kita, walaupun ruang nyamanmu dibongkar oleh Tuhan. Zona Nyaman, tempat kita nyaman tapi sering kali ujungnya berbahaya. Tidak peka lagi terhadap perintah Tuhan, dan kita melupakan apa tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya.

II. Zona nyaman membuat kita tidak peka akan sesama kita

Ketika kita berada diruang nyaman pasti membuat kita tenang. Setiap kebutuhan kita terpenuhi, nyaman kan? Tapi disisi lain kita terlalu lama dan asyik di ruang nyaman kita. Kita tidak peka lagi suara jeritan manusia disekitar yang membutuhkan pertolongan kita. Kita hanya fokus pada diri kita, jabatan kita, pekerjaan kita, mimpi kita, keluarga kita, masa depan kita, masa pensiun kita. Sibuk dengan agendanya kita sendiri, Sibuk dengan agenda gerejanya sendiri. (barangkali tentang dana, tentang tuntutan harus merah, hitam, putih, hijau, dll.) yang pada akhirnya pada bertengkar. Tidak lagi memiliki kepekaan, bahwa orang disekitar kita membutuhkan kita. Kita cenderung tidak peduli karena tempat kita terlalu nyaman.

40 tahun Musa hidup dalam zona nyaman sebagai gembala. Saya yakin dia percaya kepada Allah. Tetapi dia tidak lagi mendengar erangan (jeritan) bangsanya di Mesir, yang begitu telah disakiti oleh orang-orang Mesir, dia tidak dengar lagi:

- Ketika Allah mendengar jeritan bangsanya = Musa tidak.
- Ketika Allah melihat penderitaan bangsanya = Musa tidak.
- Karena apa? Karena dalam ruang nyaman Musa, Musa berfokus pada diri sendiri.

Dan ketika Tuhan memanggil dia: "Pergilah Aku mengutus engkau untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir". Musa berbagai alasan berkata. "Jangan aku, yang lain saja Tuhan". Tidak ada lagi kepekaan untuk sesamanya.

Ketika kita, diminta untuk ambil bagian dalam pelayanan, pelayanan sosial, masyarakat, membantu sesama, dan seterusnya. Mungkin berbagai argument/alasan keberatan. (ah..ga ada untungnya, yang ada cape, keluar uang iya, dan dikritik, buat apa ga ada untungnya).. BERARTI KITA PUNYA RUANG NYAMAN YANG TIDAK MAU DIBONGKAR.

Kesimpulan
Mari, kita bangkit dan melangkah keluar hampiri mereka, mereka mencari seseorang yang memiliki telinga untuk mendengar keluhan mereka.
- Kalau kita tetap dalam ruang nyaman kita, bagaimana mereka bisa mengenal kasih Allah?
- Apakah kenyamanan kita terus dipertahankan?
- Apakah kita Hidup terus-menerus mengumpulkan harta?
- Apakah kita sebagai Hamba Tuhan maunya mimbarnya saja, banyak Hamba Tuhan sekarang selalu mintanya mimbarnya saja. Yesus sebagian besar pelayannnya dilapangan/dipasar dst.

Sekali lagi, kalau berbicara tentang Zona nyaman Yesuslah pribadi yang memiliki ruang paling nyaman. Dia sebagai raja segala raja, tidak ada dosa disana, tidak ada sakit penyakit, tidak ada penderitaan disana. Satu tempat yang kudus disana. (surga).

- Tetapi dari sana Ia mendengar ratapan manusia yang terjebak di dalam dosa. Hatinya menangis.
- Apa artinya kalau hidup dalam ruang nyaman, tapi manusia yang dicintai-Nya dalam kegelapan dosa.
- Dia buka pintu ruang nyaman itu dan Dia keluar, turun menjadi manusia meninggalkan kemuliaanNya. Dia menjadi hamba, menjadi pelayanmu dan aku. Supaya saudara dan saya bisa dibebaskan dari keterikatan dosa.

Tapi kenapa kita tetap tinggal dalam zona nyaman?
Sekarang katakanlah kepada Dia aku mengerti sekarang Tuhan, "Tuhan ini aku, pakailah aku Tuhan". Ketika Allah meminta kita menjadi hambaNya, menjadi pelayanNya, menjadi alat kemuliaanNya, jangan engkau tolak.!! Itu Berarti kita diangkat, dijadikan dutaNya. Yang belum tentu Allah tawarkan 2 kali dalam hidup kita.

Maukan kita mempersembahkan hidup kita untuk Tuhan?.. kalau Tuhan ingin memakai saudara. Katakanlah "aku siap Tuhan, Ini aku Tuhan, Pakailah Aku". Amin. Soli Deo Gloria


Pdt. Yehezkiel Supriyoko, S.Th. (Ketua Sinode Gereja Sidang Kristus, Gembala Sidang Gereja Sidang Kristus-Bogor)


Fotografer: Istimewa

Kristen Lainnya Lihat Semua

Pdt. Dr. Andreas Agus (Rohaniwan Kristen)
Layak Dipercaya

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua